Berita

Laut China Selatan/Net

Dunia

Tiga Alasan Pakta AUKUS Jadi Sumber Ketakutan Indonesia dan Malaysia

SELASA, 21 SEPTEMBER 2021 | 19:25 WIB | LAPORAN: SARAH MEILIANA GUNAWAN

Hadirnya aliansi strategis baru antara Australia, Inggris, dan Amerika Serikat (AUKUS) telah memicu beragam reaksi. Pro dan kontra bermunculan dari banyak negara.

Prancis, secara khusus, dibuat marah oleh AUKUS yang pada akhirnya membatalkan kontrak pengadaan kapal selam dengan Australia bernilai puluhan miliar dolar.

Sebagai sekutu, Eropa menyatakan penyesalan atas pembentukan aliansi tersebut.


China sudah pasti geram lantaran AUKUS secara implisit memang ditujukan untuk membendung pengaruh Beijing di kawasan Indo-Pasifik.

Di Asia Tenggara, beberapa negara ASEAN memiliki perbedaan pandangan dalam melihat AUKUS.

Indonesia dan Malaysia sama-sama tegas menyebutnya sebagai potensi untuk memicu perlombaan senjata nuklir di kawasan. Sedangkan Filipina berharap AUKUS bisa menjadi perimbangan kekuasaan di kawasan.

Mengapa Indonesia dan Malaysia memiliki kekhawatiran terharap AUKUS?

Mengutip dari The Conversation pada Selasa (21/9), setidaknya ada tiga hal yang menjadi ketakutan Indonesia dan Malaysia atas kehadiran AUKUS.

Perlombaan Senjata Nuklir

Banyak pihak yang berpikir, diperkuatnya Australia dengan kapal selam bertenaga nuklir akan berpotensi pada munculnya senjata nuklir di kawasan pada masa depan.

Sejauh ini, Australia sendiri belum bergabung dengan Traktat Pelarangan Senjata Nuklir, yang mewajibkan para pihak sepakat untuk tidak mengembangkan, menguji, memproduksi, memperoleh, memiliki, menimbun, atau mengancam dengan penggunaan senjata nuklir.

Pemerintahan Perdana Menteri Australia Scott Morrison telah menjawab kekhawatiran tersebut dengan menegaskan pihaknya tidak memiliki rencana untuk mendapatkan senjata nuklir.

"Namun, beberapa negara ASEAN khawatir perjanjian AUKUS adalah sinyal yang jelas bahwa Barat akan mengambil sikap yang lebih agresif terhadap China dengan memasukkan Australia ke dalam klub nuklir," tulis The Conversation.

Laut China Selatan Jadi Arena Konflik

Semakin kuatnya aliansi AUKUS untuk melawan China membuat negara-negara seperti Indonesia dan Malaysia khawatir jika Laut China Selatan akan menjadi arena konflik rivalitas kedua belah pihak.

Terlebih dalam beberapa waktu terakhir, semakin banyak pihak asing turut andil dalam ketegangan di Laut China Selatan, seperti kehadiran kapal perang Inggris dan Prancis.

Dalam hal ini, Indonesia dan Malaysia menyuarakan kembali Traktat Zona Bebas Senjata Nuklir Asia Tenggara (ZOPFAN) 1995 untuk menjauhkan senjata nuklir dari kawasan.

ASEAN Bisa Kehilangan Sentralitasnya

Pembentukan AUKUS sendiri seakan memperlihatkan bahwa negara-negara adidaya seperti AS, Inggris, dan Australia tidak mengindahkan kehadiran ASEAN di kawasan.

AUKUS secara implisit ditujukan untuk melawan China, khususnya dengan ketegangan di Laut China Selatan. Tetapi di sisi lain, ASEAN memiliki gagasan "sentralitas ASEAN", yang menyatakan mereka harus memutuskan apa yang terbaik bagi kawasan, bukan pihak asing.

"Negara-negara ASEAN sudah sangat khawatir tentang persaingan China-AS yang terjadi di halaman belakang. Dan perjanjian AUKUS yang baru memperkuat gagasan bahwa pendapat anggota ASEAN tidak terlalu penting bagi negara adidaya dan bagaimana mereka beroperasi di kawasan itu," jelas The Conversation.

Secara khusus, Indonesia dengan tegas menolak gagasan AUKUS lantaran akan memengaruhinya secara langsung. Itu karena Indonesia dan Australia berbagi perbatasan laut bersama.

Populer

Masih Sibuk di Jogja, Pimpinan KPK Belum Tahu OTT di Lampung Tengah

Selasa, 09 Desember 2025 | 14:21

Pura Jadi Latar Film Porno, Hey Bali: Respons Aparat Dingin

Selasa, 09 Desember 2025 | 21:58

Kebun Sawit Milik POSCO Lebih dari Dua Kali Luas Singapura

Senin, 08 Desember 2025 | 19:12

Mahfud MD soal Bencana Sumatera: Menyuruh Pejabat Mundur Tidak Relevan

Rabu, 10 Desember 2025 | 05:53

Aliran Bantuan ke Aceh

Sabtu, 06 Desember 2025 | 04:08

Korban Bencana di Jabar Lebih Butuh Perhatian Dedi Mulyadi

Sabtu, 06 Desember 2025 | 04:44

Bangun Jembatan Harapan

Minggu, 07 Desember 2025 | 02:46

UPDATE

Kapolda Metro Buka UKW: Lawan Hoaks, Jaga Jakarta

Selasa, 16 Desember 2025 | 22:11

Aktivis 98 Gandeng PB IDI Salurkan Donasi untuk Korban Banjir Sumatera

Selasa, 16 Desember 2025 | 21:53

BPK Bongkar Pemborosan Rp12,59 Triliun di Pupuk Indonesia, Penegak Hukum Diminta Usut

Selasa, 16 Desember 2025 | 21:51

Legislator PDIP: Cerita Revolusi Tidak Hanya Tentang Peluru dan Mesiu

Selasa, 16 Desember 2025 | 21:40

Mobil Mitra SPPG Kini Hanya Boleh Sampai Luar Pagar Sekolah

Selasa, 16 Desember 2025 | 21:22

Jangan Jadikan Bencana Alam Ajang Rivalitas dan Bullying Politik

Selasa, 16 Desember 2025 | 21:19

Prabowo Janji Tuntaskan Trans Papua hingga Hadirkan 2.500 SPPG

Selasa, 16 Desember 2025 | 20:54

Trio RRT Harus Berani Masuk Penjara sebagai Risiko Perjuangan

Selasa, 16 Desember 2025 | 20:54

Yaqut Cholil Qoumas Bungkam Usai 8,5 Jam Dicecar KPK

Selasa, 16 Desember 2025 | 20:47

Prabowo Prediksi Indonesia Duduki Ekonomi ke-4 Dunia dalam 15 Tahun

Selasa, 16 Desember 2025 | 20:45

Selengkapnya