Berita

(tengah) Satoru Nomura/Net

Dunia

Satoru Nomura, Bos Yakuza Pertama di Jepang yang Divonis Hukuman Mati

RABU, 25 AGUSTUS 2021 | 11:46 WIB | LAPORAN: SARAH MEILIANA GUNAWAN

Seorang bos mafia yakuza untuk geng Kudokai di Jepang telah divonis hukuman mati lantaran membunuh dan menyerang tiga warga sipil. Itu merupakan pertama kalinya Jepang memberikan hukuman mati pada yakuza.

Ia adalah Satoru Nomura berusia 74 tahun, yang memimpin geng Kudokai yang berkuasa di barat daya Jepang.

Pengadilan Distrik Fukuoka pada Selasa (24/8) memvonis Nomura dengan hukuman mati dengan kasus mendalangi serangan kekerasan terhadap anggota masyarakat.

Putusan itu muncul mesti ada kekurangan bukti secara langsung yang menghubungkan Nomura dan kasus-kasus yang dimaksud. Nomura juga telah membantah terkait dengan kasus-kasus tersebut.

"Saya meminta keputusan yang adil. Anda akan menyesali ini seumur hidup Anda," kata Nomura kepada hakim setelah hukumannya, seperti dikutip Nishinippon Shimbun.

Nomura dinyatakan bersalah karena memerintahkan penembakan fatal tahun 1998 terhadap seorang mantan bos koperasi perikanan.

Dia juga berada di balik serangan tahun 2014 terhadap kerabat korban pembunuhan dan serangan pisau tahun 2013 terhadap seorang perawat di sebuah klinik tempat Nomura mencari perawatan.

Penembakan pada tahun 2012 terhadap seorang mantan polisi yang menyelidiki Kudo-kai juga dianggap sebagai tanggung jawab Nomura. Pejabat itu selamat dengan luka serius di pinggang dan kakinya.

Jaksa berpendapat, masing-masing dari empat kasus itu merupakan serangan terkoordinasi dari Kudokai, dengan Nomura sebagai dalangnya dan Fumio Tanoue sebagai wakilnya. Tanoue sendiri dijatuhi hukuman penjara seumur hidup.

Pengadilan juga menuntut denda 20 juta yen untuk Nomura dan Tanoue.

Yakuza tumbuh dari kekacauan Jepang pascaperang menjadi organisasi kriminal bernilai miliaran dolar, yang terlibat dalam segala hal mulai dari narkoba dan prostitusi hingga pemerasan.

Mafia yakuza telah lama ditoleransi di Jepang sebagai kejahatan yang diperlukan untuk memastikan ketertiban di jalanan. Namun dalam beberapa dekade terakhir, peraturan anti-geng menjad lebih ketat, dengan toleransi sosial yang memudar dan ekonomi yang lemah telah mengakibatkan keanggotaan yakuza terus menurun.

Tidak seperti mafia Italia atau triad Cina, yakuza telah lama menempati wilayah abu-abu dalam masyarakat Jepang. Mereka tidak ilegal, dan setiap kelompok memiliki markas sendiri yang terlihat oleh polisi.

Populer

KPK Ancam Pidana Dokter RSUD Sidoarjo Barat kalau Halangi Penyidikan Gus Muhdlor

Jumat, 19 April 2024 | 19:58

Pendapatan Telkom Rp9 T dari "Telepon Tidur" Patut Dicurigai

Rabu, 24 April 2024 | 02:12

Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor Resmi Tersangka KPK

Selasa, 16 April 2024 | 07:08

Tim Kecil Dibentuk, Partai Negoro Bersiap Unjuk Gigi

Senin, 15 April 2024 | 18:59

Megawati Bermanuver Menipu Rakyat soal Amicus Curiae

Kamis, 18 April 2024 | 05:35

Diungkap Pj Gubernur, Persoalan di Masjid Al Jabbar Bukan cuma Pungli

Jumat, 19 April 2024 | 05:01

Mau Perang Tapi Kere, Bagaimana?

Senin, 15 April 2024 | 12:34

UPDATE

Koalisi PAN dan Gerindra Kota Bogor Berlanjut di Pilwalkot 2024

Jumat, 26 April 2024 | 05:34

Budidaya Nila Salin di Karawang Hasilkan Omzet Puluhan Miliar

Jumat, 26 April 2024 | 05:11

Soal Pertemuan Prabowo-Mega, Gerindra: Sedang Kita Bangun, Insya Allah

Jumat, 26 April 2024 | 04:51

Puluhan Motor Hasil Curian

Jumat, 26 April 2024 | 04:38

Gerakan Koperasi: Melawan Kapitalisme, Menuju Sosialisme?

Jumat, 26 April 2024 | 04:12

Menang Dramatis Lawan Laskar Taeguk, Tim Garuda Lolos Semifinal Piala Asia U-23

Jumat, 26 April 2024 | 03:33

Guyon PKB-PKS

Jumat, 26 April 2024 | 03:18

Pilot Project Budidaya Udang Tradisional Makin Moncer di Maros

Jumat, 26 April 2024 | 02:57

Gerindra Dukung Ahmad Ali Maju Pilgub Sulteng

Jumat, 26 April 2024 | 02:32

Hasil Jual Motor Curian Digunakan Pelaku untuk Modal Judi Slot

Jumat, 26 April 2024 | 02:11

Selengkapnya