Berita

Bank Dunia/Net

Dunia

Investigasi: Bank Dunia Ubah Data untuk Meningkatkan Ranking China di Laporan "Doing Business"

MINGGU, 19 SEPTEMBER 2021 | 07:55 WIB | LAPORAN: SARAH MEILIANA GUNAWAN

Laporan internal perihal penyimpangan data oleh World Bank atau Bank Dunia dalam laporan Doing Business ditindaklanjuti dengan sebuah penyelidikan yang dilakukan firma hukum untuk bank, Washington WilmerHale.

Berdasarkan hasil penyelidikan, WilmerHale menemukan, anggota staf mengubah data mengenai China untuk meningkatkan peringkatnya pada laporan Doing Business edisi 2018 dan 2020.

Disebutkan, penyimpangan data dilakukan di bawah tekanan dari kantor Presiden Bank Dunia, yang ketika itu dijabat oleh Jim Yong Kim, dan Kepala Eksekutif Kristalina Georgieva, serta satu penasihatnya.

Temuan menyebut, dalam laporan 2018, Bank Dunia menaikkan tujuh peringkat China ke posisi Nomor 78.

Selain China, penyimpangan data juga dilakukan untuk Azerbaijan, Uni Emirat Arab (UEA), dan Arab Saudi.

Georgieva yang sekarang menjadi Direktur Dana Moneter Internasional (IMF) memberikan sanggahannya atas temuan tersebut.

"Saya secara fundamental tidak setuju dengan temuan dan interpretasi investigasi penyimpangan data terkait peran saya dalam laporan Doing Business Bank Dunia 2018," kata Georgieva, seperti dimuat Associated Press.

Doing Business dari Bank Dunia berisi laporan kemudahan berusaha atau ease of doing business (EODB) dari berbagai negara. Di dalamnya berisi catatan pajak, birokrasi, regulasi, dan kondisi bisnis lainnya, yang mempengaruhi investasi.

Laporan itu banyak digunakan untuk menilai seberapa mudah atau berat mendaftarkan bisnis, menjalin kontrak, menyelesaikan kebangkrutan, hingga izin konstruksi di sebuah negara.

Menurut ahli strategi pasar di BlueBay Asset Management, Timothy Ash, laporan Doing Business memiliki peranan penting untuk bank dan bisnis ketika mencoba menilai risiko di negara tertentu.

“Setiap model kuantitatif risiko negara telah memasukkan ini ke dalam peringkat. Uang dan investasi dialokasikan di belakang seri ini," ujarnya.

Sementara itu, selama dua dekade terakhir, China dilaporkan telah mencoba meningkatkan pengaruhnya terhadap lembaga-lembaga internasional, termasuk IMF dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

Penyimpangan data dalam laporan Doing Business 2018 juga dirilis menjelang kampanye Bank Dunia untuk meningkatkan modal, di mana Beijing diharapkan memainkan peran kunci.

China sendiri adalah pemegang saham bank terbesar ketiga setelah Amerika Serikat dan Jepang.

Seorang direktur senior Bank Dunia mengakui, penyimpangan data dilakukan untuk mengakomodasi perkembangan geopolitik. Ia mengungkap, Georgieva mengucapkan terima kasih kepadanya karena telah melakukan perubahan data.

Para peneliti Bank Dunia menyadari penyimpangan data tersebut tidak pantas, tetapi mereka takut akan mendapatkan tekanan dari Georgieva.

Pada Kamis (16/9), Bank Dunia mengumumkan pihaknya akan menghentikan perilisan laporan Doing Business untuk tahun ini setelah muncul laporan internal kemungkinan "masalah etis" yang melibatkan staf mereka.

"Laporan internal yang masuk ke kami mengangkat masalah terkait etika. Manajemen melaporkan dugaan tersebut didasarkan pada mekanisme akuntabilitas internal bank," ujar Bank Dunia.

Populer

KPK Ancam Pidana Dokter RSUD Sidoarjo Barat kalau Halangi Penyidikan Gus Muhdlor

Jumat, 19 April 2024 | 19:58

Pendapatan Telkom Rp9 T dari "Telepon Tidur" Patut Dicurigai

Rabu, 24 April 2024 | 02:12

Sekda Jabar akan Tindak Pelaku Pungli di Masjid Raya Al Jabbar

Rabu, 17 April 2024 | 03:41

Megawati Bermanuver Menipu Rakyat soal Amicus Curiae

Kamis, 18 April 2024 | 05:35

Diungkap Pj Gubernur, Persoalan di Masjid Al Jabbar Bukan cuma Pungli

Jumat, 19 April 2024 | 05:01

Bey Machmudin: Prioritas Penjabat Adalah Kepentingan Rakyat

Sabtu, 20 April 2024 | 19:53

Pj Gubernur Ingin Sumedang Kembali jadi Paradijs van Java

Selasa, 23 April 2024 | 12:42

UPDATE

Tidak Balas Dendam, Maroko Sambut Hangat Tim USM Alger di Oujda

Sabtu, 27 April 2024 | 21:50

Move On Pilpres, PDIP Siap Hadapi Pilkada 2024

Sabtu, 27 April 2024 | 21:50

Absen di Acara Halal Bihalal PKS, Pengamat: Sinyal Prabowo Menolak

Sabtu, 27 April 2024 | 21:20

22 Pesawat Tempur dan Drone China Kepung Taiwan Selama Tiga Jam

Sabtu, 27 April 2024 | 21:14

Rusia Kembali Hantam Fasilitas Energi Ukraina

Sabtu, 27 April 2024 | 21:08

TETO Kecam China Usai Ubah Perubahan Rute Penerbangan Sepihak

Sabtu, 27 April 2024 | 20:24

EV Journey Experience Jakarta-Mandalika Melaju Tanpa Hambatan

Sabtu, 27 April 2024 | 20:18

Hubungan PKS dan Prabowo-Gibran, Ini Kata Surya Paloh

Sabtu, 27 April 2024 | 20:18

Gebyar Budaya Bolone Mase Tegal Raya, Wujud Syukur Kemenangan Prabowo-Gibran

Sabtu, 27 April 2024 | 19:28

Menuju Pilkada 2024, Sekjen PDIP Minta Kader Waspadai Pengkhianat

Sabtu, 27 April 2024 | 19:11

Selengkapnya