Berita

Presiden Joko Widodo/Repro

Politik

Pak Jokowi, Kenapa Utang Pemerintah Tidak Buat Mengisi Dompet Rakyat?

SENIN, 04 OKTOBER 2021 | 05:14 WIB | LAPORAN: AHMAD SATRYO

Kebijakan utang pemerintah kembali dipertanyakan publik. Sebab, nilainya yang kini sudah menggelembung hingga hampir menyentuh angka Rp 7.000 triliun tidak nampak menyejahterakan rakyat.

Fakta tersebut diungkap mantan Sekretaris Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Said Didu, dalam wawancaranya bersama Hersubeno Arief, melalui siaran kanal Youtubenya, Minggu (3/10).

Said Didu mengatakan, utang Publik sekarang yang terdiri dari utang BUMN ditambah utang pemerintah dan utang BI sudah mendekati sekitar Rp 13.000 triliun, atau sekitar 80 persen dari PDB Indonesia yang diperkirakan sekitar Rp 18.000 triliun.


Namun khusus utang pemerintah, Said Didu mencatat sampai sekarang sudah mendekati Rp 6.700 triliun, dan diperkirakan akhir tahun ini menjadi Rp 7.000 triliun.

Menurutnya, angka tersebut sudah bertambah sekitar Rp 4.000 triliun dari nilai utang yang tercatat pada 2014 silam yang sebesar Rp 2.700 triliun.

"Perkiraan saya, dengan tambahan utang Rp 4.000 triliun itu akan menciptakan pendapatan rakyat, pendapatan negara dari kegiatan industri, jasa, sehingga negara bisa mendapat peningkatan," ujar Said Didu dikutip Senin subuh (4/10).

Akan tetapi nyatanya, Said Didu melihat pemerintah mengeluarkan kebijakan baru terkait perpajakan yang justru membuat dompet rakyat semakin kempis. Karena, DPR RI telah menyepakati kenaikan tarif pajak pertambahan nilai (PPN) sebesar 1 persen tiap tahunnya secara bertahap hingga 2025, yang dimulai tahun 2022 menjadi 11 persen dari 10 persen.

Dari situ, Said Didu menilai pemerintah telah kehabisan cara mencari solusi menyiasati pembayaran utang yang sudah menggelembung. Yakni, dengan membebankan rakyat lewat pembayaran pajak.

Maka dari itu, pengamat kebijakan publik ini menyimpulkan kebijakan utang pemerintah tidak lagi berdampak pada pertumbuhan kegiatan ekonomi dan pembukaan lapangan kerja, tetapi justru semakin menyengsarakan rakyat di masa pandemi Covid-19 yang masih belum mereda hingga sekarang ini.

"Utang pemerintah ini tidak menyebabkan peningkatan ekonomi, industri perluasan lapangan kerja. Terus utang ini dipakai apa? Justru yang kita lihat pengangguran bertambah, dan industri tidak tumbuh," tandasnya.

Populer

Mantan Jubir KPK Tessa Mahardhika Lolos Tiga Besar Calon Direktur Penyelidikan KPK

Rabu, 24 Desember 2025 | 07:26

Kejagung Copot Kajari Kabupaten Tangerang Afrillyanna Purba, Diganti Fajar Gurindro

Kamis, 25 Desember 2025 | 21:48

Sarjan Diduga Terima Proyek Ratusan Miliar dari Bupati Bekasi Sebelum Ade Kuswara

Jumat, 26 Desember 2025 | 14:06

Mantan Wamenaker Noel Ebenezer Rayakan Natal Bersama Istri di Rutan KPK

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01

8 Jenderal TNI AD Pensiun Jelang Pergantian Tahun 2026, Ini Daftarnya

Rabu, 24 Desember 2025 | 21:17

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

UPDATE

Pramono Pertahankan UMP Rp5,7 Juta Meski Ada Demo Buruh

Rabu, 31 Desember 2025 | 02:05

Bea Cukai Kawal Ketat Target Penerimaan APBN Rp301,6 Triliun

Rabu, 31 Desember 2025 | 01:27

Penemuan Cadangan Migas Baru di Blok Mahakam Bisa Kurangi Impor

Rabu, 31 Desember 2025 | 01:15

Masyarakat Diajak Berdonasi saat Perayaan Tahun Baru

Rabu, 31 Desember 2025 | 01:02

Kapolri: Jangan Baperan Sikapi No Viral No Justice

Rabu, 31 Desember 2025 | 00:28

Pramono Tebus 6.050 Ijazah Tertunggak di Sekolah

Rabu, 31 Desember 2025 | 00:17

Bareskrim Klaim Penyelesaian Kasus Kejahatan Capai 76 Persen

Rabu, 31 Desember 2025 | 00:05

Bea Cukai Pecat 27 Pegawai Buntut Skandal Fraud

Selasa, 30 Desember 2025 | 23:22

Disiapkan Life Jacket di Pelabuhan Penumpang pada Masa Nataru

Selasa, 30 Desember 2025 | 23:19

Jakarta Sudah On The Track Menuju Kota Global

Selasa, 30 Desember 2025 | 23:03

Selengkapnya