Berita

Joko Intarto/RMOL

Publika

Zyrex-MU 10 Tahun Lalu

KAMIS, 29 JULI 2021 | 19:18 WIB | OLEH: JOKO INTARTO

KEINGINAN membuat laptop merah putih mengingatkan saya pada peristiwa 10 tahun lalu. Lazismu PP Muhammadiyah sudah menginisiasi konsep laptop lokal khusus untuk dunia pendidikan.

Kebetulan saya, Adi Rosadi, Khoirul Muttaqin dan Nanang menjadi tim pelaksananya. Komunitas developer open source mendukung dengan membuatkan software-nya.

Gagasannya saat itu sederhana saja: kelak, metode pendidikan berbasis online akan mendominasi. Tentu bukan karena bakal ada Covid-19, melainkan karena perkembangan teknologi.

Ide itu berangkat dari pemikiran Ir Wayan, founder lembaga bimbingan belajar online pertama di Indonesia, Zenius. Saat itu, Zenius sudah punya member sekitar 800 ribu orang.

Saya beberapa kali bertemu Pak Wayan untuk mengawinkan sistem registrasi dan pembayaran siswa Zenius yang masih manual menjadi digital berbasis SMS dengan provider XL yang diwakili Mas Nizar Darwin.

Dari beberapa kali diskusi dengan teman-teman Lazismu, akhirnya dibuatlah pilot project untuk menciptakan laptop yang murah yang sudah dilengkapi dengan materi pelajaran setingkat SD, SMP dan SMA di lingkungan Muhammadiyah.

Ide membuat laptop pendidikan ala Muhammadiyah itu membawa saya bertemu dengan CEO Zyrex, pabrikan laptop dengan brand asli Indonesia. Dari pertemuan itu, lahirlah 2  prototipe notebook dan netbook.

Notebook ukurannya besar. Layarnya 14 Inchi. Spesifikasi teknis lebih tinggi. Harga lebih mahal. Sekitar Rp 3,7 juta. Sedangkan netbook berukuran lebih kecil. Layarnya 10,5 Inchi. Spesifikasi teknisnya lebih rendah. Harganya pun ekonomis. Hanya Rp 2,3 juta.

Harga netbook masih bisa ditekan menjadi Rp 2,1 juta per unit dengan catatan perakitan laptop dikerjakan siswa-siswi STM Muhammadiyah.

Pihak Zyrex ternyata sudah lama bekerja sama dengan  sejumlah STM Muhammadiyah dalam perakitan laptop. Pengerjaan dilakukan di pabrik Zyrex.

Banyak kendala yang dihadapi dalam proses pembuatan prototipe ini. Terutama menyangkut konten yang akan dimasukkan ke dalam laptop tersebut. Bongkar pasang konten dilakukan berulang kali.

Meski demikian akhirnya prototipe itu jadi juga. Beberapa bulan kemudian. Merk-nya spesial: Zyrex-MU. Laptop Zyrex yang didesain khusus sebagai laptop pendidikan di lingkungan Muhammadiyah.

Ketika proyek pembuatan prototipe ini dimulai, pasar netbook sedang terguncang gara-gara hadirnya produk baru yang dikenal dengan sebutan tablet PC.

Produk ini merupakan pengembangan smartphone dengan layar seukuran netbook tetapi lebih handy dan modis.

Netbook Zyrexmu yang sudah sering dipamerkan dalam berbagai acara internal majelis, lembaga dan organisasi otonom PP Muhammadiyah seperti kehilangan pesona. Tablet PC memang lebih menggoda.

Lazismu dan Zyrex butuh waktu untuk mendesain Zyrex-Mu versi baru dalam bentuk tablet PC. Kendala teknis dan non teknisnya menggunung. Maklum, tablet PC merupakan barang baru. Belum ada pabrikan lokal yang memproduksinya saat itu.

Sempat direncanakan untuk mengimpor tablet PC dari pabrikan di China. Tetapi amanat PP Muhammadiyah sangat tegas: Harus menggandeng pabrikan dan developer dalam negeri.

Waktu terus berputar. Perkembangan teknologi seluler larinya kencang bukan main. Zyrex-MU akhirnya berhenti sampai tahap prototipe. Tak berlanjut lagi.

Meski demikian, saya tetap bangga. Karena pernah berusaha menghadirkannya.

Saya tidak tahu apakah laptop merah putih yang akan dibuat sejumlah pihak atas inisiatif pemerintah akan seheroik Zyrex-MU.

Tapi saya pribadi sangat setuju dengan pemikiran Indonesia harus punya produk laptop dengan brand dalam negeri.

Yang tidak saya setuju terkait laptop merah putih adalah harganya yang mahal. Jangan sampai laptop merah putih diplesetkan menjadi laptop bendera putih. Karena harganya yang tak terjangkau.

Populer

KPK Ancam Pidana Dokter RSUD Sidoarjo Barat kalau Halangi Penyidikan Gus Muhdlor

Jumat, 19 April 2024 | 19:58

Pendapatan Telkom Rp9 T dari "Telepon Tidur" Patut Dicurigai

Rabu, 24 April 2024 | 02:12

Megawati Bermanuver Menipu Rakyat soal Amicus Curiae

Kamis, 18 April 2024 | 05:35

Sekda Jabar akan Tindak Pelaku Pungli di Masjid Raya Al Jabbar

Rabu, 17 April 2024 | 03:41

Diungkap Pj Gubernur, Persoalan di Masjid Al Jabbar Bukan cuma Pungli

Jumat, 19 April 2024 | 05:01

Bey Machmudin: Prioritas Penjabat Adalah Kepentingan Rakyat

Sabtu, 20 April 2024 | 19:53

Pj Gubernur Ingin Sumedang Kembali jadi Paradijs van Java

Selasa, 23 April 2024 | 12:42

UPDATE

Samsung Solve for Tomorrow 2024, Momentum untuk Dorong Peningkatan Literasi Digital

Sabtu, 27 April 2024 | 11:48

Paguyuban Warung Madura: Harusnya Kami Dilindungi Bukan Diberangus!

Sabtu, 27 April 2024 | 11:36

PIS Sukses Tekan Emisi 25,4 Ribu Ton Setara CO2

Sabtu, 27 April 2024 | 11:18

Sam Altman hingga Sundar Pichai Gabung Dewan Keamanan AI Amerika Serikat

Sabtu, 27 April 2024 | 10:59

OASA Perkuat Modal di Anak Usaha Rp69 Miliar

Sabtu, 27 April 2024 | 10:41

Ilham Bintang: Prabowo Siap-Siap Beli Obat Anti Resah

Sabtu, 27 April 2024 | 10:37

Induk Perusahaan Google Bagi-bagi Dividen untuk Pertama Kali

Sabtu, 27 April 2024 | 10:29

KPU Sewa 8 Kantor Hukum Hadapi Perselisihan Pileg 2024

Sabtu, 27 April 2024 | 10:20

Blinken: Amerika Tidak Bermaksud Menghambat Tiongkok Lewat Pembatasan Ekspor Chip

Sabtu, 27 April 2024 | 10:18

Realisasi Anggaran untuk IKN Capai Rp4,3 Triliun per April 2024

Sabtu, 27 April 2024 | 10:02

Selengkapnya