Berita

Perdana Menteri Slovenia Janez Jansa/Net

Dunia

Kaget Dengar Rencana Slovenia Dirikan Kantor Perwakilan di Taiwan, Beijing: Ini Berbahaya dan Menentang Prinsip Satu China

KAMIS, 20 JANUARI 2022 | 09:44 WIB | LAPORAN: RENI ERINA

Pernyataan Perdana Menteri Slovenia Janez Jansa mengenai rencananya untuk mendirikan kantor perwakilan di Taiwan membuat Beijing berang.

Dalam sebuah pernyataan pada Rabu (19/1), Kementerian Luar Negeri China mengaku sangat terkejut dan sangat menentang langkah Jansa untuk menantang prinsip satu-China, termasuk retorika berbahaya dalam mendukung pemisahan diri Taiwan.

Sebelumnya dalam sebuah wawancara dengan stasiun TV India Doordarshan pada hari Senin, Jansa bahkan menyebut Taiwan sebagai "negara demokratis" dan menyebut tanggapan Beijing terhadap provokasi Lituania "mengerikan" dan "konyol." Ia juga mengungkapkan soal rencana Slovemia membangun kantor perwakilan di Taiwan.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri China Zhao Lijian mengatakan pada hari Rabu bahwa pernyataan berbahaya pemimpin Slovenia itu menantang prinsip satu-China dan mendukung pemisahan diri Taiwan.

"Kami sangat terkejut dan sangat menentang pendiriannya," kata Zhao, seperti dikutip dari Global Times, Kamis (20/1).

Sementara Zhu Fenglian, juru bicara Kantor Urusan Taiwan Dewan Negara mengatakan bahwa Jansa sudah mengabaikan fakta dan menyesatkan publik.

"Kami mendesak pemerintah Slovenia untuk mematuhi janji yang terkait dengan Taiwan dengan tindakan dan dengan hati-hati menangani hal-hal yang relevan. Otoritas Partai Progresif Demokratik (DPP) yang mencari dukungan eksternal untuk agenda pemisahan diri pasti akan gagal," kata Zhu.

Para ahli ikut menyoroti pernyataan Jansa. Mereka mengatakan dia sengaja memainkan kartu Taiwan untuk menutupi resumenya yang bermasalah, dengan mengorbankan Uni Eropa dan memperumit hubungan China-Uni Eropa

"Jansa adalah pembuat onar sayap kanan yang tidak sejalan dengan Uni Eropa, dan dia mungkin melihat kesalahan Lithuania pada polemik Taiwan sebagai preseden daripada "pengecualian," kata para ahli.

Beberapa media Taiwan sangat gembira dengan pernyataan Jansa dan otoritas urusan luar negeri pulau itu menyebut Jansa sebagai "teman Taiwan selama bertahun-tahun."  

Tetapi para ahli China menunjukkan bahwa citra politik Jansa telah menunjukkan bahwa dia adalah seorang "politisi pinggiran."

"Profil politik Jansa memiliki kesamaan dengan mantan Presiden AS Donald Trump, ikon politisi sayap kanan di seluruh dunia," kata Zhang Hong, pakar studi Eropa Timur dari Akademi Ilmu Sosial China.

"Jansa mengadopsi moto 'Slovenia first' dan mengecam media yang tidak disukainya sebagai berita palsu. Dia juga memiliki banyak komentar anti-imigran," katanya.

Jansa dihukum karena korupsi dan dijatuhi hukuman dua tahun penjara pada tahun 2013. Dia memicu kritik pada Oktober 2021 karena mempromosikan teori konspirasi dalam upaya untuk mendiskreditkan pemimpin delegasi Parlemen Eropa yang mengunjungi Slovenia untuk melihat status negara hukumnya, kebebasan pers dan perang melawan korupsi, menurut laporan media.

"Terkenal di Eropa dan menghadapi tuduhan korupsi, Jansa memainkan kartu Taiwan untuk menutupi resumenya yang bermasalah, dengan mengorbankan Uni Eropa dan memperumit hubungan China-UE," kata Zhang.  

Cui Hongjian, direktur Departemen Studi Eropa di Institut Studi Internasional China, mengatakan bahwa mirip dengan Lithuania, Slovenia ingin memperkuat suara dan kehadiran politiknya di UE melalui polemik tentang Taiwan.  

"Jansa juga ingin menekan Prancis, yang baru saja mengambil alih kepresidenan Uni Eropa dari Slovenia, dan memaksa Paris untuk mengikuti sikapnya terhadap pertanyaan Taiwan," kata Cui.  

"Politisi Lithuania dan Slovenia menggunakan ketidakpercayaan Uni Eropa terhadap China untuk mengganggu kerja sama," lanjutnya.

Populer

Rocky Gerung Ucapkan Terima Kasih kepada Jokowi

Minggu, 19 Mei 2024 | 03:46

Pengamat: Jangan Semua Putusan MK Dikaitkan Unsur Politis

Senin, 20 Mei 2024 | 22:19

Dulu Berjaya Kini Terancam Bangkrut, Saham Taxi Hanya Rp2 Perak

Sabtu, 18 Mei 2024 | 08:05

Bikin Resah Nasabah BTN, Komnas Indonesia Minta Polisi Tangkap Dicky Yohanes

Selasa, 14 Mei 2024 | 01:35

Massa Geruduk Kantor Sri Mulyani Tuntut Pencopotan Askolani

Kamis, 16 Mei 2024 | 02:54

Aroma PPP Lolos Senayan Lewat Sengketa Hasil Pileg di MK Makin Kuat

Kamis, 16 Mei 2024 | 14:29

IAW Desak KPK Periksa Gubernur Jakarta, Sumbar, Banten, dan Jateng

Senin, 20 Mei 2024 | 15:17

UPDATE

Jelang Long Weekend, IHSG Ditutup Cerah ke Level 7.222

Kamis, 23 Mei 2024 | 08:01

Prabowo Pastikan Tidak Anti Kritik, asal Objektif

Kamis, 23 Mei 2024 | 07:41

Sahroni Sayangkan Pengusiran Warga Kampung Bayam

Kamis, 23 Mei 2024 | 07:24

Libur Waisak, Ganjil Genap di Jakarta Ditiadakan

Kamis, 23 Mei 2024 | 07:01

Pj Gubernur Jabar Optimistis Polisi Mampu Usut Kasus Pembunuhan Vina Cirebon

Kamis, 23 Mei 2024 | 06:48

Caleg Terpilih DPRD Mojokerto Dilaporkan ke Polisi

Kamis, 23 Mei 2024 | 06:22

Bukan Anak Pejabat, Pegi Perong Ternyata Cuma Kuli Bangunan

Kamis, 23 Mei 2024 | 06:08

Tak Didampingi Armuji saat Silaturahmi ke Golkar Surabaya, Ini Alasan Eri Cahyadi

Kamis, 23 Mei 2024 | 05:49

Emak-emak Pedagang Pasar di Tegal Dukung Sudaryono

Kamis, 23 Mei 2024 | 05:35

Dapat 3 Kali Makan Sehari, Katering Jemaah di Tanah Suci Disiapkan 78 Dapur

Kamis, 23 Mei 2024 | 05:15

Selengkapnya