Berita

Presiden Joko Widodo dan Komisaris Utama PT Pertamina, Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok/Net

Politik

Pengamat: Apa Karena Dekat dengan Jokowi Lalu Ahok Sesukanya?

JUMAT, 03 DESEMBER 2021 | 08:23 WIB | LAPORAN: JAMALUDIN AKMAL

Langkah Komisaris Utama PT Pertamina, Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok yang mengumbar ketidaksetujuan dengan program di Pertamina dan BUMN ke ruang publik, tidak sesuai posisi dan kewenangan saat ini.  

Direktur Pusat Riset Politik Hukum dan Kebijakan Indonesia (PRPHKI), Saiful Anam mengatakan, Ahok tidak sepantasnya memposisikan diri seperti seorang direktur utama (dirut). Sebab, kapasitas seorang komisaris hanya mengawasi saja, bukan melakukan eksekusi.

"Kalau ingin bisa mengeksekusi ya jangan jadi komisaris," ujar Saiful kepada Kantor Berita Politik RMOL, Jumat (3/12).

Menurut Saiful, publik kini bertanya-tanya lantaran Ahok seperti tidak paham posisi dan kedudukannya di Pertamina. Padahal sebagai orang yang pernah menjadi pejabat pemerintahan, Ahok seharusnya paham dengan kedudukan sebagai komisaris.

"Komisaris tugasnya hanya mengawasi, tidak perlu muncul di publik, harus silent, jangan semua dibawa ke publik. Apa mungkin Ahok masih berpikir seperti menjadi Gubernur ? Saya kira kalau betul demikian harus dihilangkan yang demikian, karena kurang baik bagi perkembangan BUMN," kata Saiful.

Menurut Saiful, jika Ahok terus berkoar-koar di media sosial, maka buntutnya bisa merusak citra Pertamina, juga Kementerian BUMN. Sebab, dia seolah bergerak sendiri di luar koridor yang ada.

Bahkan publik bisa saja bertanya-tanya, apakah semua itu sengaja dilakukan Ahok karena masih merasa dekat dengan Presiden Joko Widodo.

“Apakah karena Ahok dekat dengan Jokowi, lalu bertindak sedemikian rupa, sesukanya? Saya kira harus diubah ya. Komisaris itu tidak banyak cuap-cuap, kalau ada yang kurang pas ditegur, tapi jangan dibawa di ruang publik, kasihan Pertamina, karena ia bukan lembaga politik,” tutupnya.

Populer

Seluruh Fraksi di DPR Kompak Serang Kejagung soal Tom Lembong

Rabu, 13 November 2024 | 18:01

Kapolri Mutasi 55 Pati dan Pamen, Ada 3 Kapolda Baru

Selasa, 12 November 2024 | 23:52

Berkinerja Buruk, Kadis Parekraf Layak Diganti

Rabu, 13 November 2024 | 00:20

"Geng Judol" di Komdigi Jadi Gunjingan sejak Bapak itu Jabat Menteri

Rabu, 06 November 2024 | 07:53

Dedi Prasetyo Dapat Bintang Tiga jadi Irwasum, Ahmad Dofiri Wakapolri

Selasa, 12 November 2024 | 22:50

Tak Terima Dikabarkan Meninggal, Joncik Laporkan Akun Facebook "Lintang Empat Lawang" ke Polisi

Kamis, 07 November 2024 | 06:07

Musa Rajekshah Dorong Pemetaan Potensi dan Keunggulan Desa

Kamis, 07 November 2024 | 21:43

UPDATE

Pria Gagal Nyaleg Sampai Nekat Bunuh Diri Depan MA Brasil

Jumat, 15 November 2024 | 14:03

Ijazah Pesantren Harus Diakui Negara Tanpa Syarat

Jumat, 15 November 2024 | 13:55

Rumah Tokoh Asal Riau Dilelang Bank Gara-gara Debiturnya Ngemplang Kedit

Jumat, 15 November 2024 | 13:54

Indonesia Dorong Pengoptimalan Pemanfaatan IK-CEPA untuk Tingkatkan Kinerja Perdagangan

Jumat, 15 November 2024 | 13:45

Pemprov DKI Pastikan Program Bansos Tak Berkaitan dengan Dukungan Pilkada

Jumat, 15 November 2024 | 13:36

Dipimpin Puan, Rapat Persiapan Uji Kelayakan Capim KPK Tertutup

Jumat, 15 November 2024 | 13:36

Dialog Kebangsaan Hari Pahlawan: Jejak Sejarah Lagu Indonesia Raya dan Inspirasi Membangun Nasionalisme

Jumat, 15 November 2024 | 13:31

Regulasi IPS Biang Kerok Kemurkaan Peternak Sapi Perah

Jumat, 15 November 2024 | 13:19

Permintaan Baterai Naik, Komatsu Jepang Tingkatkan Investasi di AS

Jumat, 15 November 2024 | 13:01

Citra Kejaksaan Bisa Terpuruk Jika Tidak Koreksi Diri

Jumat, 15 November 2024 | 12:59

Selengkapnya