Berita

Tempe yang dibungkus dengan daun jati/Ist

Publika

Maklon

SABTU, 06 NOVEMBER 2021 | 12:20 WIB | OLEH: JOKO INTARTO

INI perkembangan baru tempe Mbah Bayan. Hari ini, untuk kali pertama, pabrik memproduksi pesanan tempe dengan bungkus baru. Maklon sebagai strategi pemasaran baru, mulai direspons pasar.

Hari ini pabrik tempe Mbah Bayan memproduksi tempe dengan bungkus daun jati. Jumlahnya memang belum banyak: Baru 200 paket. Setiap paket berisi 5 bungkus tempe. Total 1.000 bungkus.

Tempe bungkus daun jati itu pesanan seorang pengusaha di Solo. Sepertinya akan dijual kembali dengan merknya sendiri. Bukan merk Mbah Bayan.


Tempe bungkus daun jati boleh dibilang tempe premium. Di pasar umum, tempe jenis ini dijual dengan harga paling mahal. Konon, daun jati memiliki aroma yang membuat tempe terasa lebih sedap.

Walaupun di Grobogan ada hutan jati, tidak mudah untuk mendapatkan pemasok daunnya. Kalaupun ada, harga belinya sudah lumayan mahal. Belum lagi ongkos kirimnya.

Meski mahal, produk tempe bungkus daun jati punya peminat juga. Mereka justru orang-orang yang secara sosial ekonomi sudah mapan. Usianya sudah di atas 40 tahun. Mereka adalah orang-orang yang pernah menikmati lezatnya tempe bungkus daun jati dua dekade yang lalu.

Generasi Y dan Z memang sangat sedikit yang mengenal tempe bungkus daun jati. Dalam 20 tahun terakhir, tempe bungkus plastik sudah mendominasi pasar, disusul tempe bungkus daun pisang.

Bungkus plastik dan daun pisang memang lebih mudah diperoleh. Pemasoknya banyak. Setiap hari selalu tersedia. Harganya juga lebih murah dibanding daun jati.

Dengan cara maklon, pengusaha di Solo itu tidak perlu membangun pabrik tempe. Dia hanya perlu membangun sistem pemasaran saja. Maka untuk memulai sebuah bisnis suplai tempe, pengusaha itu hanya perlu menyiapkan modal kerja.

Maklon adalah istilah umum dalam dunia usaha yang berarti "memproduksi barang sesuai spesifikasi pembeli". Dalam hal ini, pabrik tidak membuat spesifikasi produk dan brand sendiri.

Dalam bisnis modern, maklon merupakan fenomena yang lazim. Banyak pengusaha suplai yang hanya punya spesifikasi barang tetapi tidak punya pabrik atau unit produksi sendiri.

Contoh klasiknya bisa dilihat di Pasar Tanah Abang. Produk batik yang dijual di pasar kain terbesar di Indonesia itu diproduksi para pengusaha di Cirebon, Pekalongan, Solo dan Yogyakarta. Sebagian besar tanpa merek.

Dari pabrik di daerah, kain batik tak bermerk itu dikirim ke pembeli besar di Jakarta. Nah, para pembeli besar itu kemudian menempelkan merk pada kain batik tersebut sebelum dikirim lagi ke Pasar Tanah Abang.

Hanya dengan tempelan secuil kain dengan merek tertentu, harga batik di Pasar Tanah Abang bisa dijual dengan harga yang ajaib. Kenaikan harganya kadang tidak masuk akal. Itulah rahasia brand value.

Dari kasus itu, di pasar muncul produk-produk aneh. Kainnya sama. Motif sama. Desain sama. Warna sama. Model sama. Harga beda. Perbedaan harga itu berasal dari brand value yang tidak sama.

Penulis adalah wartawan senior

Populer

Bobby dan Raja Juli Paling Bertanggung Jawab terhadap Bencana di Sumut

Senin, 01 Desember 2025 | 02:29

NU dan Muhammadiyah Dikutuk Tambang

Minggu, 30 November 2025 | 02:12

Padang Diterjang Banjir Bandang

Jumat, 28 November 2025 | 00:32

Sergap Kapal Nikel

Kamis, 27 November 2025 | 05:59

Peluncuran Tiga Pusat Studi Baru

Jumat, 28 November 2025 | 02:08

Bersihkan Sisa Bencana

Jumat, 28 November 2025 | 04:14

Evakuasi Banjir Tapsel

Kamis, 27 November 2025 | 03:45

UPDATE

Tragedi Nasional dari Sumatra dan Suara yang Terlambat Kita Dengarkan

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:44

Produktivitas Masih di Bawah ASEAN, Pemerintah Susun Langkah Percepatan

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:41

Lewat Pantun Cak Imin Serukan Perbaiki Alam Bukan Cari Keributan

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:38

Bank Mandiri Sabet 5 Penghargaan BI

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:27

Liga Muslim Dunia Siap Lobi MBS untuk Permudah Pembangunan Kampung Haji Indonesia

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:18

Banjir Rob di Pesisir Jakarta Berangsur Surut

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:13

RI–Timor Leste Sepakat Majukan Koperasi

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:08

Revisi UU Cipta Kerja Mendesak di Tengah Kerusakan Hutan Sumatera

Jumat, 05 Desember 2025 | 14:57

Bahlil Telusuri Dugaan Keterkaitan Tambang Martabe dengan Banjir Sumut

Jumat, 05 Desember 2025 | 14:48

BI: Cadangan Devisa RI Rp2.499 Triliun per Akhir November 2025

Jumat, 05 Desember 2025 | 14:39

Selengkapnya