Berita

Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin/Net

Dunia

Investigasi Kasus Drone Salah Sasaran di Kabul Berlanjut, Menhan Austin Tunjuk Perwira Senior AS sebagai Penyidik

SELASA, 21 SEPTEMBER 2021 | 13:57 WIB | LAPORAN: RENI ERINA

Kasus drone AS yang salah sasaran hingga menewaskan 10 warga sipil Afghanistan, termasuk tujuh anak-anak pada 29 Agustus di Kabul memasuki babak baru.

Untuk mengusut kasus yang menampar wajah Pentagon itu, Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin telah memerintahkan peninjauan tingkat senior, termasuk mempertimbangkan apakah tindakan disipliner militer diperlukan.

"Austin telah menyampaikan kepada Angkatan Udara untuk menunjuk seorang perwira di peringkat bintang tiga atau empat untuk meninjau penyelidikan Komando Pusat, yang memeriksa secara rinci kronologi peristiwa yang mengarah pada tragedi itu," kata Juru bicara Pentagon John Kirby, seperti dikutip dari Reuters, Selasa (21/9).


Kirby mengatakan tinjauan Angkatan Udara akan mempelajari ketelitian penyelidikan Komando Pusat dan merekomendasikan apakah siapa pun yang terlibat harus dimintai pertanggungjawaban.

“Jika ada pertanggungjawaban yang harus dilakukan, keputusan tentang siapa dan apa yang akan dilakukan akan menjadi pertimbangan tersendiri,” kata Kirby.

Peninjauan akan diselesaikan dalam waktu 45 hari sejak penunjukan petugas peninjau, kata Kirby.

Sebelumnya Kepala Komando Pusat AS, Jenderal Frank McKenzie, mengumumkan pada Jumat (17/9) bahwa penyelidikannya telah menentukan bahwa kendaraan yang ditargetkan oleh pesawat tak berawak itu awalnya terlihat di kompleks Negara Islam yang dikenal di Kabul dan dilacak oleh intelijen AS selama delapan jam.

Militer awalnya menegaskan bahwa setidaknya satu pejuang Negara Islam telah tewas di dalam kendaraan, tetapi penyelidikan McKenzie menemukan bahwa hanya warga sipil tak berdosa yang tewas.

McKenzie mengakui kesalahan itu dan meminta maaf.

"Serangan khusus ini tentu saja merupakan kesalahan yang mengerikan, dan kami tentu menyesalinya, dan saya sudah sangat jelas bahwa kami bertanggung jawab penuh untuk itu," katanya dalam konferensi pers Pentagon.

Pesawat tak berawak AS menyerang sebuah pemukiman warga pada 29 Agustus. Pentagon mengklaim bahwa drone itu menargetkan anggota ISIS-K. Namun, hasil investigasi The New York Times menyebut bahwa korban ternyata adalah pekerja bantuan Afghanistan yang dipekerjakan oleh sebuah LSM Amerika.

Surat kabar itu juga menemukan bahwa bertentangan dengan klaim pemerintah AS, tidak ada bukti ledakan sekunder yang menunjukkan bahwa mobil itu dicurangi dengan bahan peledak.

Populer

Masih Sibuk di Jogja, Pimpinan KPK Belum Tahu OTT di Lampung Tengah

Selasa, 09 Desember 2025 | 14:21

Pura Jadi Latar Film Porno, Hey Bali: Respons Aparat Dingin

Selasa, 09 Desember 2025 | 21:58

Kebun Sawit Milik POSCO Lebih dari Dua Kali Luas Singapura

Senin, 08 Desember 2025 | 19:12

Mahfud MD soal Bencana Sumatera: Menyuruh Pejabat Mundur Tidak Relevan

Rabu, 10 Desember 2025 | 05:53

Bangun Jembatan Harapan

Minggu, 07 Desember 2025 | 02:46

Distribusi Bantuan di Teluk Bayur

Minggu, 07 Desember 2025 | 04:25

Bahlil Minta Maaf Usai Prank Presiden Prabowo

Selasa, 09 Desember 2025 | 18:00

UPDATE

Kreditur Tak Boleh Cuci Tangan: OJK Perketat Aturan Penagihan Utang Pasca Tragedi Kalibata

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:15

Dolar Melemah di Tengah Data Tenaga Kerja AS yang Variatif

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:00

Penghormatan 75 Tahun Pengabdian: Memori Kolektif Haji dalam Buku Pamungkas Ditjen PHU

Rabu, 17 Desember 2025 | 07:48

Emas Menguat Didorong Data Pengangguran AS dan Prospek Pemangkasan Suku Bunga Fed

Rabu, 17 Desember 2025 | 07:23

Bursa Eropa Tumbang Dihantam Data Ketenagakerjaan AS dan Kecemasan Global

Rabu, 17 Desember 2025 | 07:01

Pembatasan Truk saat Nataru Bisa Picu Kenaikan Biaya Logistik

Rabu, 17 Desember 2025 | 06:46

Dokter Tifa Kecewa Penyidik Perlihatkan Ijazah Jokowi cuma 10 Menit

Rabu, 17 Desember 2025 | 06:35

Lompatan Cara Belajar

Rabu, 17 Desember 2025 | 06:22

Jakarta Hasilkan Bahan Bakar Alternatif dari RDF Plant Rorotan

Rabu, 17 Desember 2025 | 06:11

Dedi Mulyadi Larang Angkot di Puncak Beroperasi selama Nataru

Rabu, 17 Desember 2025 | 05:48

Selengkapnya