Berita

Ketua Harian Pergerakan Penganut Khitthah Nahdliyyah (PPKN), Cecep Muhammad Yasin/Ist

Politik

Tak Permasalahkan Mantan HMI Pimpin NU, Gus Yasin: Asal Jangan Terjebak Politik Praktis

RABU, 15 SEPTEMBER 2021 | 05:58 WIB | LAPORAN: AGUS DWI

Muktamar ke-34 Nahdlatul Ulama (NU) akan digelar tidak lama lagi. Sejumlah Cabang NU, kabarnya sudah meminta PBNU segera menggelar Munas dan Konbes pada 25-26 September 2021. Bahkan bukan tidak mungkin, Muktamar ke-34 berlangsung Oktober atau akhir tahun 2021.

Namun hiruk pikuk calon Ketum PBNU menjadi berbincangan. Pasalnya, ada kemungkinan calon ketua dari mantan HMI (Himpunan Mahasiswa Islam) yang dinilai dekat dengan Muhammadiyah.

Menanggapi hal ini, Ketua Harian Pergerakan Penganut Khitthah Nahdliyyah (PPKN), Cecep Muhammad Yasin (Gus Yasin), memahami jika ada yang alergi dengan bekas HMI.


“Hari ini, kita saksikan sejumlah kader NU sangat galau. Mereka takut jangan-jangan bekas HMI yang memimpin Nahdlatul Ulama. Bahkan, sejumlah nama sudah masuk daftar inventarisasi. Intinya, jangan sampai mereka memimpin NU. Padahal tidak sedikit kader bekas HMI yang berada di PBNU. Dan mereka sangat potensial membesarkan NU,” tegas Gus Yasin dikutip Kantor Berita RMOLJatim, Selasa (14/9).

Alumnus PP Tebuireng ini menilai, bila mantan HMI yang memimpin, bisa jadi NU akan lebih kompak dengan Muhammadiyah, sebagaimana yang sudah-sudah.

“Dalam sejarahnya, NU dan Muhammadiyah itu rukun. Cuma ada oknum-oknum yang sok pintar ingin warga Nahdliyin membenci Muhammadiyah. Itu saja,” jelas Gus Yasin.

Gus Yasin menambahkan, saat ini banyak kader NU di HMI yang hebat-hebat. Termasuk mereka yang sekarang di PBNU.

“Prof Mahfud MD, itu KAHMI. Prof M Nuh dinilai lebih dekat dengan HMI, KH Yahya Staquf juga dikenal bekas HMI. Termasuk Gus Ipul (Saifullah Yusuf, red) mantan Wagub Jatim, mantan Ketua Umum PP GP Ansor, mantan HMI,” urai pengacara senior asal Kediri ini.

Justru tantangan NU ke depan, lanjut Gus Yasin, sangat berat. Yakni Ormas NU harus berdiri tegak dan tidak anut gubyuk (larut) berpihak kepada pemerintah.

Dirinya berharap, pengurus NU jangan lagi menunjukkan perilaku politik praktis, di mana politik sekarang ukurannya uang dan kekuasaan.

“Tidak masalah bekas HMI memimpin PBNU. Yang penting, NU jangan terjebak di politik praktis. Sebab itu akan berbahaya. NU harus konsisten dengan politik kebangsaan,” tandasnya.

Populer

Mantan Jubir KPK Tessa Mahardhika Lolos Tiga Besar Calon Direktur Penyelidikan KPK

Rabu, 24 Desember 2025 | 07:26

Kejagung Copot Kajari Kabupaten Tangerang Afrillyanna Purba, Diganti Fajar Gurindro

Kamis, 25 Desember 2025 | 21:48

Sarjan Diduga Terima Proyek Ratusan Miliar dari Bupati Bekasi Sebelum Ade Kuswara

Jumat, 26 Desember 2025 | 14:06

Mantan Wamenaker Noel Ebenezer Rayakan Natal Bersama Istri di Rutan KPK

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01

8 Jenderal TNI AD Pensiun Jelang Pergantian Tahun 2026, Ini Daftarnya

Rabu, 24 Desember 2025 | 21:17

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

UPDATE

Pramono Pertahankan UMP Rp5,7 Juta Meski Ada Demo Buruh

Rabu, 31 Desember 2025 | 02:05

Bea Cukai Kawal Ketat Target Penerimaan APBN Rp301,6 Triliun

Rabu, 31 Desember 2025 | 01:27

Penemuan Cadangan Migas Baru di Blok Mahakam Bisa Kurangi Impor

Rabu, 31 Desember 2025 | 01:15

Masyarakat Diajak Berdonasi saat Perayaan Tahun Baru

Rabu, 31 Desember 2025 | 01:02

Kapolri: Jangan Baperan Sikapi No Viral No Justice

Rabu, 31 Desember 2025 | 00:28

Pramono Tebus 6.050 Ijazah Tertunggak di Sekolah

Rabu, 31 Desember 2025 | 00:17

Bareskrim Klaim Penyelesaian Kasus Kejahatan Capai 76 Persen

Rabu, 31 Desember 2025 | 00:05

Bea Cukai Pecat 27 Pegawai Buntut Skandal Fraud

Selasa, 30 Desember 2025 | 23:22

Disiapkan Life Jacket di Pelabuhan Penumpang pada Masa Nataru

Selasa, 30 Desember 2025 | 23:19

Jakarta Sudah On The Track Menuju Kota Global

Selasa, 30 Desember 2025 | 23:03

Selengkapnya