Berita

Ilham Bintang bergaya di jembatan penyeberangan orang (JPO) Phinisi/Ist

Publika

Menjadi “Turis Norak" di Jakarta: Akhirnya, Merasakan Naik JPO Phinisi

SENIN, 10 JANUARI 2022 | 10:29 WIB | OLEH: ILHAM BINTANG

TERNYATA, saya tidak sendirian yang baru minggu lalu, hari Minggu (2/1), merasakan pertama kali menumpang MRT dan Bus Trans Jakarta. Banyak lagi warga yang belum pernah merasakan nikmatnya naik  dua moda transportasi populer dan modern di Ibu Kota itu.

“Saya juga mau ikutan norak, Bang IB,” komen Miing Bagito.

“Terus terang, saya juga belum pernah naik MRT,” sambungnya.

Minggu lalu, saya memang memposting tulisan “Menjadi “Turis Norak" di Jakarta” di berbagai WAG (WhatsApp Group).

Ponggawa grup lawak sohor “Bagito Group” dan mantan anggota DPR RI dari Fraksi PDI-P itu pun merespons. Miing tak bisa menyembunyikan takjubnya. Lalu dia meneruskan  pujian dalan komentarnya di WAG “Artis Senior”.

Dan, terungkaplah: mayoritas artis, member WAG, mengaku sama. Belum pernah merasakan naik MRT dan Bus Trans Jakarta.

Sebenarnya, waktu menulis artikel itu ada perasaan malu. Saya, rasanya, seperti ungkapan “katak dalam tempurung” itu. Atau jadi Malinkundang. Sepuluh tahun terakhir, rajin menulis artikel tentang ikon- ikon kota dunia, sementara ikon Jakarta  terlewatkan. Padahal, “Mass Rapid Transport” atau MRT Jakarta sudah beroperasi sejak 24 Maret 2019. Sedangkan,  Bus Trans Jakarta lebih lama lagi,  sejak 2009.

Namun, baru Minggu (2/1) lalu saya menjajal keduanya.

Inilah fakta berikutnya: “provokasi” tulisan “menjadi orang nora” di Jakarta, berlanjut. Terjadi semacam viral kecil-kecilan di berbagai WAG. Banyak yang tergoda untuk merasakan pengalaman naik MRT.

Minggu (9/1) siang saya pun mengulangi trip sama. Kali ini menemani para pengurus Masjid At Tabayyun Taman Villa Meruya, Jakarta Barat.

Dr. Ratu Audity Abigail, menantu saya, mengetahui itu, minta suaminya dr. Yassin menyusul dan mengawal kami, rombongan Masjid At Tabayyun dalam trip ini. Khawatir kami nyasar, atau “salah” prosedur, dan makin norak, hehehe. Maklum rombongannya orang-orang tua semua.

Marah Sakti Siregar, wartawan senior yang menjadi Ketua DKM Masjid At Tabayyun pun tak lupa ucapkan terima kasih kepada pasangan dr Yassin dan dr Audy.

Trip kali ini dilengkapi dengan rencana menjajal JPO (Jembatan Penyeberangan Orang) Phinisi di jantung Jakarta, Jalan Jendral Sudirman. Minggu lalu JPO itu gagal kami jajal karena aksesnya masih ditutup. Menunggu pembukaannya secara resmi, kemungkinan bulan ini. Penampakan  luar JPO ini bikin ngiler. Membentang gagah di atas jalan Jendral Sudirman - MH.   Thamrin.

Kedua sisinya berkontur kayu menggambarkan karakter kapal Phinisi Anjungannya, terletak paling atas, niscaya akan menjadi ikon baru, atau spot foto yang paling mentereng. Sekarang saja sudah menarik perhatian pengendara lalu lintas dari sisi mana pun.

Gubernur DKI Anies Baswedan rupanya membaca reportase saya mengenai “piknik norak di Jakarta” minggu lalu. Reportase itu disiarkan di beberapa media.

“Masya Allah,” komennya lewat japri di WA saya hari itu juga. Anies kemudian menawari untuk “menjajal” JPO Phinisi itu.

