Berita

Ilustrasi/Net

Dunia

Beijing Desak Australia, Jepang dan AS Berhenti Ikut Campur Urusan Dalam Negeri China

SABTU, 08 JANUARI 2022 | 11:51 WIB | LAPORAN: RENI ERINA

Pernyataan terbaru Jepang, AS, dan Australia, tentang sejumlah masalah termasuk hak asasi manusia di wilayah Xinjiang, Hong Kong, serta perdamaian dan stabilitas di Selat Taiwan, mendapat tanggapan dari Pemerintah China.

Dalam pernyatan yang disampaikan pada Jumat (7/1), juru bicara Kementerian Luar Negeri China Wang Wenbin menyayangkan komentar yang dibuat oleh ketiga negara tersebut, dan menekankan bahwa posisi China pada isu-isu terkait Taiwan, Xinjiang, Hong Kong serta isu-isu maritim telah konsisten dan jelas.

"China menyatakan penentangan tegas dan ketidakpuasan yang kuat terhadap tindakan ketiga negara yang terlalu mencampuri urusan dalam negeri China, mengarang informasi palsu untuk mencoreng China dan merusak persatuan dan rasa saling percaya negara-negara kawasan," kata Wang, seperti dikutip dari CGTN.


“Sementara AS, Jepang, dan Australia berbicara tentang kebebasan, keterbukaan dan inklusivitas, mereka sebenarnya bersekongkol dengan beberapa negara, membangun lingkaran kecil, memamerkan kekuatan dan melakukan tindakan intimidasi militer, yang sepenuhnya bertentangan dengan tren pembangunan damai di negara-negara berkembang. wilayah dan bertentangan dengan klaim mereka sendiri untuk menentang 'pemaksaan,'" tambah Wang.

Dia juga mendesak ketiga negara untuk memenuhi tanggung jawab internasional mereka dan memainkan peran masubg-masing dalam membangun perdamaian dan pembangunan regional alih-alih menjadi "pengacau yang menyebarkan kebohongan dan menciptakan hambatan."

Sebelumnya, para menteri luar negeri dan pertahanan Jepang dan AS menyuarakan keprihatinan tentang masalah hak asasi manusia di wilayah Xinjiang dan Hong Kongg, perdamaian dan stabilitas di Selat Taiwan, dan apa yang mereka katakan adalah upaya berkelanjutan China untuk merusak tatanan berbasis aturan, dalam sebuah pernyataan yang dirilis setelah mereka bertemu secara virtual pada Jumat (7/1).

Juga pada Kamis (6/1), para pemimpin Australia dan Jepang mengadakan pertemuan virtual dan menandatangani perjanjian keamanan atas nama penguatan kerja sama keamanan dan pertahanan yang dikatakan sejumah ahli dilakukan untuk menekan China.

Populer

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

Kajari Bekasi Eddy Sumarman yang Dikaitkan OTT KPK Tak Punya Rumah dan Kendaraan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:07

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

Terlibat TPPU, Gus Yazid Ditangkap dan Ditahan Kejati Jawa Tengah

Rabu, 24 Desember 2025 | 14:13

UPDATE

Bank Mandiri Berikan Relaksasi Kredit Nasabah Terdampak Bencana Sumatera

Jumat, 26 Desember 2025 | 12:12

UMP Jakarta 2026 Naik Jadi Rp5,72 Juta, Begini Respon Pengusaha

Jumat, 26 Desember 2025 | 12:05

Pemerintah Imbau Warga Pantau Peringatan BMKG Selama Nataru

Jumat, 26 Desember 2025 | 11:56

PMI Jaksel Salurkan Bantuan untuk Korban Bencana di Sumatera

Jumat, 26 Desember 2025 | 11:54

Trump Selipkan Sindiran untuk Oposisi dalam Pesan Natal

Jumat, 26 Desember 2025 | 11:48

Pemerintah Kejar Pembangunan Huntara dan Huntap bagi Korban Bencana di Aceh

Jumat, 26 Desember 2025 | 11:15

Akhir Pelarian Tigran Denre, Suami Selebgram Donna Fabiola yang Terjerat Kasus Narkoba

Jumat, 26 Desember 2025 | 11:00

Puan Serukan Natal dan Tahun Baru Penuh Empati bagi Korban Bencana

Jumat, 26 Desember 2025 | 10:49

Emas Antam Naik, Buyback Nyaris Tembus Rp2,5 Juta per Gram

Jumat, 26 Desember 2025 | 10:35

Sekolah di Sumut dan Sumbar Pulih 90 Persen, Aceh Menyusul

Jumat, 26 Desember 2025 | 10:30

Selengkapnya