Berita

Ilustrasi Tiga Fisikawan yang meraih nobel/Ist

Jaya Suprana

Tiga Fisikawan Penerima Anugerah Nobel 2021

JUMAT, 08 OKTOBER 2021 | 20:33 WIB | OLEH: JAYA SUPRANA

MENARIK bahwa anugerah Nobel 2021 untuk fisika diperoleh oleh para saintis yang bekarya secara andaikatamologis dengan model demi memprediksi pemanasan global dan permainan internal sistem-sistem planetarial alias kosmofisika.

Syukuro Manabe dari Universitas Princeton, Amerika Serikat dan Klaus Hasselman dari Max Planck Institute for Meteorology,, Jerman berbagi anugerah untuk karya mereka berdua dalam fisika modelling iklim planet bumi sambil melakukan kuantifikasi variability and reliably prediksi pemanasan global.

Separuh hadiah Nobel lainnya diberikan kepada Giorgi Parisi dari Universitas Sapienz, Roma Italia untuk apa yang disebut oleh dewan juri Nobel sebagai 'the discovery of the interplay of disorder and fluctuations in physical systems from atomic to planetary scales.' .

Upacara penganugerahan Nobel 2021 dilaksanakan oleh The Royal Swedish Academy of Sciences di Session Hall di Stockholm pada pagi hari Selasa 5 Oktober 2021.

Teori Kacau Balau

Sebagai seorang awam fisika yang sedang babak-belur berupaya mempelajari apa yang disebut teori kacaubalau, saya merasa tertarik pada penelitian andaikatamologis yang dilakukan oleh ketiga penerima anugerah Nobel 2021 untuk fisika.

Syukuro Manabe mendemonstasikan bagaimana level terus meningkat karbon diooksida pada atmosfer potensial meningkatkan temperatur pada permukan bumi.

Pada tahun 60-an abad XX, Manabe mengembangkan model fisikal iklim bumi sehingga merupakan ilmuwan pertama yang mengeksplor interaksi antara keseimbangan radiasi dengan transport vertikal massa udara yang mendasari pengembangan model klimat masa kini.

Selama sedasawarsa, Klaus Hasselman menciptakan model yang menghubungkan cuaca dengan iklim maka menjawab pertanyaan kenapa model iklim layak dipercaya meski cuaca selalu berubah-ubah secara kacaubalau.

Hasselman juga mengembangkan metode indentifikasi sinyal spesifik yang mempengaruhi iklim berdasar fenomena alam mau pun perilaku manusia.

Metode andaikatamologis Hasselam didayagunakan untuk membuktikan bahwa peningkatan temperatur atmosphere merupakan akibat emisi karbon dioksida akibat perilaku manusia sebagai suatu hipotesa yang tidak disukai oleh Donald Trump.

Sekitar tahun 1980, Giorgio Parisi menemukan pola-pola tersembunyi di dalam material kompleks terkesan tidak teratur alias kacaubalau.

Penemuan Parisi merupakan kontribusi  penting terhadap teori sistem kompleks demi menjelaskan suasana tak menentu bahkan kacaubalau bukan hanya pada fisika namun juga area lain seperti matematika, biologi, neuroscience dan mesin pembelajaran.  

Perbendaharaan Evolusi

Prof Thor Hans Hansson sebagai ketua Komite Nobel untuk Fisika bersabda bahwa  “The discoveries being recognised this year demonstrate that our knowledge about the climate rests on a solid scientific foundation, based on a rigorous analysis of observations. This year’s Laureates have all contributed to us gaining deeper insight into the properties and evolution of complex physical systems,”

Artinya: penemuan-penemuan yang dihargai pada tahun ini menegaskan bahwa pengetahuan manusia tentang iklim bertumpu di atas landasan saintifik yang solid berdasar analisa ekstensif dan intensif terhadap observasi. Para Nobel Laureat tahun ini telah mempersembahkan pandangan mendalam terhadap perbendaharaan evolusi sistem fisikal yang kompleks).

Sebuah kesimpulan dapat ditarik dari kalimat gaining deeper insight, yaitu pada hakikatnya masih begitu banyak misteri menyelubungi alam semesta belum terpecahkan oleh otak manusia akibat di samping terbatas daya juga  mustahil sempurna.

Justru pada kesadaran bahwa diri tidak sempurna namun tetap gigih berupaya menemukan kesempurnaan yang sebenarnya mustahil itu lah an sich terletak enerji yang menggerakkan mekanisme peradaban umat manusia.

Mirip kisah Sisyphus mendorong batu ke puncak gunung untuk menggelinding ke dasar gunung untuk kembali di dorong ke puncak gunung demi menggelinding ke dasar gunung dan seterusnya dan selanjutnya sampai akhir zaman.

Populer

Pendapatan Telkom Rp9 T dari "Telepon Tidur" Patut Dicurigai

Rabu, 24 April 2024 | 02:12

Polemik Jam Buka Toko Kelontong Madura di Bali

Sabtu, 27 April 2024 | 17:17

Pj Gubernur Ingin Sumedang Kembali jadi Paradijs van Java

Selasa, 23 April 2024 | 12:42

Bey Pastikan Kesiapan Pelaksanaan Haji Jawa Barat

Rabu, 01 Mei 2024 | 08:43

Jurus Anies dan Prabowo Mengunci Kelicikan Jokowi

Rabu, 24 April 2024 | 19:46

Tim Hukum PDIP Minta Penetapan Prabowo-Gibran Ditunda

Selasa, 23 April 2024 | 19:52

Pj Gubernur Jabar Minta Pemkab Garut Perbaiki Rumah Rusak Terdampak Gempa

Senin, 29 April 2024 | 01:56

UPDATE

Pengukuhan Petugas Haji

Sabtu, 04 Mei 2024 | 04:04

Chili Siap Jadi Mitra Ekonomi Strategis Indonesia di Amerika Selatan

Sabtu, 04 Mei 2024 | 04:02

Basri Baco: Sekolah Gratis Bisa Jadi Kado Indah Heru Budi

Sabtu, 04 Mei 2024 | 03:42

Pemprov DKI Tak Ingin Polusi Udara Buruk 2023 Terulang

Sabtu, 04 Mei 2024 | 03:24

Catat, Ganjil Genap di Jakarta Ditiadakan 9-10 Mei

Sabtu, 04 Mei 2024 | 03:22

BMKG Prediksi Juni Puncak Musim Kemarau di Jakarta

Sabtu, 04 Mei 2024 | 02:27

Patuhi Telegram Kabareskrim, Rio Reifan Tak akan Direhabilitasi

Sabtu, 04 Mei 2024 | 02:05

Airlangga dan Menteri Ekonomi Jepang Sepakat Jalankan 3 Proyek Prioritas Transisi Energi

Sabtu, 04 Mei 2024 | 02:00

Zaki Tolak Bocorkan soal Koalisi Pilkada Jakarta

Sabtu, 04 Mei 2024 | 01:35

Bertemu Wakil PM Belanda, Airlangga Bicara soal Kerja Sama Giant Sea Wall

Sabtu, 04 Mei 2024 | 01:22

Selengkapnya