Perdana Menteri Australia Scott Morrison/Net
Rencana penandatangan Perjanjian Akses Timbal Balik (RAA) antara Australia dan Jepang mendapat sorotan dari beberapa pengamat Beijing. Mereka mengatakan perjanjian itu jelas dimaksudkan untuk menekan China.
Dalam sebuah pernyataan, Perdana Menteri Australia Scott Morrison mengatakan bahwa Jepang dan Australia untuk pertama kalinya akan menetapkan kerangka kerja untuk meningkatkan kerja sama pertahanan dan keamanan. Pertemuan puncak virtual antara dirinya dan Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida akan segera dilakukan pada Kamis (6/1).
Sebelumnya Kishida dijadwalkan mengunjungi Australia dan AS minggu ini, namun rencana itu batal menyusul lonjakan kasus Covid-19. Sebagai gantinya, dia akan mengadakan pertemuan virtual dengan Morrison.
Song Zhongping, seorang pakar militer China mengatakan, kesepakatan itu, setelah ditandatangani, akan memperdalam hubungan militer antara kedua negara dengan AS.
Sebelumnya Jepang dan Australia hanya memiliki kerjasama militer tingkat dangkal di bawah mekanisme Quad. Perjanjian itu juga memberi kesempatan kepada Jepang untuk bergabung dengan Quad dan sumber daya militer Quad, penjualan senjata, pertukaran teknologi militer dari Australia, AS, dan Inggris akan terbuka untuk Jepang.
“Tidak diragukan lagi, perjanjian itu menargetkan China,†kata Song, seperti dikutip dari
Global Times, Rabu (5/1).
Misalnya, kata Song, berdasarkan perjanjian tersebut Jepang dan Australia dapat membangun mekanisme komunikasi maritim bersama yang menargetkan China karena keduanya memiliki sejumlah besar pesawat patroli antikapal selam, mereka dapat melakukan aktivitas dari Selat Malaka hingga Selat Miyako di Indo-Pasifik.
“AS adalah sekutu militer bagi Australia dan Selandia Baru, dan juga memiliki aliansi militer dengan Jepang. AS sedang berusaha untuk menghubungkan dua aliansi militer bersama untuk memiliki efek satu tambah satu lebih besar dari dua, alias membentuk NATO lain di kawasan Asia-Pasifik,†kata Song.
Pendapat serupa datang dari Zhou Yongsheng, seorang profesor di Institut Hubungan Internasional di China Foreign University.
“RAA adalah salah satu terobosan periferal yang hati-hati yang telah dilakukan Jepang untuk mempersiapkan merevisi konstitusinya, menyusul tindakan pencabutan larangan pertahanan diri kolektif pada tahun 2016,†kata Zhou .
“Tidak seperti Quad yang tidak dapat memungkinkan kunjungan militer timbal balik yang sering, RAA akan memperluas pasukan Jepang ke kawasan Pasifik Selatan dan mempromosikan cakupan penuh Strategi Indo-Pasifik Jepang,†ujarnya.
Di bawah pemerintahan Morrison, hubungan China-Australia berada di titik terendah, sementara Australia masih menggembar-gemborkan teori "ancaman China" dan mengambil strategi yang salah untuk menyerang China, yang selanjutnya dapat mengobarkan ketegangan.