Berita

Presiden Rusia Recep Tayyip Erdogan/Net

Dunia

Erdogan: Ribuan Orang Menderita di Donbas, Rusia dan Ukraina Harus Segera Berdamai

SENIN, 06 DESEMBER 2021 | 06:07 WIB | LAPORAN: RENI ERINA

Turki berharap ketegangan antara Rusia dan Ukraina bisa segera diredam dan tidak berlarut-larut.

Sebagai negara yang memiliki hubungan dekat dengan kedua negara, Turki menginginkan adanya dialog perdamaian, dan Presiden Recep Tayyip Erdogan telah menyatakan diri bersiap menjadi penengahnya.

Juru Bicara Erdogan, Ibrahim Kalin, mengatakan, Erdogan bisa mengatur pembicaraan antara Presiden Vladimir Putin dan Presiden Vladimir Zelensky.

"Turki memiliki hubungan baik dengan Rusia dan Ukraina, jadi kami tidak menyetujui atau mendukung konflik apa pun antara kedua negara itu," kata Kalin, seperti dikutip dari Anadolu Agency, Minggu (4/12).

Ia melihat banyak negara Barat yang tidak memiliki hubungan langsung yang konstruktif dengan Rusia, sementara Turki justru memegang peranan dalam hubungannya dengan kedua negara yang sedang bertikai itu.

"Presiden kita dapat mengambil langkah konstruktif untuk deeskalasi dengan mengatur pertemuan antara Putin dan Zelensky," tegas Kalin.

Pada Jumat (3/12), Putin mengatakan dalam percakapan telepon dengan Erdogan bahwa Ukraina mengacaukan pelaksanaan perjanjian Minsk. Hal itu bisa dilihat dalam kegiatan provokatif militer Ukraina di wilayah konflik, termasuk penggunaan drone Bayraktar buatan Turki.

Turki menentang proses yang dapat membantu melepaskan konfrontasi bersenjata dan perang di Donbass, kata Kalin.

“Kami berulang kali mengatakan bahwa kami menentang proses yang mungkin mengarah pada konflik militer dan perang di kawasan itu, termasuk Donbass. Kedua belah pihak memiliki area tanggung jawab tertentu untuk mengurangi ketegangan. Ada langkah yang harus diambil Rusia dan ada langkah yang harus diambil oleh Ukraina," kata Kalin.

Turki memandang bahwa konflik akan membuat semua orang menderita. Ketegangan antara Ukraina-Rusia yang berlangsung selama beberapa dekade telah memakan banyak korban.

"Ribuan orang telah menderita di Donbass, jadi kami siap mendukung semua langkah untuk meredakan ketegangan," ujar Kalin.

Perwakilan Tetap Rusia untuk OSCE, Alexander Lukashevich, mengatakan di Dewan Tetap OSCE di Wina pada Kamis bahwa drone serang dilarang oleh perjanjian Minsk serta oleh langkah-langkah pengendalian gencatan senjata tambahan yang disetujui pada Juli 2020.

Populer

Polemik Jam Buka Toko Kelontong Madura di Bali

Sabtu, 27 April 2024 | 17:17

Kaki Kanan Aktor Senior Dorman Borisman Dikubur di Halaman Rumah

Kamis, 02 Mei 2024 | 13:53

Bey Pastikan Kesiapan Pelaksanaan Haji Jawa Barat

Rabu, 01 Mei 2024 | 08:43

Bocah Open BO Jadi Eksperimen

Sabtu, 27 April 2024 | 14:54

Pj Gubernur Jabar Minta Pemkab Garut Perbaiki Rumah Rusak Terdampak Gempa

Senin, 29 April 2024 | 01:56

Pj Gubernur Jabar Ingin Persiapan Penyelenggaraan Ibadah Haji Sempurna

Kamis, 02 Mei 2024 | 03:58

Telkom Buka Suara Soal Tagihan ‘Telepon Tidur’ Rp9 Triliun Pertahun

Kamis, 25 April 2024 | 21:18

UPDATE

Misi Dagang ke Maroko Catatkan Transaksi Potensial Rp276 Miliar

Minggu, 05 Mei 2024 | 09:51

Zita Anjani Bagi-bagi #KopiuntukPalestina di CFD Jakarta

Minggu, 05 Mei 2024 | 09:41

Bapanas: Perlu Mental Berdikari agar Produk Dalam Negeri Dapat Ditingkatkan

Minggu, 05 Mei 2024 | 09:33

Sadiq Khan dari Partai Buruh Terpilih Kembali Jadi Walikota London

Minggu, 05 Mei 2024 | 09:22

Studi Privat Dua Hari di Taipei, Perdalam Teknologi Kecantikan Terbaru

Minggu, 05 Mei 2024 | 09:14

Kekuasaan Terlalu Besar Cenderung Disalahgunakan

Minggu, 05 Mei 2024 | 09:09

Demi Demokrasi Sehat, PKS Jangan Gabung Prabowo-Gibran

Minggu, 05 Mei 2024 | 09:04

Demonstran Pro-Palestina Lakukan Protes di Acara Wisuda Universitas Michigan

Minggu, 05 Mei 2024 | 08:57

Presidential Club Patut Diapresiasi

Minggu, 05 Mei 2024 | 08:37

PKS Tertarik Bedah Ide Prabowo Bentuk Klub Presiden

Minggu, 05 Mei 2024 | 08:11

Selengkapnya