“Nanti saya atur, kapan sempat, Bang IB,” janji orang nomer satu di Jakarta itu.

Realisasi Janji Anies

JPO Phinisi merupakan realisasi janji Anies merevitalisasi JPO Sudirman Tahap 2. Kemarin, waktu naik JPO itu, puluhan pekerja sedang menyelesaikan finishingnya.

Dalam pernyataan Anies beberapa waktu lalu, JPO Phinisi didedikasikan juga untuk mengenang perjuangan dan pengorbanan tenaga medis dalam menangani pandemi virus Covid-19.

JPO Phinisi bukan sekedar jembatan unik dan cantik yang menjadi ikon baru Jakarta.  Namun, fungsinya mengintegrasikan penumpang semua moda transportasi publik: MRT, Trans Jakarta, dan juga pengendara sepeda.

Tersedia lift yang berkapasitas besar di kedua ujung sisi jembatan, untuk memudahkan disabilitas menyeberang jalan.

JPO memang menghubungkan Jalan Sudirman ke arah Istana dan ke arah Semanggi.

Di tengah jembatan ada anjungan yang atapnya berbentuk kapal Phinisi. Ada tangga yang lebar untuk menaiki anjungan yang cukup luas. Terbayang di benak, seandainya bisa membawa kursi lipat, penyeberang bisa rehat sejenak du Anjungan, sambil- sambil duduk minuh teh atau kopi menunggu sunset, dan menyaksikan  arus lalu lintas di bawahnya. Tinggi jembatan sekitar 10 meter. Posisi anjungan 5 meter lebih tinggi di atas jembatan penyeberangan.

Kultur MRT

Lobby The Plaza di Plaza  Indonesia titik  kumpul rombongan Masjid At Tabayyun, Minggu siang itu. Fransiskus, sekuriti Plaza Indonesia, menyambut ramah. Pria setengah baya asal Flores melantik sendiri dirinya sebagai pasukan pengawal VVIP.

Ia lalu mengantar kami sampai di pintu masuk MRT. Dia memilihkan akses yang bisa menggunakan eskalator masuk stasiun.  Rombongan terdiri belasan orang yang sepanjang jalan riuh dengan senda gurau.

Ada Pak Andre, Ustaz Asep, Pak Taupik, Pak Husni, Pak Marah Sakti Siregar  dengan istri masing-masing. Mereka lah yang dijuluki “Walisongo” At Tabayyun.

Ternyata dengan cepat beradaptasi dengan kultur di MRT ini. Sejak deteksi  protokol kesehatan di pintu masuk stasiun yang dijaga ketat. Tiap penumpang harus mengakses barkot @Pedulindungi Setelah itu pemeriksaan suhu. Lanjut tap kartu di e-gate.  Saya mengamati semua tahapan itu. Seluruh penumpang mematuhi protokol itu dengan tertib.  Patuh pada aturan mendahulukan penumpang yang turun, baru memasuki gerbong.

Di dalam gerbong MRT, terasa kultur disiplin semakin terjaga. Hanya duduk di kursi yang dibolehkan. Tidak berbicara, sesuai yang dianjurkan dalam pengumuman petugas tiap pemberhentian. Saya benar- benar takjub menyaksikan  pemandangan berikutnya di dalam gerbong. Tanpa dikomando, penumpang yang berusia muda, serempak berdiri dari duduknya dan menyerahkan itu kepada penumpang yang lebih tua. Sudah lama betul budaya itu seperti “hilang” di dalam pergaulan sosial kita.

Sepanjang perjalanan kereta, hanya pemandangan ini yang kita lihat: kalau tidak membaca (ponsel) penumpang  mendengar musik lewat earphone.

Masya Allah, pemandangan itu pertama kali bikin saya takjub tahun 1985 di Tokyo waktu naik MRT  (Subway/Sabuai dalam lidah orang Jepang) Pengalaman itu berkali-kali saya tulis sebagai perlambang kemajuan peradaban bangsa Jepang.

