Berita

Ilutrasi/Net

Dunia

Dewan Tekstil China: UU Pencegahan Kerja Paksa Buatan AS Keji dan Berbahaya Bagi Perdagangan Internasional

SABTU, 25 DESEMBER 2021 | 16:42 WIB | LAPORAN: RENI ERINA

Undang-Undang Pencegahan Kerja Uighur yang ditandatangani Presiden AS Joe Biden dikutuk keras Dewan Tekstil dan Pakaian Nasional China (CNTAC).

Sebagai tanggapan, CNTAC bersama 12 asosiasi anak perusahaan mengeluarkan pernyataan bersama pada Sabtu (25/12), mengatakan bahwa UU tersebut secara serius dan brutal merusak kepentingan China secara keseluruhan dan menimbulkan kemarahan besar dari masyarakat, industri tekstil dan konsumen China.

Langkah sepihak AS untuk memblokir komoditas yang diproduksi di Xinjiang ke dalam rantai pasokan internasional adalah perilaku hegemoni dan itu menetapkan preseden yang keji dan berbahaya di bidang aturan ekonomi dan perdagangan internasional," kata pernyataan tersebut, seperti dikutip dari CGTN.


Dalam pernyataannya, CNTAC juga kembali menegaskan bahwa tidak ada kerja paksa seperti yang disebutkan Barat, dan bahwa kapas Xinjiang memainkan peran penting dalam rantai pasokan internasional yang menyumbang hampir 20 persen dari produksi kapas global pada tahun 2021 dengan hasil 5,129 juta ton.

"Kami menyerukan Amerika Serikat untuk menghadapi posisi serius pemerintah, industri dan konsumen China, dan memperbaiki tindakan legislatif dan administratif yang salah sesegera mungkin," bunyi pernyataan itu.

"Industri kapas dan tekstil China telah bekerja pada perlindungan tenaga kerja," kata pernyataan itu, mencatat petani kapas dan karyawan industri tekstil meningkatkan pendapatan dan kualitas hidup dengan kerja keras mereka.

"Mekanisasi produksi kapas skala besar di Xinjiang telah mengurangi intensitas tenaga kerja sekaligus meningkatkan produktivitas," kata asosiasi itu.

Pernyataan tersebut juga mengungkaokan bahwa tahun ini, 87,9 persen panen kapas di Xinjing dilakukan dengan mesin, dan industri kapas telah menjadi sumber pendapatan utama bagi kelompok etnis minoritas setempat, menawarkan sekitar 600.000 pekerjaan.

Populer

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

Kajari Bekasi Eddy Sumarman yang Dikaitkan OTT KPK Tak Punya Rumah dan Kendaraan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:07

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

Terlibat TPPU, Gus Yazid Ditangkap dan Ditahan Kejati Jawa Tengah

Rabu, 24 Desember 2025 | 14:13

UPDATE

Bank Mandiri Berikan Relaksasi Kredit Nasabah Terdampak Bencana Sumatera

Jumat, 26 Desember 2025 | 12:12

UMP Jakarta 2026 Naik Jadi Rp5,72 Juta, Begini Respon Pengusaha

Jumat, 26 Desember 2025 | 12:05

Pemerintah Imbau Warga Pantau Peringatan BMKG Selama Nataru

Jumat, 26 Desember 2025 | 11:56

PMI Jaksel Salurkan Bantuan untuk Korban Bencana di Sumatera

Jumat, 26 Desember 2025 | 11:54

Trump Selipkan Sindiran untuk Oposisi dalam Pesan Natal

Jumat, 26 Desember 2025 | 11:48

Pemerintah Kejar Pembangunan Huntara dan Huntap bagi Korban Bencana di Aceh

Jumat, 26 Desember 2025 | 11:15

Akhir Pelarian Tigran Denre, Suami Selebgram Donna Fabiola yang Terjerat Kasus Narkoba

Jumat, 26 Desember 2025 | 11:00

Puan Serukan Natal dan Tahun Baru Penuh Empati bagi Korban Bencana

Jumat, 26 Desember 2025 | 10:49

Emas Antam Naik, Buyback Nyaris Tembus Rp2,5 Juta per Gram

Jumat, 26 Desember 2025 | 10:35

Sekolah di Sumut dan Sumbar Pulih 90 Persen, Aceh Menyusul

Jumat, 26 Desember 2025 | 10:30

Selengkapnya