Berita

Pembangkit listrik tenaga nuklir, yang unit terakhirnya akan ditutup pada pergantian tahun, di Gundremmingen, Jerman, 29 Desember 2021/Foto Reuters

Dunia

Beralih Fokus pada Enerji Terbarukan, Jerman Cabut Tiga dari Enam Pembangkit Nuklir Terakhir

JUMAT, 31 DESEMBER 2021 | 07:54 WIB | LAPORAN: RENI ERINA

Jerman menghentikan tiga dari enam pembangkit listrik tenaga nuklirnya yang terakhir. Reaktor Brokdorf, Grohnde, dan Gundremmingen C, dijalankan oleh utilitas E.ON (EONGn.DE) dan RWE (RWEG.DE), akan ditutup pada Jumat (31/12) setelah tiga setengah dekade beroperasi.

Keputusan itu diambil karena ingin mengalihkan fokusnya pada enerji terbarukan. Keputusan itu juga datang menyusul kehancuran reaktor Fukushima Jepang pada 2011 ketika gempa bumi dan tsunami menghancurkan pembangkit listrik di pesisir pantai dalam bencana nuklir terburuk di dunia sejak Chernobyl,  25 tahun sebelumnya.

Tiga pembangkit listrik tenaga nuklir terakhir lainnya, Isar 2, Emsland dan Neckarwestheim II, juga akan dimatikan pada akhir tahun 2022.


Penghapusan energi yang dianggap bersih dan murah oleh beberapa orang, merupakan langkah yang tidak dapat diubah untuk ekonomi terbesar Eropa, menghadapi target iklim yang ambisius dan kenaikan harga listrik.

"Untuk industri energi di Jerman, penghentian nuklir adalah final," kata Kerstin Andreae, kepala asosiasi industri energi BDEW.

Enam pembangkit listrik tenaga nuklir berkontribusi sekitar 12 persen dari produksi listrik di Jerman pada tahun 2021, menurut laporan  organisasi bisnis Jerman untuk industri energi dan air (BDEW).

Pangsa energi terbarukan hampir 41 persen, dengan pembangkit batubara di bawah 28 persen dan gas sekitar 15 persen.

Jerman bertujuan untuk membuat energi terbarukan memenuhi 80 persen permintaan listrik pada tahun 2030 melalui perluasan infrastruktur tenaga angin dan tenaga surya.

Pemerintah baru, yang berencana untuk meningkatkan upaya perlindungan iklim, mendukung penghentian tenaga nuklir dalam perjanjian koalisinya.

Menteri Ekonomi dan Perlindungan Iklim Robert Habeck pada hari Rabu mengatakan dia tidak melihat konsensus anti-nuklir melemah di Jerman.

Populer

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

Kajari Bekasi Eddy Sumarman yang Dikaitkan OTT KPK Tak Punya Rumah dan Kendaraan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:07

Terlibat TPPU, Gus Yazid Ditangkap dan Ditahan Kejati Jawa Tengah

Rabu, 24 Desember 2025 | 14:13

UPDATE

Kepala Daerah Dipilih DPRD Bikin Lemah Legitimasi Kepemimpinan

Jumat, 26 Desember 2025 | 01:59

Jalan Terjal Distribusi BBM

Jumat, 26 Desember 2025 | 01:39

Usulan Tanam Sawit Skala Besar di Papua Abaikan Hak Masyarakat Adat

Jumat, 26 Desember 2025 | 01:16

Peraih Adhyaksa Award 2025 Didapuk jadi Kajari Tanah Datar

Jumat, 26 Desember 2025 | 00:55

Pengesahan RUU Pengelolaan Perubahan Iklim Sangat Mendesak

Jumat, 26 Desember 2025 | 00:36

Konser Jazz Natal Dibatalkan Gegara Pemasangan Nama Trump

Jumat, 26 Desember 2025 | 00:16

ALFI Sulselbar Protes Penerbitan KBLI 2025 yang Sulitkan Pengusaha JPT

Kamis, 25 Desember 2025 | 23:58

Pengendali Pertahanan Laut di Tarakan Kini Diemban Peraih Adhi Makayasa

Kamis, 25 Desember 2025 | 23:32

Teknologi Arsinum BRIN Bantu Kebutuhan Air Bersih Korban Bencana

Kamis, 25 Desember 2025 | 23:15

35 Kajari Dimutasi, 17 Kajari hanya Pindah Wilayah

Kamis, 25 Desember 2025 | 22:52

Selengkapnya