Berita

Ilustrasi/Net

Dunia

Barat Kecam Rusia atas Dugaan Mengerahkan Pasukan Tentara Bayaran Wagner ke Mali

JUMAT, 24 DESEMBER 2021 | 08:36 WIB | LAPORAN: RENI ERINA

Negara-negara Barat mengutuk Moskow atas dugaan memberikan dukungan kepada pejuang pemberontak dengan mengerahkan tentara bayaran Wagner ke Mali.

Kanada, Jerman, Prancis, dan Inggris - yang terlibat dalam perang melawan pemberontakan Islam di Mali - dan 11 negara lainnya pada Kamis (23/12) menyuarakan kemarahan mereka dalam sebuah pernyataan bersama.

Dalam deklarasi yang ditandatangani oleh 15 kekuatan Barat itu, mereka menyatakan apa yang dilakukan Rusia dapat memperburuk situasi keamanan di Afrika Barat.

"Pengerahan ini hanya dapat memperburuk situasi keamanan di Afrika Barat, menyebabkan memburuknya situasi hak asasi manusia di Mali dan mengancam kesepakatan untuk perdamaian dan rekonsiliasi di Mali," isi dari pernyataan bersama, seperti dikutip dari ABC News.

"Kami menyadari keterlibatan pemerintah Federasi Rusia dalam memberikan dukungan material untuk penyebaran kelompok Wagner (organisasi paramiliter Rusia) di Mali dan menyerukan Rusia untuk kembali ke perilaku yang bertanggung jawab dan konstruktif di wilayah tersebut," lanjut pernyataan itu.

Mereka juga mengatakan "sangat menyesali" pilihan otoritas Mali untuk menggunakan "dana negara yang telah menipis" hanya untuk membayar tentara bayaran asing, Wagner, alih-alih mendukung angkatan bersenjata Mali.

Mali adalah pusat pemberontakan yang dimulai di utara negara itu pada 2012 dan menyebar ke negara tetangga Niger dan Burkina Faso tiga tahun kemudian.

Mali telah berjuang untuk menahan pemberontakan ekstremis Islam tersebut. Pemberontak ekstremis dipaksa turun dari kekuasaan di kota-kota utara negara itu dengan bantuan operasi militer. Namun, pemberontak berkumpul kembali di padang pasir dan mulai melancarkan serangan terhadap tentara Mali dan pasukannya.

Pernyataan 15 negara Barat itu mengindikasikan bahwa mereka berencana untuk terlibat di Mali, dengan mengatakan “kami tidak akan mengabaikan upaya kami untuk keamanan dan kebutuhan penduduk Mali.”

Ada kekhawatiran yang berkembang atas situasi di Mali, yang dipimpin oleh Kolonel Asimi Goita, pemimpin transisi yang mulai menjabat pada Juni setelah kudeta kedua di negara itu dalam waktu kurang dari setahun. Juga ada kekhawatiran bahwa komitmen untuk mengadakan pemilihan pada Februari 2022 gagal terlaksana.

Juru bicara Departemen Luar Negeri AS Ned Price awal bulan ini mengungkapkan bahwa AS "khawatir" oleh potensi penyebaran pasukan Grup Wagner di Mali di bawah kesepakatan yang dilaporkan akan menelan biaya 10 juta dolar AS per bulan.

Pernyataan Ned Price juga mencatat bahwa Yevgeniy Prigozhin, seorang pengusaha Rusia dan rekan dekat Presiden Vladimir Putin yang diyakini menjalankan Grup Wagner, dikenai sanksi oleh AS, Inggris, dan Uni Eropa.

Namun, Putin mengatakan Grup Wagner tidak mewakili negara Rusia dan tidak dibayar olehnya. Dia juga mengatakan pengusaha dan kontraktor militer swasta itu memiliki hak untuk bekerja dan mengejar kepentingan mereka di mana pun di dunia selama mereka tidak melanggar hukum Rusia.

Populer

Pendapatan Telkom Rp9 T dari "Telepon Tidur" Patut Dicurigai

Rabu, 24 April 2024 | 02:12

Polemik Jam Buka Toko Kelontong Madura di Bali

Sabtu, 27 April 2024 | 17:17

Pj Gubernur Ingin Sumedang Kembali jadi Paradijs van Java

Selasa, 23 April 2024 | 12:42

Bey Pastikan Kesiapan Pelaksanaan Haji Jawa Barat

Rabu, 01 Mei 2024 | 08:43

Jurus Anies dan Prabowo Mengunci Kelicikan Jokowi

Rabu, 24 April 2024 | 19:46

Tim Hukum PDIP Minta Penetapan Prabowo-Gibran Ditunda

Selasa, 23 April 2024 | 19:52

Pj Gubernur Jabar Minta Pemkab Garut Perbaiki Rumah Rusak Terdampak Gempa

Senin, 29 April 2024 | 01:56

UPDATE

Prabowo-Gibran Perlu Buat Kabinet Zaken

Jumat, 03 Mei 2024 | 18:00

Dahnil Jamin Pemerintahan Prabowo Jaga Kebebasan Pers

Jumat, 03 Mei 2024 | 17:57

Dibantu China, Pakistan Sukses Luncurkan Misi Bulan Pertama

Jumat, 03 Mei 2024 | 17:46

Prajurit Marinir Bersama Warga di Sebatik Gotong Royong Renovasi Gereja

Jumat, 03 Mei 2024 | 17:36

Sakit Hati Usai Berkencan Jadi Motif Pembunuhan Wanita Dalam Koper

Jumat, 03 Mei 2024 | 17:26

Pemerintah: Internet Garapan Elon Musk Menjangkau Titik Buta

Jumat, 03 Mei 2024 | 17:26

Bamsoet Minta Pemerintah Transparan Soal Vaksin AstraZeneca

Jumat, 03 Mei 2024 | 17:16

DPR Imbau Masyarakat Tak Tergiur Investasi Bunga Besar

Jumat, 03 Mei 2024 | 17:06

Hakim MK Singgung Kekalahan Timnas U-23 dalam Sidang Sengketa Pileg

Jumat, 03 Mei 2024 | 16:53

Polisi Tangkap 2.100 Demonstran Pro-Palestina di Kampus-kampus AS

Jumat, 03 Mei 2024 | 16:19

Selengkapnya