Berita

Budayawan dan aktivis pergerakan, Adhie Massardi/Ist

Rumah Kaca

Mahasiswa Ditembak Lagi

KAMIS, 07 OKTOBER 2021 | 21:30 WIB | LAPORAN: DIKI TRIANTO

Utang kian menumpuk, tapi roda perekonomian juga terus terpuruk. Kohesi sosial yang menjadi modal dasar merebut kemerdekaan kini compang-camping dicabik-cabik para pendengung atau buzzer dengan isu etnis dan agama.

Sialnya, para buzzer itu bagian dari armada racun yang berlindung di balik dinding kekuasaan.

(Dewi) keadilan, yang merupakan urutan pertama dari cita-cita kemerdekaan sebelum kemakmuran, terperosok dalam gorong-gorong kegelapan.

Pengadilan menjadi arena pertunjukan yang membosankan, karena jaksa dan hakim menjadi badut-badut sirkus yang jumpalitan di atas tali kekuasaan.

Di tengah kegentingan yang menggusarkan rakyat, para penyelenggara negara asyik-masyuk bersama induk semangnya, partai politik. Mereka sibuk memperpanjang tali kendali kekuasaan.

Ada yang mengutak-atik masa jabatan, ada juga yang menggali jebakan presidential threshold (20%) agar para penantang baru yang lebih berpihak kepada rakyat tak bisa lewat.

Persoalan kebangsaan yang kompleks ini tentunya sudah dilihat dengan jelas oleh generasi muda, khususnya kalangan mahasiswa. Tak ada bayangan lapangan kerja, pun cercahan cahaya masa depan.

“Generasi muda, para mahasiswa itu punya hak untuk memperoleh masa depan yang lebih baik. Jika negara tidak menyediakan, maka mereka sebagai anak bangsa punya hak untuk menentukan masa depannya,” kata budayawan sekaligus aktivis pergerakan, Adhie M Massardi kepada Kantor Berita Politik RMOL, Kamis malam (7/10).

Bagi Adhie Massardi, demokrasi kini tak bisa lagi dijadikan tangga naik kelas sosial lantaran anak tangganya sudah dipreteli para politisi korup.

Di seluruh dunia, kata dia, mahasiswa masih menggunakan cara berunjuk rasa dalam menata masa depannya. Demonstrasi menjadi cara untuk membuat lubang demi seberkas cahaya masa depan.

“Tapi kenapa di sini, di era rezim Joko Widodo yang sudah berada dalam habitat demokrasi ini, demonstrasi mahasiswa ditembaki, dengan peluru tajam pula?” tanya Adhie.

Hal itu ia ungkapkan berkaitan dengan tragedi tewasnya dua mahasiswa Universitas Halu Oleo (UHO), Kendari, Randi (21) dan Yusuf Kardawi (19) lantaran ditembak aparat negara bersenjata akhir September 2019 lalu.

Untuk mengenang Randi dan Yusuf, mantan Jurubicara Presiden Gus Dur ini pun menuliskan sajak "Mahasiswa Ditembak Lagi", dengan harapan agar kejadian serupa tak terulang.

“Jangan tembaki lagi dengan peluru tajam mahasiswa yang unjuk rasa. Mereka hanya ingin menata masa depan yang lebih baik," demikian Adhie Massardi.

Inilah puisi Adhie M Massardi untuk mengenang dua mahasiswa Kendari yang namanya diabadikan sebagai nama auditorium di gedung Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), 2019 silam.

MAHASISWA DITEMBAK LAGI

*) Mengenang Yusuf, Randi dan semua pejuang muda yang ditembak mati

Suara itu
Suara itu memecah harapan yang sunyi
Timah panas yang dibakar nafsu kekuasaan
Melesat dari moncong laras kesombongan

Mahasiswa
Seorang mahasiswa yang canggung natap masa depan
Terjengkang di antara selangkang siang
Pelor itu mengoyak-moyak cita-cita yang terpendam
di dadanya

Satu lagi
Ya, satu lagi anak bangsa rubuh bergenang darah
Seorang ibu lunglai terkoyak luka jiwanya
Doa yang setiap malam dilafalkan mencair dalam kabut

Darah!
Pohon kekuasaan yang angker terus disiram darah
Bau anyir istana oligarki mencemari langit
Awan ungu sudah enggan menjadi hujan
Orang-orang lalu bertanya, “Ini dosa siapa?”

Anak-anak itu
Saya melihat anak-anak itu hanya ingin menata masa depan
Munguti bebatuan yang ngotori jalan harapan
Dilemparkan ke arah orang-orang bersenjata itu
yang nutupi masuknya cahaya

Politik
Politik bukan lagi generator yang ngalirkan listrik
kesadaran publik
Yang nyalakan lampu kehidupan ketika lorong keadilan menggelap
Itu sebabnya, menurut saya, anak-anak kemudian bergerak

Sampai kapan anak-anak harus menyisir jalan
Membersihkan batu kekuasaan
Yang ngotori jalan masa depan
Menutup semua harapan?


AMM: September 2021.

Populer

Jaksa Agung Tidak Jujur, Jam Tangan Breitling Limited Edition Tidak Masuk LHKPN

Kamis, 21 November 2024 | 08:14

MUI Imbau Umat Islam Tak Pilih Pemimpin Pendukung Dinasti Politik

Jumat, 22 November 2024 | 09:27

Kejagung Periksa OC Kaligis serta Anak-Istri Zarof Ricar

Selasa, 26 November 2024 | 00:21

Rusia Siap Bombardir Ukraina dengan Rudal Hipersonik Oreshnik, Harga Minyak Langsung Naik

Sabtu, 23 November 2024 | 07:41

Ini Identitas 8 Orang yang Terjaring OTT KPK di Bengkulu

Minggu, 24 November 2024 | 16:14

Sikap Jokowi Munculkan Potensi konflik di Pilkada Jateng dan Jakarta

Senin, 25 November 2024 | 18:57

Legislator PKS Soroti Deindustrialisasi Jadi Mimpi Buruk Industri

Rabu, 20 November 2024 | 13:30

UPDATE

Jokowi Tak Serius Dukung RK-Suswono

Jumat, 29 November 2024 | 08:08

Ferdian Dwi Purwoko Tetap jadi Kesatria

Jumat, 29 November 2024 | 06:52

Pergantian Manajer Bikin Kantong Man United Terkuras Rp430 Miliar

Jumat, 29 November 2024 | 06:36

Perolehan Suara Tak Sesuai Harapan, Andika-Hendi: Kami Mohon Maaf

Jumat, 29 November 2024 | 06:18

Kita Bangsa Dermawan

Jumat, 29 November 2024 | 06:12

Pemerintah Beri Sinyal Lanjutkan Subsidi, Harga EV Diprediksi Tetap Kompetitif

Jumat, 29 November 2024 | 05:59

PDIP Akan Gugat Hasil Pilgub Banten, Tim Andra Soni: Enggak Masalah

Jumat, 29 November 2024 | 05:46

Sejumlah Petahana Tumbang di Pilkada Lampung, Pengamat: Masyarakat Ingin Perubahan

Jumat, 29 November 2024 | 05:31

Tim Hukum Mualem-Dek Fadh Tak Gentar dengan Gugatan Paslon 01

Jumat, 29 November 2024 | 05:15

Partisipasi Pemilih Hanya 55 Persen, KPU Kota Bekasi Dinilai Gagal

Jumat, 29 November 2024 | 04:56

Selengkapnya