Berita

Bendera negara-negara Uni Afrika/Net

Dunia

Sebagai Non-Negara, Pengusiran SADR dari Uni Afrika Sangat Dimungkinkan

JUMAT, 30 JULI 2021 | 20:03 WIB | LAPORAN: SARAH MEILIANA GUNAWAN

Pembekuan atau bahkan pengusiran Republik Demokratik Arab Sahrawi (SADR) dari Uni Afrika bukan hal yang tabu dan mustahil. Pasalnya SADR hanya kelompok bersenjata dan bukan negara berdaulat.

Demikian hasil seminar bertajuk “The Imperative of Economic Recovery: How can the Resolution of the Sahara Issue Strengthen Africa’s Regional and Continental Integration?” yang digelar lembaga think tank Imani Center for Policy and Education yang berbasis di Ghana pada Selasa (27/8).

Dalam seminar tersebut, para peserta mengecam penerimaan SADR ke Organisasi Persatuan Afrika (OAU) dan Uni Afrika sebagai entitas non-negara lantaran menjadi sumber perpecahan dan hambatan bagi organisasi kawasan tersebut.

Satu suara, para peserta menegaskan bahwa Uni Afrika harus memperbaiki warisan dan sejarahnya dengan membekukan atau bahkan mengusir SADR.

"Langkah itu bukan dimaksudkan untuk memenuhi ambisi eksklusif Maroko, tetapi mendorong negara-negara AFrika mengakhiri perpecahan yang berlebihan, dan menghentikan instrumentalisasi sebuah organisasi yang seharusnya melayani cita-cita dan tujuan Pan-Afrika," begitu kesimpulan dari Imani Center for Policy and Education, seperti dikutip Maroc.ma.

Para peserta berpendapat, hambatan utama dalam integrasi ekonomi Afrika, salah satunya adalah masalah Sahara. Perlu adanya solusi yang realistis dan definitif untuk mengatasi masalah ini.

Terkait hal ini, beberapa peserta menyoroti Rencana Otonomi Maroko yang dianggap sebagai solusi yang tulus dan realistis, serta kredibel dan inklusif untuk menangani isu Sahara.

Penyelesaian isu Sahara ini sangat penting, lantaran negara-negara Afrika perlu melakukan pemulihan ekonomi sebagai dampak dari pandemi Covid-19.

Selain itu, insiden di Guerguerat juga menunjukkan betapa pentingnya solusi isu Sahara.

Baru-baru ini, Polisario telah menghalangi lalu lintas vital dan strategis di Guerguerat yang menghubungkan Eropa, Afrika Utara, dan Afrika Barat selama tiga pekan.

Populer

Pendapatan Telkom Rp9 T dari "Telepon Tidur" Patut Dicurigai

Rabu, 24 April 2024 | 02:12

Polemik Jam Buka Toko Kelontong Madura di Bali

Sabtu, 27 April 2024 | 17:17

Pj Gubernur Ingin Sumedang Kembali jadi Paradijs van Java

Selasa, 23 April 2024 | 12:42

Jurus Anies dan Prabowo Mengunci Kelicikan Jokowi

Rabu, 24 April 2024 | 19:46

Tim Hukum PDIP Minta Penetapan Prabowo-Gibran Ditunda

Selasa, 23 April 2024 | 19:52

Pj Gubernur Jabar Minta Pemkab Garut Perbaiki Rumah Rusak Terdampak Gempa

Senin, 29 April 2024 | 01:56

Bocah Open BO Jadi Eksperimen

Sabtu, 27 April 2024 | 14:54

UPDATE

Pendapatan Garuda Indonesia Melonjak 18 Persen di Kuartal I 2024

Kamis, 02 Mei 2024 | 11:41

Sidang Pendahuluan di PTUN, Tim Hukum PDIP: Pelantikan Prabowo-Gibran Bisa Ditunda

Kamis, 02 Mei 2024 | 11:35

Tak Tahan Melihat Penderitaan Gaza, Kolombia Putus Hubungan Diplomatik dengan Israel

Kamis, 02 Mei 2024 | 11:34

Pakar Indonesia dan Australia Bahas Dekarbonisasi

Kamis, 02 Mei 2024 | 11:29

Soal Usulan Kewarganegaraan Ganda, DPR Dorong Revisi UU 12 Tahun 2006

Kamis, 02 Mei 2024 | 11:25

Momen Hardiknas, Pertamina Siap Hadir di 15 Kampus untuk Hadapi Trilemma Energy

Kamis, 02 Mei 2024 | 11:24

Prabowo-Gibran Diminta Lanjutkan Merdeka Belajar Gagasan Nadiem

Kamis, 02 Mei 2024 | 11:16

Kebijakan Merdeka Belajar Harus Diterapkan dengan Baik di Jakarta

Kamis, 02 Mei 2024 | 11:06

Redmi 13 Disertifikasi SDPPI, Spesifikasi Mirip Poco M6 4G

Kamis, 02 Mei 2024 | 10:59

Prajurit TNI dan Polisi Diserukan Taat Hukum

Kamis, 02 Mei 2024 | 10:58

Selengkapnya