Berita

Seorang pekerja membawa peti mati kardus untuk dimuat ke truk di sebuah pabrik di pinggiran Kolombo, Sri Lanka/Net

Dunia

Siasati Harga Mahal dan Kerusakan Lingkungan, Sri Lanka Ciptakan Peti Mati dari Kardus untuk Korban Covid

SELASA, 24 AGUSTUS 2021 | 19:43 WIB | LAPORAN: RENI ERINA

Selama ini peti mati selalu identik dibuat dengan bahan dasar kayu, tapi di sebuah pabrik di Kota Dehiwala-Mount Lavinia, Sri Lanka, peti mati dibuat dari bahan dasar kotak kardus.

Peti-peti mati itu diciptakan khusus untuk para korban virus corona yang angkanya terus meningkat.

"Peti mati itu terbuat dari kertas daur ulang dan berharga seperenam dari peti kayu termurah," terang Priyantha Sahabandu, pejabat pemerintah setempat yang pertama kali mengemukakan gagasan itu, seperti dikutip dari Reuters, Rabu (24/8).

Ketika angka kematian Sri Lanka akibat Covid-19 melonjak, beberapa orang memilih peti mati kardus ini untuk mengkremasi orang yang mereka cintai.

Biaya yang lebih hemat nampak jadi salah satu pertimbangan utamanya, selain dampak kerusakan lingkungan akibat banyaknya pohon yang harus ditebang untuk membuat peti mati.

Sri Lanka mencatat angka kematian harian tertinggi 198 pada hari Jumat, dengan total kematian mencapai 7.560.

"Saat ini, rata-rata sekitar 400 orang meninggal per hari di Sri Lanka karena berbagai penyebab, termasuk Covid-19," kata Sahabandu, anggota dewan kota untuk Dehiwala-Mount Lavinia, sebuah kota di distrik Kolombo.

"Untuk membuat 400 peti mati, Anda harus menebang sekitar 250 hingga 300 pohon. Untuk mencegah kerusakan lingkungan itu saya mengajukan konsep ini ke komite kesehatan dewan," katanya.

"Dengan merebaknya virus corona, masyarakat kesulitan membayar peti mati kayu yang mahal," katanya.

"Setiap peti mati (kertas) berharga sekitar 4.500 rupee Sri Lanka (22,56 dolar AS), dibandingkan dengan 30.000 rupee untuk peti kayu murah," kata Sahabandu.  

Sekitar 350 peti mati kardus telah dikirim sejak awal 2020, dan pabrik sedang mengerjakan 150 peti lagi yang dipesan oleh dewan. Peti-peti berbahan kertas itu dikatakan bisa menahan hingga 100 kilogram.

"Mayoritas orang di negara ini mendukung ini. Masalahnya hari ini adalah memasoknya. Kami sedang mengusahakannya," kata Sahabandu.

Pada Jumat (20/8) Presiden Gotabaya Rajapaksa mengumumkan penguncian total selama sepuluh hari untuk mengekang lonjakan baru dalam kasus Covid-19 yang didorong oleh penyebaran varian Delta yang sangat menular.

Populer

Polemik Jam Buka Toko Kelontong Madura di Bali

Sabtu, 27 April 2024 | 17:17

Kaki Kanan Aktor Senior Dorman Borisman Dikubur di Halaman Rumah

Kamis, 02 Mei 2024 | 13:53

Bey Pastikan Kesiapan Pelaksanaan Haji Jawa Barat

Rabu, 01 Mei 2024 | 08:43

Pj Gubernur Jabar Ingin Persiapan Penyelenggaraan Ibadah Haji Sempurna

Kamis, 02 Mei 2024 | 03:58

Bocah Open BO Jadi Eksperimen

Sabtu, 27 April 2024 | 14:54

Kantongi Sertifikasi NBTC, Poco F6 Segera Diluncurkan

Sabtu, 04 Mei 2024 | 08:24

Pj Gubernur Jabar Minta Pemkab Garut Perbaiki Rumah Rusak Terdampak Gempa

Senin, 29 April 2024 | 01:56

UPDATE

Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji!

Senin, 06 Mei 2024 | 05:37

Samani-Belinda Optimis Menang di Pilkada Kudus

Senin, 06 Mei 2024 | 05:21

PKB Kota Probolinggo cuma Buka Pendaftaran Wawalkot

Senin, 06 Mei 2024 | 05:17

Golkar-PDIP Buka Peluang Koalisi di Pilgub Jabar

Senin, 06 Mei 2024 | 04:34

Heboh Polisi Razia Kosmetik Siswi SMP, Ini Klarifikasinya

Senin, 06 Mei 2024 | 04:30

Sebagian Wilayah Jakarta Diperkirakan Hujan Ringan

Senin, 06 Mei 2024 | 03:33

Melly Goeslaw Tetarik Maju Pilwalkot Bandung

Senin, 06 Mei 2024 | 03:30

Mayat Perempuan Tersangkut di Bebatuan Sungai Air Manna

Senin, 06 Mei 2024 | 03:04

2 Remaja Resmi Tersangka Tawuran Maut di Bandar Lampung

Senin, 06 Mei 2024 | 02:55

Aspirasi Tak Diakomodir, Relawan Prabowo Jangan Ngambek

Senin, 06 Mei 2024 | 02:14

Selengkapnya