Presiden AS Joe Biden/Net
Korea Utara turut bersuara perihal pernyataan Presiden Joe Biden yang menegaskan akan membela Taiwan jika mereka diserang oleh China.
Wakil Menteri Luar Negeri Korea Utara Pak Myong Ho mengatakan pernyataan Biden itu sembrono dan penuh campur tangan yang tidak bijaksana.
Pak menyebut pernyataan itu mengakibatkan potensi bahaya menyentuh situasi rumit di Semenanjung Korea.
"AS harus ingat bahwa campur tangan sembrononya dalam urusan internal, upayanya untuk memecah belah dan tindakan standar ganda yang terbuka hanya akan mengundang konsekuensi tragis dari mengangkat kapak untuk menjatuhkannya di kakinya sendiri," ujar Pak, seperti dikutip
KCNA, Sabtu (23/10).
Dalam pernyataannya, Pak juga mengkritik AS karena mengirim kapal perang ke Selat Taiwan dan mengumumkan penjualan senjata senilai 750 juta dolar AS.
“Tindakan AS merupakan campur tangan terang-terangan dalam urusan internal Republik Rakyat China (RRC) dan menyebabkan ancaman besar bagi perdamaian dan stabilitas internasional,†kata Pak.
“Kami sepenuhnya mendukung pemerintah dan rakyat China dalam pendirian mereka untuk mempertahankan kedaulatan nasional dan integritas teritorial dan untuk mewujudkan penyatuan tanah air tanpa gagal," tambahnya.
Pernyataan Biden sendiri muncul ketika menjawab pertanyaan apakah AS akan membela Taiwan jika Beijing menyerang.
"Ya, kami memiliki komitmen untuk melakukan itu, kata Biden pada Kamis (21/10), seperti dikutip
CNN.
Gedung Putih kemudian mengklarifikasi pernyataan Biden, dengan mengatakan bahwa Biden tidak mengumumkan perubahan kebijakan AS terhadap Taiwan.
Meski begitu, jawaban Biden dinilai bertentangan dengan kebijakan AS selama beberapa dekade terhadap Taiwan, di mana Washington menganut “ambiguitas strategis†dalam berurusan dengan negara tersebut.
China dan Taiwan berpisah pada tahun 1949, tetapi AS secara resmi mengakui kebijakan satu China.
Di sisi lain, AS masih mempertahankan hubungan informal dengan Taiwan, menyediakan penjualan militer ke negara kepulauan itu untuk memastikannya dapat mempertahankan diri. Namun, AS tidak jelas tentang tanggung jawab untuk membantu Taiwan secara fisik.