Berita

Pemain timnas sepakbola Indonesia/Net

Publika

Sepak Bola, Nasionalisme, dan Ketuhanan

Oleh: Yusuf Blegur*
MINGGU, 26 DESEMBER 2021 | 06:27 WIB

KALAU saja tendangan pinalti pemain Singapura Faris Ramli tidak ditepis kiper Indonesia Nadeo Argawinata saat injury time waktu normal. Kemudian pertandingan berakhir dengan skor 3-2 buat kemenangan Singapura meski hanya bermain 9 orang. Maka yang terjadi, sepak bola Indonesia akan menjadi perbincangan seantero dunia.

Di mana tidak ada timnas yang paling buruk di dunia selain Indonesia. Boleh jadi itu menjadi sejarah paling mengerikan bukan saja buat Indonesia. Melainkan juga bagi sepak bola dunia. Efek dominonya, bukan mustahil sepak bola Indonesia bisa bubar.

Tapi Allah Subhannahu Wa Ta'Ala berkehendak lain. Dengan membiarkan drama yang menguras emosi, martabat dan harga diri bangsa. Sang Ilahi masih sayang dan menyelamatkan muka sepak bola dan bangsa Indonesia dari rasa malu dan kecerobohan paling konyol. Meski hanya sekedar pertandingan olah raga internasional.

Kepercayaan diri, motivasi dan nasionalisme yang tinggi lewat sepak bola mungkin tak mampu lagi bisa membesarkan negara dan bangsa. Ditambah  perhatian, kepedulian dan kesejahteraan para atlit oleh pengurus asosiasi olah raga dan pemerintah yang begitu memprihatinkan.

Seperti yang pernah dialami atlit bulutangkis nasional baru-baru ini dan masih banyak olahragawan dan pensiunannya yang berprestasi namun tak mendapat penghargaan dan apresiasi yang layak dari negara.

Ini bukan sekadar keberuntungan bagi timnas dan apes bagi kesebelasan Singapura. Ini juga bukan kebetulan. Lewat dzikir sang kapten timnas jelang pertandingan dimulai (seperti yang terekam video yang beredar di media sosial). Bisa jadi ada rasa kasih sayang dan berkah Ilahi yang masih menyelimuti timnas Garuda.

Setelah diaduk-aduk perasaannya penonton seantero republik mungkin juga dunia. Pemirsa televisi siaran langsung dan live streaming dari android  yang membuncah rasa gemes dan greget. Bercampur menjadi satu ekspresi penuh harapan dan pesimis.

Bahkan hampir frustasi yang diselingi kekecewaan dan umpatan. Terutama saat pertandingan masih berlangsung, pemain timnas Indonesia  yang unggul dua pemain sempat  tertinggal 1-2 dari timnas Singapura hingga menit-menit akhir pertandingan.

Allah Yang Maha Besar dan Maha Kuasa  masih menghendaki timnas Indonesia tampil di final. Tak ada yang tahu seperti apa takdir  Allah pada perhelatan AFC  di penghujung tahun 2021 ini.

Tapi setidaknya, saat dunia ikut menyaksikan pertandingan yang dramatis dan menguras emosi kebangsaan itu.  Menegaskan segala sesuatu yang akan terjadi tak selalu harus mengikuti kata hati dan logika.

Menggapai Spiritualitas


Ada kekuasaan dan kekuatan yang tak terlihat oleh kasat mata. Hanya bisa dirasakan dengan keimanan. Tak dapat dirancang dan direncanakan. Tidak bisa juga direkasaya dan dipengaruhi. Sebaik dan sehebat apapun bekal serta kesiapan  pelbagai hal dalam menghadapi sesuatu, Tak selalu berjalan sesuai dengan harapan dan keinginan manusia semata.

Dari sepak bola kita bisa belajar makna kehidupan yang lebih luas. Tentang kemampuan dan ketidakberdayaan. Tentang kekuatan dan kelemahan. Juga tentang kelebihan dan kekurangan. Kenapa negara dan bangsa Indonesia yang kaya sumber daya alam dan  sumber daya manusianya. Telah lama tidak mewujud negara yang besar dan adidaya.

