Berita

Pengamat politik Unas, Andi Yusran/Net

Politik

Andi Yusran: Utang Indonesia Menumpuk Indikasi Jokowi Tidak Cakap Optimalkan Penerimaan Negara

MINGGU, 01 AGUSTUS 2021 | 21:40 WIB | LAPORAN: ANGGA ULUNG TRANGGANA

Pemerintahan Presiden Joko Widodo dinilai hanya memiliki kinerja positif hanya dalam berburu utang negara.

Kalimat bernada sindiran ini diutarakan oleh pengamat politik Universitas Nasional (Unas), Andi Yusran saat berbincang dengan Kantor Berita Politik RMOL terkait struktur utang Indonesia, Minggu (1/8).

Data Kemenkeu hingga akhir Juni tahun 2021 beban utang Indonesia tembus di angka Rp 6.554 triliun.

Menurut Andi, menumpuknya utang secara signifikan mengindikasikan ketidakcakapan pemerintah Joko Widodo dalam mengoptimalkan penerimaan negara.

"Mengindikasikan ketidakcakapan pemerintah dalam mengoptimalkan penerimaan negara dari berbagai sektor produktif seperti dalam mengoptimalkan peran negara dalam pengelollaan SDA dan Migas," demikian kata Andi.

Lebih lanjut Andi menjelaskan, seharusnya pemerintah bisa mengoptimalkan berbagai sumberdaya alam (SDA) yang dimiliki Indonesia, baik yang sudah dikontrakaryakan maupun yang belum.

Dalam analisa Andi, selama ini penguasaan sektor SDA dikuasai oleh oligarki ekonomi baik asing dan lokal yang terindikasi terafiliasi pada oknum elite pemburu rente.

Saat situasi beban utang yang berat, Andi kemudian mempertanyakan apakah pemerintah Jokowi berani melakukan evaluiasi seluruh penerimaan negara di bidang SDA dan Migas.

Jika berani, Andi optimis Jokowi akan mampu berhenti memburu utang.

"Jika berani maka saya yakin pemerintah akan berhenti dalam memburu utang dan dalam waktu yang relatif singkat dapat menjadi negara pemberi utang," demikian optimisme Andi.

Di tengah beban utang yang tembus di angka Rp 6.554 triliun, pada semeter II tahun 2021 Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan akan mencari tambahan utang seesar Rp 515,1 triliun.

Kemenkeu mencatat, angka utang itu lebih rendah dari rencana Undang Undang APBN 2021.

Menkeu Sri Mulyani mengurangi kenaikan utang yang awalnya Rp 1.1177 triliun menjadi Rp 958 triliun atau turun 18,6 persen.

Populer

Pendapatan Telkom Rp9 T dari "Telepon Tidur" Patut Dicurigai

Rabu, 24 April 2024 | 02:12

Polemik Jam Buka Toko Kelontong Madura di Bali

Sabtu, 27 April 2024 | 17:17

Pj Gubernur Ingin Sumedang Kembali jadi Paradijs van Java

Selasa, 23 April 2024 | 12:42

Jurus Anies dan Prabowo Mengunci Kelicikan Jokowi

Rabu, 24 April 2024 | 19:46

Tim Hukum PDIP Minta Penetapan Prabowo-Gibran Ditunda

Selasa, 23 April 2024 | 19:52

Pj Gubernur Jabar Minta Pemkab Garut Perbaiki Rumah Rusak Terdampak Gempa

Senin, 29 April 2024 | 01:56

Bey Pastikan Kesiapan Pelaksanaan Haji Jawa Barat

Rabu, 01 Mei 2024 | 08:43

UPDATE

Hadiri Halal Bihalal Ansor, Kapolda Jateng Tegaskan Punya Darah NU

Jumat, 03 Mei 2024 | 06:19

Bursa Bacalon Wali Kota Palembang Diramaikan Pengusaha Cantik

Jumat, 03 Mei 2024 | 06:04

KPU Medan Tunda Penetapan Calon Terpilih Pileg 2024

Jumat, 03 Mei 2024 | 05:50

Pensiunan PNS di Lubuklinggau Bingung Statusnya Berubah jadi Warga Negara Malaysia

Jumat, 03 Mei 2024 | 05:35

Partai KIM di Kota Bogor Kembali Rapatkan Barisan Jelang Pilkada

Jumat, 03 Mei 2024 | 05:17

PAN Jaring 17 Kandidat Bakal Calon Wali Kota dan Wakil Wali Kota Bengkulu

Jumat, 03 Mei 2024 | 04:58

Benny Raharjo Tegaskan Golkar Utamakan Kader untuk Pilkada Lamsel

Jumat, 03 Mei 2024 | 04:41

Pria di Aceh Nekat Langsir 300 Kg Ganja Demi Upah Rp50 Ribu

Jumat, 03 Mei 2024 | 04:21

Alasan Gerindra Pagar Alam Tak Buka Pendaftaran Bacawako

Jumat, 03 Mei 2024 | 03:57

KPU Tubaba Tegaskan Caleg Terpilih Tidak Dilantik Tanpa Serahkan LHKPN

Jumat, 03 Mei 2024 | 03:26

Selengkapnya