Berita

Analis sosial politik Universitas Negeri Jakarta (UNJ), Ubedilah Badrun/Net

Politik

Lembaga "SurveiRp" Turut Jadi Penyebab Elektabilitas Partai Korup Tetap di Atas

SELASA, 24 AGUSTUS 2021 | 10:23 WIB | LAPORAN: JAMALUDIN AKMAL

Lembaga “SurveiRp” atau lembagai survei bayaran yang bekerja karena pesanan turut menjadi salah satu penyebab elektabilitas partai korup masih berada di jajaran atas.

Analis sosial politik Universitas Negeri Jakarta (UNJ), Ubedilah Badrun mengurai sejumlah alasan atau penyebab elektabilitas partai yang banyak kadernya terlilit kasus korupsi masih berada di papan atas.

Pertama, karena masyarakat umum yang terjaring sample survei kemungkinan adalah masyarakat yang apolitik.


“Tidak memiliki cukup pengetahuan tentang politik saat ini termasuk informasi tentang partai paling korup," ujar Ubedilah kepada Kantor Berita Politik RMOL, Selasa (24/8).

Selanjutnya, kata Ubedilah, adalah masyarakat secara umum belum mampu mencerna dan mengambil sikap untuk memberi hukuman bagi partai yang melakukan korupsi paling jahat sepanjang sejarah republik, yaitu korupsi uang bansos yang seharusnya untuk rakyat miskin.

Secara moral dan dalam perspektif perilaku pemilih, mestinya masyarakat kecewa dengan partai yang korupsi uang untuk rakyat miskin.

“Rakyat seharusnya memberi sanksi kepada partai yang korup itu dengan sikap tidak lagi memilih partai penguasa yang korup itu," sambung Ubedilah.

Kemudian, kata Direktur Eksekutif Center for Social Political Economic and Law Studies (Cespels) ini, adalah menggambarkan bahwa antara rakyat dengan partai tersebut sama-sama berwatak koruptif.

"Partainya korup rakyatnya juga senang dengan korupsi. Ini perilaku yang sangat menjijikan sekaligus mengerikan bagi masa depan negara. Maknanya negara sudah rusak secara moral karena elit dan rakyatnya sama-sama senang korupsi," kata Ubedilah.

Terakhir adalah jika rakyat secara empirik masih rasional, bersikap kritis dan antikorupsi, maka tingginya elektabilitas partai penguasa yang korup bukan realitas yang sebenarnya.

"Artinya ada kemungkinan survei yang dilakukan adalah survei bayaran, SurveiRp yang menggadaikan prinsip-prinsip kebenaran ilmiah. Ini tentu lebih miris karena dilakukan kelompok yang mengaku lembaga penelitian," pungkas Ubedilah.

Populer

Masih Sibuk di Jogja, Pimpinan KPK Belum Tahu OTT di Lampung Tengah

Selasa, 09 Desember 2025 | 14:21

Pasutri Kurir Narkoba

Rabu, 03 Desember 2025 | 04:59

Pura Jadi Latar Film Porno, Hey Bali: Respons Aparat Dingin

Selasa, 09 Desember 2025 | 21:58

Kebun Sawit Milik POSCO Lebih dari Dua Kali Luas Singapura

Senin, 08 Desember 2025 | 19:12

Berjuang Bawa Bantuan Bencana

Kamis, 04 Desember 2025 | 05:04

Mahfud MD soal Bencana Sumatera: Menyuruh Pejabat Mundur Tidak Relevan

Rabu, 10 Desember 2025 | 05:53

Cegah Penimbunan BBM

Jumat, 05 Desember 2025 | 02:00

UPDATE

Ratusan Migran Bobol Perbatasan Polandia Lewat Terowongan Rahasia

Sabtu, 13 Desember 2025 | 14:03

Pertumbuhan 8 Persen Jalur Cepat

Sabtu, 13 Desember 2025 | 13:57

Komisi III Tolak Usulan Kapolri Dipilih Langsung Presiden Tanpa DPR: Ahistoris !

Sabtu, 13 Desember 2025 | 13:43

Meski Ada Beking, Pemerintah Harus Berani Tangkap Pembalak Liar di Sumatera !

Sabtu, 13 Desember 2025 | 13:30

Mabes Polri Buka Suara soal Perpol yang Izinkan Anggota Bertugas di 17 Kementerian/Lembaga

Sabtu, 13 Desember 2025 | 13:07

Permudah Akses Kesehatan, Legislator Golkar Dukung Sistem Rujukan BPJS Dihapus

Sabtu, 13 Desember 2025 | 12:55

Menko Pangan Zulhas Beri Semangat Petugas SPPG di Lokasi Bencana

Sabtu, 13 Desember 2025 | 12:48

Komisi I DPR: UU TNI yang Baru harus Diimplementasikan secara Nyata

Sabtu, 13 Desember 2025 | 12:32

KUA Bukan Sekadar Kantor Nikah, Tapi Cermin Kehadiran Negara dalam Keluarga

Sabtu, 13 Desember 2025 | 12:21

Legislator NasDem Desak Percepatan Huntara dan Relokasi di Zona Merah

Sabtu, 13 Desember 2025 | 12:08

Selengkapnya