Berita

Ekonom senior INDEF, Prof. Didik J. Rachbini/Net

Bisnis

Berbeda dengan Jepang, Hubungan Ekonomi Indonesia-China Bikin Defisit

RABU, 03 NOVEMBER 2021 | 03:30 WIB | LAPORAN: AHMAD SATRYO

Hubungan ekonomi dengan China tak menghasilkan keuntungan bagi Indonesia. Ekonom senior INDEF, Prof. Didik J. Rachbini, justru melihat perbedaan yang mencolok hubungan yang dibangun pemerintah dengan Jepang.

"Hubungan ekonomi Indonesia dengan China sebetulnya tidaklah begitu dekat seperti halnya hubungan Indonesia dengan Jepang yang sudah berlangsung sekitar 60 tahun," ujar Didik dalam diskusi virtual Paramadina Public Policy Institute yang digelar pada Selasa (2/11).

Didik menjelaskan, kerja sama ekonomi Indonesia-China terbilang coba-coba. Karena menurutnya, investasi China banyak yang merugikan Indonesia, terutama investasi untuk pertambangan nikel, yang memang dibutuhkan dunia.

"Investasi China juga membawa serta barisan tenaga kerja tidak terampil ke Indonesia, yang sebenarnya dilarang oleh UU Penanaman Modal," ungkapnya.

Jika dilihat secara praktis, hubungan ekonomi Indonesia dengan Jepang memang lebih rumit dan lama, karena mereka memiliki ketelitian dalam negosiasi investasi dan kerja sama.

"Tetapi setelah berjalan menjadi mudah dan lancar. Dengan China, kerjasama ekonomi bisa terjadi dengan mudah tetapi ketika berjalan banyak masalah dan bahkan sulit untuk keluar," kata Rektor Universitas Paramadina ini.

Sementara, hasil hubungan ekonomi Indonesia dan China salah satunya menunjukkan perdagangan yang defisit begitu besar, dan berdampak terhadap perekonomian Indonesia yang kini begitu berat.

"Seperti dapat dilihat sekarang ini, nilai tukar Indonesia menjadi melayang-layang dan defisit perdagangan besar dengan China terjadi," paparnya.

Maka dari itu, Didik berkesimpulan bahwa hubungan perekonomian yang terjadi antara Indonesia dan China, kaitannya dengan ekonomi-politik, mempunyai dampak serius yaitu menggerus politik bebas aktif Indonesia.

"Bahkan Indonesia seolah telah menjadi subordinasi China. Kapal China yang masuk perairan Indonesia dihalau dengan sekenanya saja. Padahal dulu politik luar negeri Indonesia amat dihormati seperti era Menlu Ali Alatas yang berwibawa," demikian Didik.

Populer

Pendapatan Telkom Rp9 T dari "Telepon Tidur" Patut Dicurigai

Rabu, 24 April 2024 | 02:12

Polemik Jam Buka Toko Kelontong Madura di Bali

Sabtu, 27 April 2024 | 17:17

Pj Gubernur Ingin Sumedang Kembali jadi Paradijs van Java

Selasa, 23 April 2024 | 12:42

Jurus Anies dan Prabowo Mengunci Kelicikan Jokowi

Rabu, 24 April 2024 | 19:46

Tim Hukum PDIP Minta Penetapan Prabowo-Gibran Ditunda

Selasa, 23 April 2024 | 19:52

Pj Gubernur Jabar Minta Pemkab Garut Perbaiki Rumah Rusak Terdampak Gempa

Senin, 29 April 2024 | 01:56

Bocah Open BO Jadi Eksperimen

Sabtu, 27 April 2024 | 14:54

UPDATE

Pendapatan Garuda Indonesia Melonjak 18 Persen di Kuartal I 2024

Kamis, 02 Mei 2024 | 11:41

Sidang Pendahuluan di PTUN, Tim Hukum PDIP: Pelantikan Prabowo-Gibran Bisa Ditunda

Kamis, 02 Mei 2024 | 11:35

Tak Tahan Melihat Penderitaan Gaza, Kolombia Putus Hubungan Diplomatik dengan Israel

Kamis, 02 Mei 2024 | 11:34

Pakar Indonesia dan Australia Bahas Dekarbonisasi

Kamis, 02 Mei 2024 | 11:29

Soal Usulan Kewarganegaraan Ganda, DPR Dorong Revisi UU 12 Tahun 2006

Kamis, 02 Mei 2024 | 11:25

Momen Hardiknas, Pertamina Siap Hadir di 15 Kampus untuk Hadapi Trilemma Energy

Kamis, 02 Mei 2024 | 11:24

Prabowo-Gibran Diminta Lanjutkan Merdeka Belajar Gagasan Nadiem

Kamis, 02 Mei 2024 | 11:16

Kebijakan Merdeka Belajar Harus Diterapkan dengan Baik di Jakarta

Kamis, 02 Mei 2024 | 11:06

Redmi 13 Disertifikasi SDPPI, Spesifikasi Mirip Poco M6 4G

Kamis, 02 Mei 2024 | 10:59

Prajurit TNI dan Polisi Diserukan Taat Hukum

Kamis, 02 Mei 2024 | 10:58

Selengkapnya