Pemandangan itu kini ada di Jakarta. Paling tidak, antara Lebak Bulus dan Bundaran HI -- di rute MRT. Saya memeriksa juga toilet di stasiun yang bersih dan terawat.

Pemandangan sejenak itu -- saya namakan kultur MRT -- luar biasa menginspirasi.

Rute yang kami pilih Bundaran HI -- Setopan ASEAN. Kemudian balik ke Setopan MRT Karet.

Mengakhiri rute itu, rombongan kemudian menikmati kenyamanan pedestrian di kawasan Jalan Sudirman, yang lapang dan bersih. Beberapa warga tampak duduk-duduk menikmati petang Jakarta. Bersama kekasih, keluarga, dan teman-temannya. Pedesterian ini tampaknya telah menjanjikan pula kultur  kota modern.

Pakai APD

Sore itu, kami disambut petugas Jasa Marga di JPO Phinisi. Karena, JPO sedang dilaksanakan pekerjaan finishing oleh petugas perlu pengaturan menaiki JPO. Direkomendasikan bergantian, masing-masing lima orang.

Semua harus memakai APD (Alat Pengamanan Diri) yang disediakan petugas itu. Semua rombongan bahagia bisa merasakan naik Phinisi yang mengarungi jalan utama di Jakarta, Sudirman -- Thamrin.  Saya belum tanya satu-satu. Rasanya akan menjadi kenangan tak terlupakan: menjadi turis norak di negeri sendiri.

Maka, “nikmat apalagi yang mau kau dustakan.”

Populer

Sesuai Perintah Prabowo, KPK Harus Usut Mafia Bawang Putih

Minggu, 02 Maret 2025 | 17:41

Digugat CMNP, Hary Tanoe dan MNC Holding Terancam Bangkrut?

Selasa, 04 Maret 2025 | 01:51

Lolos Seleksi TNI AD Secara Gratis, Puluhan Warga Datangi Kodim Banjarnegara

Minggu, 02 Maret 2025 | 05:18

CMNP Minta Pengadilan Sita Jaminan Harta Hary Tanoe

Selasa, 04 Maret 2025 | 03:55

Nyanyian Riza Chalid Penting Mengungkap Pejabat Serakah

Minggu, 09 Maret 2025 | 20:58

Polda Metro Didesak Segera Periksa Pemilik MNC Asia Holding Hary Tanoe

Minggu, 09 Maret 2025 | 18:30

Duit Sitaan Korupsi di Kejagung Tak Pernah Utuh Kembali ke Rakyat

Senin, 10 Maret 2025 | 12:58

UPDATE

Korupsi Menggila, Bangsa Ini Dibawa ke Mana?

Selasa, 11 Maret 2025 | 17:31

Resesi AS Cuma Omon-Omon, Dolar Tembus Rp16.400

Selasa, 11 Maret 2025 | 17:29

Legislator PAN Ungkap Ada Perang Mafia di Tubuh Pertamina

Selasa, 11 Maret 2025 | 17:16

DPR: Kehadiran Pak Simon di Pertamina Getarkan Indonesia

Selasa, 11 Maret 2025 | 17:07

BI dan State Bank of Vietnam Sepakat Perkuat Kerja Sama Bilateral

Selasa, 11 Maret 2025 | 16:56

Masa Jabatan Ketum Partai Digugat di MK, Waketum PAN: Itu Masalah Internal

Selasa, 11 Maret 2025 | 16:54

Anggaran FOLU Net Sink 2030 Non APBN Bisa Masuk Kategori Suap

Selasa, 11 Maret 2025 | 16:54

Pandawara Group Sampaikan Kendala ke Presiden, Siap Berkolaborasi Atasi Sampah

Selasa, 11 Maret 2025 | 16:39

DPR Pertanyakan Pertamina soal ‘Grup Orang-orang Senang’

Selasa, 11 Maret 2025 | 16:37

Menhan: 3 Pasal UU TNI Bakal Direvisi

Selasa, 11 Maret 2025 | 16:24

Selengkapnya