Berita

Peta Asia Tengah/Net

Dunia

Pada Akhirnya Bukan Barat yang Kuasai Heartland, Tapi China dan Rusia

SELASA, 14 SEPTEMBER 2021 | 09:38 WIB | LAPORAN: SARAH MEILIANA GUNAWAN

Siapa yang bisa menguasai wilayah jantung (heartland), maka ia mampu menguasai dunia. Itu adalah teori geopolitik yang dicetuskan oleh Sir Halford John Mackinder, seorang ahli asal Inggris.

Mackinder mengklasifikasikan wilayah jantung ini sebagai Asia Tengah dan Timur Tengah, kawasan yang diyakini berlimpah sumber daya alam. Selain itu, wilayah ini juga strategis sebagai penghubung Eropa dan Asia.

Dengan perkembangan situasi di Afghanistan, Direktur Eksekutif Global Future Institute, Dr. Hendrajit mengatakan, wilayah jantung telah berhasil dikuasai oleh China dan Rusia.

Penarikan pasukan Amerika Serikat (AS) dari Afghanistan telah memicu serangan kilat Taliban untuk mengusai Kabul. Kemenangan Taliban sendiri dinilai sebagai keuntungan bagi China dan Rusia yang sudah lama mempersiapkan kawasan tersebut.

Kembali berkuasanya Taliban dengan kesepakatan strategis bersama China, Rusia, Iran, dan Pakistan dapat menyatukan dua daerah vital strategis yang dipotong oleh Afghanistan.

Sebelah utara Afghanistan, ada jalur yang membentang antara Afghanistan, Turkmenistan, Uzbekistan, perbatasan China dan Rusia. Sedangkan di selatan dan timur, ada jalur yang dikuasai Pakistan.

Hendrajit menjelaskan, kesepakatan strategis di antara negara-negara di kawasan ini kerap tidak "dibaca" oleh AS dan sekutu-sekutunya.

"Misalnya gini, kerjasama ekonomi Pakistan-China, pembangunan pipa gas yang melintang dari Iran ke China. Orang menangkapnya fenomena ekonomi dan kerjasama bisnis... tapi kalau diperhatikan secara cermat, ini kan jalur sutra," terangnya, dalam diskusi RMOL World View pada Senin (13/9).

Selain itu, ia juga menyoroti kerjasama pipa gas antara Turkmenistan, Afghanistan, Pakistan, dan India (TAPI), yang menghubungkan jalur utara dan jalur selatan.

Pada dasarnya, menurut Hendrajit, China dan Rusia memahami kawasan menerapkan kebijakan berlandaskan geopolitik.

"Ini yang saya sebut dengan black swan dynamic, kejadian tidak terduga. Dari kerjasama-kerjasama ekonomi itu, ada konektivitas yang terbangun," pungkasnya.

Populer

Pendapatan Telkom Rp9 T dari "Telepon Tidur" Patut Dicurigai

Rabu, 24 April 2024 | 02:12

Polemik Jam Buka Toko Kelontong Madura di Bali

Sabtu, 27 April 2024 | 17:17

Pj Gubernur Ingin Sumedang Kembali jadi Paradijs van Java

Selasa, 23 April 2024 | 12:42

Bey Pastikan Kesiapan Pelaksanaan Haji Jawa Barat

Rabu, 01 Mei 2024 | 08:43

Jurus Anies dan Prabowo Mengunci Kelicikan Jokowi

Rabu, 24 April 2024 | 19:46

Tim Hukum PDIP Minta Penetapan Prabowo-Gibran Ditunda

Selasa, 23 April 2024 | 19:52

Pj Gubernur Jabar Minta Pemkab Garut Perbaiki Rumah Rusak Terdampak Gempa

Senin, 29 April 2024 | 01:56

UPDATE

Prabowo-Gibran Perlu Buat Kabinet Zaken

Jumat, 03 Mei 2024 | 18:00

Dahnil Jamin Pemerintahan Prabowo Jaga Kebebasan Pers

Jumat, 03 Mei 2024 | 17:57

Dibantu China, Pakistan Sukses Luncurkan Misi Bulan Pertama

Jumat, 03 Mei 2024 | 17:46

Prajurit Marinir Bersama Warga di Sebatik Gotong Royong Renovasi Gereja

Jumat, 03 Mei 2024 | 17:36

Sakit Hati Usai Berkencan Jadi Motif Pembunuhan Wanita Dalam Koper

Jumat, 03 Mei 2024 | 17:26

Pemerintah: Internet Garapan Elon Musk Menjangkau Titik Buta

Jumat, 03 Mei 2024 | 17:26

Bamsoet Minta Pemerintah Transparan Soal Vaksin AstraZeneca

Jumat, 03 Mei 2024 | 17:16

DPR Imbau Masyarakat Tak Tergiur Investasi Bunga Besar

Jumat, 03 Mei 2024 | 17:06

Hakim MK Singgung Kekalahan Timnas U-23 dalam Sidang Sengketa Pileg

Jumat, 03 Mei 2024 | 16:53

Polisi Tangkap 2.100 Demonstran Pro-Palestina di Kampus-kampus AS

Jumat, 03 Mei 2024 | 16:19

Selengkapnya