Menteri Keuangan Amerika Serikat Janet Yellen/Net
Di tengah meningkatnya utang AS, muncul kabar bahwa Menteri Keuangan Amerika Serikat Janet Yellen akan mengunjungi China dalam beberapa bulan mendatang.
Kabar itu pertama kali dilaporkan Bloomberg pada Kamis (12/8), mengutip sumber yang mengatakan bahwa rencana dari Departemen Keuangan AS tentang kunjungan ke Beijing itu masih dalam diskusi tahap awal. Jika kunjungan itu terjadi, Yellen kemungkinan akan bertemu dengan Wakil Perdana Menteri China Liu He, dan dia akan menjadi pejabat tertinggi Biden yang ditunjuk untuk mengunjungi China.
Menanggapi berita tersebut, juru bicara Departemen Keuangan AS, Lily Adams mengatakan bahwa tidak ada rencana bagi Yellen untuk melakukan perjalanan ke China dalam waktu dekat atau pada musim gugur ini (antara September-Desember).
Para ekonom di China telah menafsirkan potensi kunjungan Yellen tersebut sebagai petunjuk yang diberikan oleh pemerintah AS, bahwa pihaknya bersedia untuk meningkatkan komunikasi dengan China, meskipun pejabat AS berharap China akan mengambil inisiatif dan mengundang mereka untuk melakukan pembicaraan.
“AS mungkin ingin membahas landasan bersama ekonomi kedua negara dan melakukan beberapa kerja sama yang saling menguntungkan, terlepas dari kebisingan politiknya terhadap China,†kata Xi Junyang, seorang profesor di Universitas Keuangan dan Ekonomi Shanghai, seperti dikutip dari Global Times, Jumat (13/8).
Kecenderungan AS untuk meningkatkan komunikasi, dan mengatur ulang hubungan dengan China, muncul ketika pemerintahan Biden terlibat dalam tinjauan luas kebijakan terhadap China. Sementara itu, pemerintah AS juga menghadapi tekanan yang meningkat dari kalangan komersialnya untuk membalikkan kebijakan perdagangan dan teknologi yang tidak bersahabat terhadap China.
Menurut laporan media, lusinan kelompok bisnis AS baru-baru ini mendesak pemerintahan Biden untuk memulai kembali pembicaraan perdagangan China-AS dan memotong tarif impor barang-barang China, setelah mereka merasakan kerugian yang disebabkan oleh tarif tersebut pada bisnis mereka.
Pakar perdagangan di Akademi Ilmu Sosial China di Beijing, Gao Lingyun mengatakan bahwa salah satu masalah penting yang kemungkinan akan dibahas Yellen dengan pejabat China adalah meningkatnya utang AS, karena negara tersebut telah mencapai batas pinjaman federal dan berisiko mengalami kerugian.
“Karena kemungkinan default, investasi negara-negara luar negeri di AS tunduk pada ketidakpastian. Dalam keadaan ini, AS ingin China memberikan bantuan, seperti menyatakan kepercayaannya pada ekonomi AS atau terus membeli utang AS,†kata Gao.
Dari Maret hingga Mei, China mengurangi kepemilikan obligasi Treasury AS sebesar 26,2 miliar dolar AS. Negara-negara lain seperti Rusia dan Prancis mengambil langkah serupa dalam beberapa tahun terakhir.
“Sebagai imbalannya, AS kemungkinan akan melonggarkan kebijakan tarif impor. Ini dapat mencakup langkah-langkah untuk membebaskan lebih banyak produk dan perusahaan dari daftar tarif, atau menghapus tarif tersebut,†kata Gao.
Para ahli juga mencatat bahwa hasil pembicaraan Yellen akan memiliki pengaruh langsung pada pemilihan paruh waktu AS pada 2022.
“Jika pembicaraan mengarah pada langkah-langkah yang bermanfaat bagi ekonomi AS, seperti China berjanji untuk membeli sejumlah besar barang AS, itu akan menjadi bonus bagi Biden,†kata para ahli.