Kenapa itu bisa terjadi berpuluh-puluh tahun, bahkan ratusan tahun sebelum mewujud Indonesia. Hingga sekarang, kehebatan dan potensi luar biasa pada Indonesia telah menjadi anomali. Negara dan bangsanya terpuruk, rakyatnya juga kekinian menjadi kerdil.

Tanpa nasionalisme, tanpa Pancasila,  tanpa agama secara esensi dan substansi. Indonesia memang miris dan ironi. Realitas serba kontradiksi dan distorsi. Sementara nilai- nilai menjadi ilusi dan uthopi. Seperti menyimak timnas Indonesia melawan timnas Singapura. Semua yang terjadi saat berlangsungnya pertandingan tersebut,  sesungguhnya tidak ideal dan jauh dari kelayakan meskipun terseok-seok memenangkan permainan.

Sama seperti  timnas sepak bola. Negara dan bangsa Indonesia  boleh jadi memiliki semua yang tidak ada pada negara dan bangsa lain. Semua yang sejatinya membuat menjadi lebih baik dan beradab. Tapi ada satu  yang justru  menjadi penting dan utama yang tak dimiliki Indonesia. Hanya satu   yang radijal dan fundamental. Berupa keberkahan  dari Allah Azza Wa Jalla.

Alih-alih mengharumkan nama bangsa dan negara. Mengukir prestasi prestisius yang menjadi kebanggaan, kehormatan dan harga diri rakyat Indonesia. Semoga miskinnya prestasi sepak bola timnas  di tingkat dunia dan beragamnya kebobrokan pengurus PSSI di dalamnya. Tidak menjadi representasi dan miniatur negara yang   tak jauh beda buruknya. Tidak 11-12.

*Penulis adalah pegiat sosial dan aktivis Yayasan Human Luhur Berdikari

Populer

KPK Ancam Pidana Dokter RSUD Sidoarjo Barat kalau Halangi Penyidikan Gus Muhdlor

Jumat, 19 April 2024 | 19:58

Pendapatan Telkom Rp9 T dari "Telepon Tidur" Patut Dicurigai

Rabu, 24 April 2024 | 02:12

Megawati Bermanuver Menipu Rakyat soal Amicus Curiae

Kamis, 18 April 2024 | 05:35

Sekda Jabar akan Tindak Pelaku Pungli di Masjid Raya Al Jabbar

Rabu, 17 April 2024 | 03:41

Diungkap Pj Gubernur, Persoalan di Masjid Al Jabbar Bukan cuma Pungli

Jumat, 19 April 2024 | 05:01

Bey Machmudin: Prioritas Penjabat Adalah Kepentingan Rakyat

Sabtu, 20 April 2024 | 19:53

Pj Gubernur Ingin Sumedang Kembali jadi Paradijs van Java

Selasa, 23 April 2024 | 12:42

UPDATE

Samsung Solve for Tomorrow 2024, Momentum untuk Dorong Peningkatan Literasi Digital

Sabtu, 27 April 2024 | 11:48

Paguyuban Warung Madura: Harusnya Kami Dilindungi Bukan Diberangus!

Sabtu, 27 April 2024 | 11:36

PIS Sukses Tekan Emisi 25,4 Ribu Ton Setara CO2

Sabtu, 27 April 2024 | 11:18

Sam Altman hingga Sundar Pichai Gabung Dewan Keamanan AI Amerika Serikat

Sabtu, 27 April 2024 | 10:59

OASA Perkuat Modal di Anak Usaha Rp69 Miliar

Sabtu, 27 April 2024 | 10:41

Ilham Bintang: Prabowo Siap-Siap Beli Obat Anti Resah

Sabtu, 27 April 2024 | 10:37

Induk Perusahaan Google Bagi-bagi Dividen untuk Pertama Kali

Sabtu, 27 April 2024 | 10:29

KPU Sewa 8 Kantor Hukum Hadapi Perselisihan Pileg 2024

Sabtu, 27 April 2024 | 10:20

Blinken: Amerika Tidak Bermaksud Menghambat Tiongkok Lewat Pembatasan Ekspor Chip

Sabtu, 27 April 2024 | 10:18

Realisasi Anggaran untuk IKN Capai Rp4,3 Triliun per April 2024

Sabtu, 27 April 2024 | 10:02

Selengkapnya