Berita

Siswa Sekolah Hutan Ekologi Yiri di Qamdo, Xizang/Net.

Dunia

China: Laporan Media India Soal Kamp Indoktrinasi Anak-anak di Tibet adalah Berita Bohong

RABU, 29 DESEMBER 2021 | 06:40 WIB | LAPORAN: RENI ERINA

Laporan yang baru-baru ini dimuat media India tentang adanya fasilitas ‘kamp indoktrinasi’ yang menyasar anak-anak yang bersekolah di sekolah asrama di wilayah Xizang (Tibet) China menjadi fokus perhatian Beijing.

Mengutip ‘laporan intelijen dan penyadapan dari badan keamanan India’, Hindustan Times dalam laporannya menyebutkan bahwa sekolah-sekolah tersebut membantu Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) merekrut lebih banyak penduduk lokal di tengah ketegangan perbatasan dengan India.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri China Zhao Lijian dalam konferensi persnya pada Senin (27/12) menyebut apa yang dilaporkan media India tersebut sepenuhnya tidak berdasar dan merupakan tindakan penyebaran informasi yang tidak benar.


Sejumlah pengamat di Beijing bahkan menyebut laporan Hindustan Times kembali menunjukkan sisi konyol dari media arus utama India. Mereka juga mengaku tidak terkejut dengan laporan seperti itu, karena saat ini muncul fenomena baru yang mengatakan “menjadi anti-China adalah kebenaran politik.”

Menurut laporan Hindustan Times, apa yang disebut fasilitas indoktrinasi dirancang untuk menanamkan pandangan dunia yang disinisisasi dan memberikan pelatihan militer dasar kepada anak-anak etnis Tibet untuk mempersiapkan mereka menjadi tentara. Ada sekitar 900.000 anak-anak Tibet berusia enam hingga 18 tahun dan anak-anak berusia empat dan lima tahun dalam jumlah yang tidak diketahui, berada di sekolah-sekolah yang dikelola negara.

Untuk mendukung klaimnya, laporan tersebut dengan tanpa dasar memaparkan anak-anak Tibet berusia sembilan hingga 14 tahun diberikan pelatihan dasar militer dan indoktrinasi di dua kamp, daan sekitar 400 anak-anak Tibet diberikan pelatihan semacam itu termasuk menangani senjata di Prefektur Nyingchi di Xizang.

Faktanya, apa yang disebut praktik indoktrinasi itu adalah sebuah kamp musim panas enam hari bertema militer berjudul ‘Eglets in the Land of Snow’ yang diadakan pada bulan Juli, yang diliput secara luas oleh media China seperti China News Service (CNS).

“Sebanyak 100 siswa muda terutama dari sekolah dasar dan menengah di Lhasa yang berusia 8 hingga 16 tahun, berpartisipasi dalam perkemahan musim panas. Kegiatan di dalam perkemahan seperti pelatihan taekwondo dan permainan catur, difokuskan untuk mengatasi masalah psikologis dan perilaku umum secara efektif untuk anak-anak kecil,” lapor CNS.

Global Times juga mencatat bahwa adalah hal yang umum bagi banyak kota di China, tidak hanya di wilayah Xizang, untuk mengadakan kamp musim panas militer semacam itu, yang bertujuan menumbuhkan kemampuan anak-anak untuk menjaga diri mereka sendiri dan menghindari sifat manja.

Bukan rahasia lagi bahwa sekolah menengah dan perguruan tinggi China juga menggelar acara tradisional seperti itu, yang lebih dikenal sebagai Junxun, sebagai pelajaran pertama bagi mahasiswa baru di seluruh negeri.

Long Xingchun, seorang peneliti senior di Akademi Tata Kelola Regional dan Global dari Universitas Studi Asing Beijing, buka suara atas laporan tersebut.

“Pemilik organisasi berita di India, yang merupakan kelas sosial elit, harus memiliki pengetahuan tentang praktik umum seperti itu di seluruh dunia dan ini bahkan terjadi di India. Hyping dan mengolesi kasus ini hanya untuk melayani penonton domestik dan menarik perhatian,” katanya.

“Pemerintah dan militer India tidak akan menganggapnya serius,” lanjut Long.

Sementara Qian Feng, direktur departemen penelitian di Institut Strategi Nasional di Universitas Tsinghua, mengatakan bahwa laporan tersebut hanya akan memperparah keretakan antara India dan China.

“Dipengaruhi oleh gelombang anti-China di negara itu, media India tidak malu menggunakan apa pun yang dapat digunakan untuk menyerang China, seperti laporan yang menganggap kamp musim panas itu sebagai fasilitas pelatihan untuk pramuka Tibet,” kata Qian.

“Laporan semacam itu hanya memperlebar keretakan antara China dan India, yang berbahaya bagi perkembangan normal hubungan bilateral,” ujarnya.

Populer

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

Kajari Bekasi Eddy Sumarman yang Dikaitkan OTT KPK Tak Punya Rumah dan Kendaraan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:07

Terlibat TPPU, Gus Yazid Ditangkap dan Ditahan Kejati Jawa Tengah

Rabu, 24 Desember 2025 | 14:13

UPDATE

Kepala Daerah Dipilih DPRD Bikin Lemah Legitimasi Kepemimpinan

Jumat, 26 Desember 2025 | 01:59

Jalan Terjal Distribusi BBM

Jumat, 26 Desember 2025 | 01:39

Usulan Tanam Sawit Skala Besar di Papua Abaikan Hak Masyarakat Adat

Jumat, 26 Desember 2025 | 01:16

Peraih Adhyaksa Award 2025 Didapuk jadi Kajari Tanah Datar

Jumat, 26 Desember 2025 | 00:55

Pengesahan RUU Pengelolaan Perubahan Iklim Sangat Mendesak

Jumat, 26 Desember 2025 | 00:36

Konser Jazz Natal Dibatalkan Gegara Pemasangan Nama Trump

Jumat, 26 Desember 2025 | 00:16

ALFI Sulselbar Protes Penerbitan KBLI 2025 yang Sulitkan Pengusaha JPT

Kamis, 25 Desember 2025 | 23:58

Pengendali Pertahanan Laut di Tarakan Kini Diemban Peraih Adhi Makayasa

Kamis, 25 Desember 2025 | 23:32

Teknologi Arsinum BRIN Bantu Kebutuhan Air Bersih Korban Bencana

Kamis, 25 Desember 2025 | 23:15

35 Kajari Dimutasi, 17 Kajari hanya Pindah Wilayah

Kamis, 25 Desember 2025 | 22:52

Selengkapnya