Berita

Iring-iringan yang membawa jenazah Abdelaziz Bouteflika/Reuters

Dunia

Jenazah Mantan Presiden Abdelaziz Bouteflika Dimakamkan, Tidak Ada Duka yang Tersisa di Aljazair?

MINGGU, 19 SEPTEMBER 2021 | 23:21 WIB | LAPORAN: AMELIA FITRIANI

Aljazair menggelar upacara pemakaman mendiang Abdelaziz Bouteflika pada akhir pekan ini (Minggu, 19/9). Dia merupakan presiden yang paling lama mejabat di negara Afrika Utara itu.

Bouteflika meninggal dunia di usia 84 tahun pada Jumat. (17/9).

Namun, berbeda dari pemakaman mantan presiden lainnya, pemakaman Bouteflika dilakukan tanpa gembar-gembor. Pemakamannya juga tidak diberikan upacara khusus dari Presiden Aljazair. Selain itu, juta tidak akan ada periode berkabung resmi selama delapan hari.

Hanya ada pengibaran bendera setengah tiang menjelang pemakamannya akhir pekan ini.

Bouteflika dimakamkan di pemakaman El Alia, timur ibu kota Aljir, tempat para pendahulunya dan pejuang kemerdekaan lainnya dimakamkan.

Reaksi Diam

Pengumuman kematian Bouteflika memicu reaksi diam dari banyak pihak yang berkuasa di negara bekas jajahan Prancis itu. Hal ini mencerminkan ketidakhadiran Bouteflikadari pandangan publik.

Tidak banyak tokoh yang memberikan pesan duka atau testimoni untuk mengenang Bouteflika.

“Berkatilah jiwanya. Tapi dia (Bouteflika) tidak pantas mendapatkan penghargaan apa pun karena dia tidak melakukan apa pun untuk negara,” kata seorang pedagang sayur di Aljazair, Rabah, seperti dikabarkan Al Jazeera.

Hal senada juga diutarakan oleh seorang pensiunan bernama Ali. Dia menilai Bouteflika sebenarnya telah melayani negaranya.

"Tapi sayangnya dia membuat kesalahan besar dengan masa jabatan presiden keempat dan kemudian dengan mencari (masa jabatan) yang kelima ketika dia sakit," jelasnya.

Sementara itu, pengganti Bouteflika, yakni Abdelmadjid Tebboune menyampaikan pesan duka. Dia mencatat masa lalu Bouteflika sebagai pejuang dalam perang kemerdekaan dan mengatakan bendera akan dikibarkan selama tiga hari untuk menghormatinya.

Lama Berkuasa Namun Tidak Dikenang Baik

Bouteflika pertama kali naik ke tampuk kekuasaan di Aljazair pada tahun 1999 melalui gelombang dukungan rakyat. Hal itu lantaran dia menawarkan amnesti kepada pejuang bersenjata Islam demi membantu mengakhiri perang saudara selama satu dekade.

Namun, mantan orang terkuat di Aljazair itu pun berhenti dari jabatannya pada April 2019. Dia ditinggalkan oleh militer setelah berminggu-minggu protes jalanan atas upayanya untuk mencalonkan diri untuk masa jabatan presiden kelima, padahal kala itu kondisi kesehatannya memburuk.

Bahkan ada julukan dari para pengunjuk rasa yang menentang Bouteflika, yakni "Boutef". Julukan itu diberikan karena dia dikenal sering mengenakan setelan jas tiga potongnya bahkan dalam kondisi panas yang menyengat.

Meski begitu, dia pernah mendapatkan apresiasi sebagai menteri luar negeri pada 1970an serta membantu mendorong perdamaian pasca perang saudara.

Aljazair sebagian besar terhindar dari pemberontakan yang melanda dunia Arab pada tahun 2011. Namun pemerintahan Bouteflika jauh dari kata stabil.

Pemerintahannya ditandai dengan korupsi dan membuat banyak warga Aljazair bertanya-tanya bagaimana sebuah negara dengan kekayaan minyak yang besar bisa berakhir dengan infrastruktur yang buruk dan pengangguran yang tinggi yang mendorong banyak anak muda ke luar negeri.

Selain itu, Bouteflika juga menghadapi kritik dari kelompok hak asasi dan lawan yang menuduhnya otoriter.

Dia menderita stroke ringan pada April 2013 yang memengaruhi bicaranya, dan dia terpaksa menggunakan kursi roda.

Meski begitu, Bouteflika "ngotot" untuk mencari kemungkinan dirinya bisa kembali maju sebagai presiden untuk kelima kalinya pada tahun 2019. Hal ini yang kemudian memicu protes besar-besaran dan tumbuh menjadi gerakan pro-demokrasi yang dikenal sebagai “Hirak”.

Populer

Polemik Jam Buka Toko Kelontong Madura di Bali

Sabtu, 27 April 2024 | 17:17

Kaki Kanan Aktor Senior Dorman Borisman Dikubur di Halaman Rumah

Kamis, 02 Mei 2024 | 13:53

Bey Pastikan Kesiapan Pelaksanaan Haji Jawa Barat

Rabu, 01 Mei 2024 | 08:43

Bocah Open BO Jadi Eksperimen

Sabtu, 27 April 2024 | 14:54

Pj Gubernur Jabar Minta Pemkab Garut Perbaiki Rumah Rusak Terdampak Gempa

Senin, 29 April 2024 | 01:56

Pj Gubernur Jabar Ingin Persiapan Penyelenggaraan Ibadah Haji Sempurna

Kamis, 02 Mei 2024 | 03:58

Telkom Buka Suara Soal Tagihan ‘Telepon Tidur’ Rp9 Triliun Pertahun

Kamis, 25 April 2024 | 21:18

UPDATE

Misi Dagang ke Maroko Catatkan Transaksi Potensial Rp276 Miliar

Minggu, 05 Mei 2024 | 09:51

Zita Anjani Bagi-bagi #KopiuntukPalestina di CFD Jakarta

Minggu, 05 Mei 2024 | 09:41

Bapanas: Perlu Mental Berdikari agar Produk Dalam Negeri Dapat Ditingkatkan

Minggu, 05 Mei 2024 | 09:33

Sadiq Khan dari Partai Buruh Terpilih Kembali Jadi Walikota London

Minggu, 05 Mei 2024 | 09:22

Studi Privat Dua Hari di Taipei, Perdalam Teknologi Kecantikan Terbaru

Minggu, 05 Mei 2024 | 09:14

Kekuasaan Terlalu Besar Cenderung Disalahgunakan

Minggu, 05 Mei 2024 | 09:09

Demi Demokrasi Sehat, PKS Jangan Gabung Prabowo-Gibran

Minggu, 05 Mei 2024 | 09:04

Demonstran Pro-Palestina Lakukan Protes di Acara Wisuda Universitas Michigan

Minggu, 05 Mei 2024 | 08:57

Presidential Club Patut Diapresiasi

Minggu, 05 Mei 2024 | 08:37

PKS Tertarik Bedah Ide Prabowo Bentuk Klub Presiden

Minggu, 05 Mei 2024 | 08:11

Selengkapnya