Berita

Menteri Pertahanan RI Prabowo Subianto/Net

Publika

Prabowo Gagal Nyapres, Gerindra Nyungsep

Oleh: Tony Rosyid
SELASA, 18 JANUARI 2022 | 03:35 WIB

TAK ada pilihan. Prabowo mesti nyapres. Sebab, hanya Prabowo yang saat ini menjadi satu-satunya ikon Gerindra.

Seperti PDIP tanpa Megawati dan Demokrat tanpa Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), kedua partai ini akan kehilangan pengikut.

Selain faktor sejumlah kader yang terseret kasus korupsi, Demokrat hancur ketika SBY tidak nyapres di Pemilu 2014. Sebab, enggak ada coattail effect. Di pemilu sebelumnya yaitu Pemilu 2009, Demokrat meraih suara 20,4% (kursi di DPR 26,4).

Di Pemilu 2014, suara Demokrat jeblok jadi 10,9% yang berujung pada konflik internal hingga saat ini. Di Pemilu 2019, suara Demokrat merosot lagi di angka 7,77%.

Gerindra bisa bernasib sama. Jika Prabowo tidak nyalon dan suara Gerindra jeblok, maka ada kemungkinan banyak kader yang akan meninggalkan partainya Prabowo ini. Di situ, wibawa Prabowo akan semakin turun dan boleh jadi konflik internal Gerindra akan mulai muncul.

Biasa, gula banyak, ada yang bisa dibagi. Angeng! Gula sedikit, dan jumlah yang berebut banyak, ribut. Ini biasa terjadi dimanapun, dan kapanpun.

Prabowo akan tua dan mati juga. Sebagaimana juga Megawati dan SBY. Jika estafet kepemimpinan partai tidak sedari awal disiapkan dengan membangun sistem yang baik dan kokoh di partai, maka partai akan roboh juga.

Mengacu pada teorinya Max Weber, ada tiga bentuk kepemimpinan. Pertama, otoritas tradisional (konservatif-irasional). Kedua, otorilitas kharismatik, dengan mengandalkan kehebatan seorang pemimpin. Ketiga, otoritas legal-rasional yang berbasis pada sistem dan aturan.

Kepemimpinan otoritas tradisonal dan kharismatik itu rapuh. Kuat selama orang yang ditokohkan masih hidup. Mati, ya organisasi, partai atau komunitas apapun, akan kehilangan sosok yang dibuat gantungan.

Pesantren dengan pengasuh (kiai) berbasis otoritas tradisional dan kharismatik, ketika kiai itu meninggal, sepi. Jumlah santri akan berkurang. Bahkan tidak sedikit gulung tikar. Apalagi kalau enggak punya penerus, pesantren berubah jadi asrama, bahkan gudang sembako.

Beda dengan pesantren modern seperti Gontor, Darun Najah, dan sejenisnya, berganti pengasuh, bahkan enggak ada tokohnya sekalipun, sistem belajar di pesantren tetap jalan. Sebab, sistemnya sudah kuat. Enggak bergantung pada keturunan dan kharisma kiai.

Teori ini berlaku juga buat partai yang sangat bergantung pada kharisma pemimpinnya.

Gerindra saat ini, adalah salah satu partai yang kepemimpinannya  berbasis pada otoritas kharismatik. Sangat bergantung sosok bernama Prabowo.

 Jika Prabowo di Pemilu 2024 tidak nyapres atau gagal nyapres, siap-siap Gerindra terpuruk. Boleh jadi akan sejajar perolehan suaranya dengan PPP di Pemilu 2019 kemarin. Jadi partai gurem.

Memang, dalam politik, tak selalu ada banyak pilihan. Bahkan seringkali hanya tersaji satu pilihan. Termasuk nasib PKS, PPP, dan PAN di Pemilu 2024. Ketiga partai ini berisiko ketika 2024 berkoalisi dengan PDIP.

Sebab, konstituen tiga partai Islam ini sedang marah sama PDIP. Bila memaksakan diri, bisa nyungsep.

Begitulah politik, tidak selalu ada pilihan leluasa. Apalagi, ada partai Gelora yang sekarang sedang membayang-bayangi PKS, dan ada Partai Ummat yang siap mengambil ceruknya PAN.

Jangka pendek, yaitu Pilpres 2024, Gerindra punya dua pilihan. Pertama, capreskan Prabowo, Gerindra selamat. Soal menang kalah, itu nomor dua belas. Yang penting dapat banyak kursi di DPR. Kedua, tidak capreskan Prabowo, siap-siap Gerindra kehilangan banyak kursi di DPR.

Penulis adalah pengamat politik dan pemerhati bangsa

Populer

Pendapatan Telkom Rp9 T dari "Telepon Tidur" Patut Dicurigai

Rabu, 24 April 2024 | 02:12

Polemik Jam Buka Toko Kelontong Madura di Bali

Sabtu, 27 April 2024 | 17:17

Pj Gubernur Ingin Sumedang Kembali jadi Paradijs van Java

Selasa, 23 April 2024 | 12:42

Jurus Anies dan Prabowo Mengunci Kelicikan Jokowi

Rabu, 24 April 2024 | 19:46

Tim Hukum PDIP Minta Penetapan Prabowo-Gibran Ditunda

Selasa, 23 April 2024 | 19:52

Pj Gubernur Jabar Minta Pemkab Garut Perbaiki Rumah Rusak Terdampak Gempa

Senin, 29 April 2024 | 01:56

Bocah Open BO Jadi Eksperimen

Sabtu, 27 April 2024 | 14:54

UPDATE

Pendapatan Garuda Indonesia Melonjak 18 Persen di Kuartal I 2024

Kamis, 02 Mei 2024 | 11:41

Sidang Pendahuluan di PTUN, Tim Hukum PDIP: Pelantikan Prabowo-Gibran Bisa Ditunda

Kamis, 02 Mei 2024 | 11:35

Tak Tahan Melihat Penderitaan Gaza, Kolombia Putus Hubungan Diplomatik dengan Israel

Kamis, 02 Mei 2024 | 11:34

Pakar Indonesia dan Australia Bahas Dekarbonisasi

Kamis, 02 Mei 2024 | 11:29

Soal Usulan Kewarganegaraan Ganda, DPR Dorong Revisi UU 12 Tahun 2006

Kamis, 02 Mei 2024 | 11:25

Momen Hardiknas, Pertamina Siap Hadir di 15 Kampus untuk Hadapi Trilemma Energy

Kamis, 02 Mei 2024 | 11:24

Prabowo-Gibran Diminta Lanjutkan Merdeka Belajar Gagasan Nadiem

Kamis, 02 Mei 2024 | 11:16

Kebijakan Merdeka Belajar Harus Diterapkan dengan Baik di Jakarta

Kamis, 02 Mei 2024 | 11:06

Redmi 13 Disertifikasi SDPPI, Spesifikasi Mirip Poco M6 4G

Kamis, 02 Mei 2024 | 10:59

Prajurit TNI dan Polisi Diserukan Taat Hukum

Kamis, 02 Mei 2024 | 10:58

Selengkapnya