Pelabuhan Haifa, Israel/Getty Images
China semakin melebarkan sayapnya di berbagai kawasan, tidak terkecuali Timur Tengah. Raksasa Asia ini bahkan berani untuk mendekati sekutu terdekat Amerika Serikat (AS), yaitu Israel.
Pada 2015, perusahaan milik negara China, Shanghai International Port Group (SIPG) menyepakati kontrak dengan pelabuhan tersibuk di Israel, Pelabuhan Haifa, untuk bisa mengoperasikan fasilitas pengiriman komersialnya selama 25 tahun.
Namun, proyek senilai 1,7 miliar dolar AS tertunda setelah muncul keberatan dari Angkatan Laut Amerika Serikat (AS) yang khawatir kerjasama itu bisa mengancam keamanan, lantaran mereka kerap berlabuh di sana.
Enam tahun berselang, terlepas dari kekhawatiran dan penolakan AS, Israel meresmikan terminal baru di Pelabuhan Haifa yang akan dijalankan oleh SIGP pada Kamis (2/9).
Terminal itu memungkinkan kapal-kapal besar dengan panjang hingga 400 meter dan membawa muatan 18 ribu kontainer untuk berlabuh.
Memicu Kebencian ASMenteri Perhubungan Israel Merav Michaeli mengatakan, terminal baru itu merupakan kesempatan bagi Israel untuk memperkuat kemampuan regional dalam perdagangan maritim. Israel juga tidak hanya memanfaatkan untuk kepentingan nasional, namun juga meningkatkan pengaruh ke kawasan Timur Tengah.
Menurut Direktur Pusat Studi China Chennai, Seshari Vasan, proyek itu telah menciptakan perselisihan antara Israel dan AS.
"Bagi Israel, proyek ini tidak hanya akan menciptakan kebencian dengan AS, tetapi juga akan menimbulkan pertanyaan tentang bentuk yang lebih luas dari kebijakan luar negeri Israel. Meskipun Israel ingin AS percaya bahwa ini adalah kontrak komersial, kenyataannya adalah bahwa dimensinya juga strategis dan militer,†ujarnya, seperti dimuat
Sputnik.
Awal tahun ini, Israel dilaporkan telah menolak permintaan AS untuk memeriksa kembali proyek terminal tersebut dengan kemungkinan dapat digunakan China sebagai pengawasan.
Bahkan berdasarkan UU Otorisasi Pertahanan Nasional 2020, AS menyebut kehadiran China di Pelabuhan Haifa akan merugikan kepentingan nasional. AS juga mendesak Israel mempertimbangkan implikasi keamanan dari investasi China.
Bulan lalu, Direktur CIA Bill Burns menyatakan keprihatinan atas investasi China di Israel selama pertemuan dengan Perdana Menteri Naftali Bennett.
Memperkuat Pengaruh ChinaVasan mengatakan, kehadiran China di Israel sendiri semakin memperkuat pengaruhnya di kawasan Timur Tengah. Selain Israel, China juga melakukan investasi besar-besaran di negara-negara Timur Tengah dan Mediterania.
"Belt and Road Initiatives (BRI) sedang bergerak maju dengan kekuatan penuh. Pelabuhan Haifa dapat memainkan peran penting di tahun-tahun mendatang untuk memperluas ambisi China ke Timur Tengah," ujarnya.
Sebuah laporan menyebut Israel juga sedang menjalani konstruksi di Pelabuhan Ashdod bersama Perusahaan Teknik Pelabuhan China dengan nilai investasi 930 juta dolar AS.
"Kita (juga) harus mencatat bahwa Israel telah mengekspor peralatan pertahanan ke China dan telah memperkuat hubungannya," pungkas Vasan.