Berita

Pegiat sosial dan aktivis Yayasan Human Luhur Berdikari, Yusuf Blegur/Net

Politik

Mati Berdiri Ala Indonesia

Oleh: Yusuf Blegur*
SENIN, 11 OKTOBER 2021 | 07:26 WIB

INI bukan puisi. Apalagi ilusi. Juga bukan imajinasi. Mungkin mirip seperti kontemplasi. Bercampur dengan obsesi yang tak menjadi hakiki.

Ini tentang sunyinya aspirasi. Mencoba setengah revolusi, meski tertatih-tatih dan diambang frustasi.

Negaranya kaya luar biasa. Sumber daya alamnya dimana-mana. Sayangnya bukan anak negeri yang menguasai dan mengelola. Buminya berlimpah harta. Rakyat membayar 405 triliun sekadar bunganya. Sementara utang pokoknya negara tak terkira.


Rakyat hidup sengsara, juga ditambah menangung pajak beraneka. Ada yang hidup miskin semakin miskin, ada yang hidup kaya semakin kaya. Pejabatnya hidup dari jatah proyek negara. Pemimpinnya menikmati komisi pembangunan yang sia-sia.

Banyak tokoh menjual citra dan  basa basi. Pemerintah dan politisi beraksi dengan janji-janji. Pucuk birokrasi menjadi tirani sambil membunuh demokrasi. Kekuasaan keji tak punya hati, tak punya nurani. Haus gengsi dan puja puji. Bawahan setia menjadi keset dan anjing penggonggong.

Koalisi terus menjulur lidahnya, menjilat-jilat kesana-sini. Merapat saling bersiasat dalam konspirasi. Lapar kenikmatan dunia tak bertepi. Berkerumun berebutan menyantap oligarki. Menikmati hegemoni dan dominasi politik ekonomi.

Rakyat dijejali pandemi. Kehadiran agama dibatasi. Ulama dan Kyai sejati dibenci. Habaib yang berani semakin dimusuhi. Penyelenggara negara semakin abai  dari mengingat kebesaran Tuhan. Mengagungkan sistem hidup tanpa religi.

Oposisi bersikap hati-hati. Sambil terus mengamati dan sesekali bereaksi. Kesadaran rakyat menepi. Berhitung melakukan aksi dan demonstrasi. Kreatifitas dan aspirasi dikebiri. Kalau selamat menemui jeruji. Perlawanan sengit diburu sampai mati.

Sampai kapan luka bangsa terus menganga? Membiarkan para durjana berkuasa. Memelihara duka nestapa. Rakyat menderita sepanjang masa. Haruskah rakyat berputus asa? Menunggu datangnya malaikat pencabut nyawa. Menyongsong maut, menikmati mati berdiri ala Indonesia.

Penulis adalah pegiat sosial dan aktivis Yayasan Human Luhur Berdikari

Populer

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

Kajari Bekasi Eddy Sumarman yang Dikaitkan OTT KPK Tak Punya Rumah dan Kendaraan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:07

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

Terlibat TPPU, Gus Yazid Ditangkap dan Ditahan Kejati Jawa Tengah

Rabu, 24 Desember 2025 | 14:13

UPDATE

Bank Mandiri Berikan Relaksasi Kredit Nasabah Terdampak Bencana Sumatera

Jumat, 26 Desember 2025 | 12:12

UMP Jakarta 2026 Naik Jadi Rp5,72 Juta, Begini Respon Pengusaha

Jumat, 26 Desember 2025 | 12:05

Pemerintah Imbau Warga Pantau Peringatan BMKG Selama Nataru

Jumat, 26 Desember 2025 | 11:56

PMI Jaksel Salurkan Bantuan untuk Korban Bencana di Sumatera

Jumat, 26 Desember 2025 | 11:54

Trump Selipkan Sindiran untuk Oposisi dalam Pesan Natal

Jumat, 26 Desember 2025 | 11:48

Pemerintah Kejar Pembangunan Huntara dan Huntap bagi Korban Bencana di Aceh

Jumat, 26 Desember 2025 | 11:15

Akhir Pelarian Tigran Denre, Suami Selebgram Donna Fabiola yang Terjerat Kasus Narkoba

Jumat, 26 Desember 2025 | 11:00

Puan Serukan Natal dan Tahun Baru Penuh Empati bagi Korban Bencana

Jumat, 26 Desember 2025 | 10:49

Emas Antam Naik, Buyback Nyaris Tembus Rp2,5 Juta per Gram

Jumat, 26 Desember 2025 | 10:35

Sekolah di Sumut dan Sumbar Pulih 90 Persen, Aceh Menyusul

Jumat, 26 Desember 2025 | 10:30

Selengkapnya