Berita

Anggota Komisi VII DPR RI fraksi PKS, Mulyanto/Net

Politik

Transisi Energi Jangan Bebani Rakyat, Pemerintah Harus Fokus Kembangkan EBT di Wilayah-wilayah Defisit Energi

SELASA, 23 NOVEMBER 2021 | 12:53 WIB | LAPORAN: FAISAL ARISTAMA

Pemerintah didesak untuk hati-hati dalam mengimplementasi RUPTL (Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik) 2021-2030. Jangan sampai Indonesia termakan oleh optimisme overdosis atau sekadar tebar pesona terhadap transisi energi ini.

Sebab, kata anggota Komisi VII DPR RI fraksi PKS, Mulyanto, yang akan menjadi korban adalah tarif listrik yang menonjak atau beban subsidi yang meroket.  

Untuk itu, Pemerintah harus menyiapkan proses transisi energi secara bertahap dan prudent. Jangan terlalu ambisius tanpa dasar, karena mengedepankan pencitraan.  
 

 
“Pemerintah memang harus meningkatkan bauran EBT (energi baru terbarukan). Apalagi isu energi hijau ini sudah menjadi agenda dunia. Namun pelaksanaannya harus cermat, agar biaya pokok pembangkitan (BPP) atau tarif listrik tidak ikut naik. Kalau ini terjadi, akibatnya rakyat juga yang jadi korban,” ujar Mulyanto, Selasa (23/11).
 
Sesuai RUPTL 2021-2030, di mana porsi EBT akan mencapai 52 persen, maka BPP PLN akan naik dari Rp 1.423/kWh pada 2021 menjadi Rp 1.689/kWh pada 2025.  

Lalu beban tambahan untuk subsidi dan kompensasi akan membengkak dua kali lipat lebih. Dari Rp 71.9 triliun pada 2021 menjadi Rp 182.3 triliun pada 2025.  

"Apakah Pemerintah punya uang untuk menanggung beban ini? Jangan juga beban ini dialihkan ke rakyat, sehingga menghasilkan listrik yang mahal. Sekarang saja tarif listrik pelanggan rumah tangga di Indonesia hampir dua kali lipat dari tarif listrik di Malaysia. Karena bagi masyarakat yang dibutuhkan adalah tarif listrik yang terjangkau. Bukan listrik bersih tapi mahal," tutur Mulyanto.
 
Atas dasar itu, Mulyanto mendorong Pemerintah mengembangkan EBT di wilayah-wilayah defisit energi. Jangan justru mengembangkan EBT ini di wilayah surplus energi, seperti Jawa dan Sumatera.

Sebab, menurut Mulyanto, ini akan mubazir dan menyebabkan biaya yang harus ditanggung oleh PLN semakin membengkak.
 
“Pemerintah jangan mau didikte oleh negara maju. Negara raksasa PLTU seperti China, India dan Amerika saja tidak berkomitmen untuk penghapusan PLTU ini.  Juga komitmen dana yang 100 miliar dolar AS dari negara maju untuk negara berkembang. Selain terlalu kecil, realisasinya juga belum jelas," paparnya.
 
"Kita harus komit pada kepentingan bangsa terkait ketahanan energi nasional, menyediakan energi yang cukup, murah dan syukur-syukur bersih. Jangan membebani rakyat dengan tarif listrik yang mencekik,” demikian Mulyanto.

Populer

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

OTT Beruntun! Giliran Jaksa di Bekasi Ditangkap KPK

Kamis, 18 Desember 2025 | 20:29

Tamparan bagi Negara: WNA China Ilegal Berani Serang Prajurit TNI di Ketapang

Sabtu, 20 Desember 2025 | 09:26

Tunjuk Ara di Depan Luhut

Senin, 15 Desember 2025 | 21:49

Makin Botak, Pertanda Hidup Jokowi Tidak Tenang

Selasa, 16 Desember 2025 | 03:15

UPDATE

Bawaslu Usul Hapus Kampanye di Media Elektronik

Minggu, 21 Desember 2025 | 11:26

Huntap Warga Korban Bencana Sumatera Mulai Dibangun Hari Ini

Minggu, 21 Desember 2025 | 11:25

OTT Jaksa Jadi Prestasi Sekaligus Ujian bagi KPK

Minggu, 21 Desember 2025 | 11:11

Trauma Healing Kunci Pemulihan Mental Korban Bencana di Sumatera

Minggu, 21 Desember 2025 | 10:42

Lula dan Milei Saling Serang soal Venezuela di KTT Mercosur

Minggu, 21 Desember 2025 | 10:35

Langkah Muhammadiyah Salurkan Bantuan Kemanusiaan Luar Negeri Layak Ditiru

Minggu, 21 Desember 2025 | 10:24

Jadi Tersangka KPK, Harta Bupati Bekasi Naik Rp68 Miliar selama 6 Tahun

Minggu, 21 Desember 2025 | 09:56

Netanyahu-Trump Diisukan Bahas Rencana Serangan Baru ke Fasilitas Rudal Balistik Iran

Minggu, 21 Desember 2025 | 09:32

Status Bencana dan Kritik yang Kehilangan Arah

Minggu, 21 Desember 2025 | 08:55

Cak Imin Serukan Istiqomah Ala Mbah Bisri di Tengah Kisruh PBNU

Minggu, 21 Desember 2025 | 08:28

Selengkapnya