Berita

Walikota Praha Zdenek Hrib/Net

Dunia

Mengaku Ngeri, Walikota Praha Ajak Komunitas Internasional Akhiri Dugaan Pelanggaran HAM Muslim Uighur oleh China

JUMAT, 04 FEBRUARI 2022 | 14:39 WIB | LAPORAN: RENI ERINA

Keprihatinan atas dugaan pelanggaran hak asasi manusia terhadap etnis Uighur di China kembali disuarakan Walikota Praha Zdenek Hrib.

Lewat podcast The Diplomat Newsweek yang dirilis awal pekan ini Hrib mengeluarkan seruan kepada komunitas internasional bekerja sama mengakhiri situasi tersebut.

Berbicara dengan pembawa acara podcast, Jason Greenblatt, utusan Gedung Putih untuk Timur Tengah selama pemerintahan mantan Presiden Donald Trump, Hrib menyentuh keprihatinannya terhadap orang-orang Uighur karena fokus dunia tertuju pada Beijing untuk Olimpiade Musim Dingin 2022, yang dimulai di Beijing pada Jumat (4/2).


Selama percakapannya dengan Greenblatt, Hrib mengungkapkan pengalamannya saat berbicara di Kongres Uighur Dunia pada November tahun lalu di Praha.

“Setelah konferensi itu, saya mendapat hak istimewa untuk bertemu dengan para penyintas Uighur dari kamp konsentrasi Xinjiang,” kata HÅ™ib kepada Greenblatt.  

"Dan saya ngeri mendengar apa yang mereka alami," akunya.

Hrib mengatakan kemudian dirinya menelepon siapa saja yang mungkin mendengarkan di seluruh dunia.

"Saya ingin menggunakan kesempatan ini untuk menyerukan kepada masyarakat internasional untuk bekerja mengakhiri kamp konsentrasi ini, kerja paksa, genosida Uighur, dan pengambilan organ paksa," katanya.

"Pelanggaran hak asasi manusia tidak memiliki tempat dalam masyarakat beradab," tambahnya.

Sebuah laporan yang dirilis Juni lalu oleh Amnesty International memperkirakan ratusan ribu orang Uighur, yang sebagian besar adalah Muslim, diduga ditahan secara sewenang-wenang di Xinjiang.

China telah membantah semua tuduhan pelanggaran hak asasi manusia, menyebutnya "kebohongan total" dan "permainan politik yang mengabaikan fakta dan memiliki motif tersembunyi."

Ibu kota Republik Ceko pernah memiliki perjanjian "kota saudara" dengan Shanghai dan Beijing, kemitraan secara tradisional dibentuk sehingga pertukaran dalam perdagangan, budaya, pendidikan, dan lainnya dapat diformalkan.  

Namun, penguatan hubungan Praha dengan Taiwan dalam beberapa tahun terakhir dianggap oleh Beijing sebagai pelanggaran terhadap kebijakan "Satu China" yang termasuk dalam perjanjian saudara itu.

Populer

Mantan Jubir KPK Tessa Mahardhika Lolos Tiga Besar Calon Direktur Penyelidikan KPK

Rabu, 24 Desember 2025 | 07:26

Mantan Wamenaker Noel Ebenezer Rayakan Natal Bersama Istri di Rutan KPK

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01

Sarjan Diduga Terima Proyek Ratusan Miliar dari Bupati Bekasi Sebelum Ade Kuswara

Jumat, 26 Desember 2025 | 14:06

Kejagung Copot Kajari Kabupaten Tangerang Afrillyanna Purba, Diganti Fajar Gurindro

Kamis, 25 Desember 2025 | 21:48

8 Jenderal TNI AD Pensiun Jelang Pergantian Tahun 2026, Ini Daftarnya

Rabu, 24 Desember 2025 | 21:17

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

UPDATE

Kepuasan Publik Terhadap Prabowo Bisa Turun Jika Masalah Diabaikan

Minggu, 28 Desember 2025 | 13:46

Ini Alasan KPK Hentikan Kasus IUP Nikel di Konawe Utara

Minggu, 28 Desember 2025 | 13:17

PLN Terus Berjuang Terangi Desa-desa Aceh yang Masih Gelap

Minggu, 28 Desember 2025 | 13:13

Gempa 7,0 Magnitudo Guncang Taiwan, Kerusakan Dilaporkan Minim

Minggu, 28 Desember 2025 | 12:45

Bencana Sumatera dan Penghargaan PBB

Minggu, 28 Desember 2025 | 12:27

Agenda Demokrasi Masih Jadi Pekerjaan Rumah Pemerintah

Minggu, 28 Desember 2025 | 12:02

Komisioner KPU Cukup 7 Orang dan Tidak Perlu Ditambah

Minggu, 28 Desember 2025 | 11:45

Pemilu Myanmar Dimulai, Partai Pro-Junta Diprediksi Menang

Minggu, 28 Desember 2025 | 11:39

WN China Rusuh di Indonesia Gara-gara Jokowi

Minggu, 28 Desember 2025 | 11:33

IACN Ungkap Dugaan Korupsi Pinjaman Rp75 Miliar Bupati Nias Utara

Minggu, 28 Desember 2025 | 11:05

Selengkapnya