Berita

Wayang Bharatayudha/Net

Jaya Suprana

Jangan Ulang Bharatayudha

KAMIS, 30 SEPTEMBER 2021 | 10:58 WIB | OLEH: JAYA SUPRANA

TERNYATA Bharatayudha tidak hanya terjadi di padang Kurusetra, India. Pada hakikatnya dalam perjalanan sejarah, setiap bangsa memiliki Bharatayuda masing- masing.

Fakta Sejarah


Amerika Serikat punya Civil War 1861-65 sebagai Bharatayudha Utara lawan Selatan akibat pro-kontra perbudakan yang menelan tak terhitung korban nyawa warga Amerika Serikat sendiri.

Prancis punya Revolusi Prancis yang memenggal kepala banyak kaum aristokrat demi menggulingkan kerajaan namun akhirnya malah memunculkan kekaisaran. Dengan menghabisi keluarga besar sampai ke begundal-begundal dinasti Romanov, revolusi kaum bolshevik mendirikan Uni Sovyet yang akhirnya bubar demi mendirikan negara Rusia bukan monarki sekaligus bukan demokrasi.

Republik Rakyat China setelah berhasil menggusir sesama warga ke pulau Taiwan kemudian memecah-belah bangsa sendiri dengan menyelenggarakan Revolusi Kebudayaan yang kemudian menghadirkan negara terkesan komunis namun sebenarnya super kapitalis secara monopoli mutlak dikuasai partai tunggal yaitu Partai Komunis China.

Akibat terletak pada lokasi geopolitik strategis, maka Afghanistan dan Polandia sama-sama bernasib dipecah-belah oleh bangsa-bangsa lain yang bertetangga maupun nun jauh di sana.

Sejarah kerajaan Inggris penuh dengan pergantian dinasti yang lebih kerap berlumuran darah ketimbang berhias suasana bahagia.

Jerman yang termashur dengan para tokoh adiluhur seperti Beethoven, Goethe Einstein, Mama Merkel pernah menjadi bangsa yang paling bengis di planet bumi akibat keangkaramurkaan Adolf Hitler mengekspor Bharatayudha ke negeri orang lain.

Setelah berhasil memerdekakan diri, bangsa Indonesia menempuh proses pendewasaan diri dengan mengorbankan jutaan nyawa warga Indonesia termasuk ayah kandung saya melalui tragedi nasional G-30-S. Sekolah di mana pada masa kanak-kanak saya belajar dirusak dan dibakar oleh para pembenci PKI untuk kemudian digunakan sebagai kamp konsentasi mereka yang dituduh PKI.

Ibu kandung bersama saudara-saudari kandung saya juga harus mengungsi dari Denpasar ke Semarang lalu lanjut ke Jakarta akibat ketakutan ikut terbunuh di pulau Bali.

Pengingatan


Tidak bijak apabila saya membenarkan tragedi nasional Bharatayudha yang terjadi di negeri sendiri dengan contoh bahwa bangsa lain juga punya tragedi nasional. Sama kurang bahkan tidak bijaknya apabila saya membenarkan pembunuhan yang saya lakukan dengan contoh bahwa ada pula orang lain yang membunuh.

Alasan bahwa setiap penggusuran mutlak butuh pengorbanan demi kepentingan yang dianggap lebih merupakan prioritas lebih penting bagi penggusur juga kurang senonoh apalagi jika yang dikorbankan bukan diri sendiri tetapi orang lain apalagi rakyat yang sama sekali tidak berdaya melawan penggusuran secara paksa sambil sempurna melanggar hukum.

Maka membenarkan tragedi nasional G-30-S dengan alasan negara, bangsa dan rakyat membutuhkan pengorbanan atau apa pun pada hakikatnya sama sekali tidak layak dibenarkan.

Namun bukan berarti kita lalu menghapus fakta tragedi nasional G-30-S dari lembaran sejarah yang diajarkan di sekolah mau pun dari ingatan kolektif bangsa Indonesia di luar sekolah.

Tragedi nasional perlu bahkan wajib senantiasa diingat bersama bukan demi memendam dendam untuk dilampiaskan sebagai balas dendam terhadap sesama warga namun justru demi bersama mencegah jangan sampai tragedi nasional kembali terjadi di masa kini dan di masa mendatang Tanah Air Udara tercinta.

Merupakan harapan seluruh rakyat Indonesia bahwa bukan sebagian namun seluruh rakyat Indonesia dapat meraih cita-cita masyarakat adil dan makmur yang hidup bersama di sebuah negara gemah ripah loh jinawi, tata tenteram kerta raharja. Tanpa Bharatayudha. Merdeka!

Populer

Bangun PIK 2, ASG Setor Pajak 50 Triliun dan Serap 200 Ribu Tenaga Kerja

Senin, 27 Januari 2025 | 02:16

Gara-gara Tertawa di Samping Gus Miftah, KH Usman Ali Kehilangan 40 Job Ceramah

Minggu, 26 Januari 2025 | 10:03

Viral, Kurs Dolar Anjlok ke Rp8.170, Prabowo Effect?

Sabtu, 01 Februari 2025 | 18:05

KPK Akan Digugat Buntut Mandeknya Penanganan Dugaan Korupsi Jampidsus Febrie Adriansyah

Kamis, 23 Januari 2025 | 20:17

Prabowo Harus Ganti Bahlil hingga Satryo Brodjonegoro

Minggu, 26 Januari 2025 | 09:14

Datangi Bareskrim, Petrus Selestinus Minta Kliennya Segera Dibebaskan

Jumat, 24 Januari 2025 | 16:21

Masyarakat Baru Sadar Jokowi Wariskan Kerusakan Bangsa

Senin, 27 Januari 2025 | 14:00

UPDATE

Melalui Rembug Ngopeni Ngelakoni, Luthfi-Yasin Siap Bangun Jateng

Minggu, 02 Februari 2025 | 05:21

PCNU Bandar Lampung Didorong Jadi Panutan Daerah Lain

Minggu, 02 Februari 2025 | 04:58

Jawa Timur Berstatus Darurat PMK

Minggu, 02 Februari 2025 | 04:30

Dituding Korupsi, Kuwu Wanasaba Kidul Didemo Ratusan Warga

Minggu, 02 Februari 2025 | 03:58

Pelantikan Gubernur Lampung Diundur, Rahmat Mirzani Djausal: Tidak Masalah

Minggu, 02 Februari 2025 | 03:31

Ketua Gerindra Banjarnegara Laporkan Akun TikTok LPKSM

Minggu, 02 Februari 2025 | 02:57

Isi Garasi Raffi Ahmad Tembus Rp55 Miliar, Koleksi Menteri Terkaya jadi Biasa Saja

Minggu, 02 Februari 2025 | 02:39

Ahli Kesehatan Minta Pemerintah Dukung Penelitian Produk Tembakau Alternatif

Minggu, 02 Februari 2025 | 02:18

Heboh Penahanan Ijazah, BMPS Minta Pemerintah Alokasikan Anggaran Khusus Sekolah Swasta

Minggu, 02 Februari 2025 | 01:58

Kecewa Bekas Bupati Probolinggo Dituntut Ringan, LIRA Jatim: Ada Apa dengan Ketua KPK yang Baru?

Minggu, 02 Februari 2025 | 01:42

Selengkapnya