Berita

Presiden Kais Saied memecat lebih banyak pejabat hanya dalam hitungan hari/Net

Dunia

Presiden Pecat Sederet Pejabat Top, Krisis Politik Tunisia Memburuk

KAMIS, 29 JULI 2021 | 17:38 WIB | LAPORAN: AMELIA FITRIANI

Tunisa semakin terperosok ke dalam ketidakpastian politik. Pasalnya, Presiden Kais Saied memecat lebih banyak pejabat hanya dalam hitungan hari.

Dia juga diketahui sebelumnya telah memecat Perdana Menteri Hichem Mechichi, membekukan Parlemen dan mengambil alih kekuasaan eksekutif. Tidak sampai situ, Saied juga memecat menteri pertahanan dan kehakiman serta sederet pejabat top Tunisia lainnya, tidak lama setelah itu.

Presiden berusia 63 tahun yang juga merupakan mantan dosen hukum dan pendatang baru politik yang menang telak dalam pemilihan presiden 2019 itu juga mengeluarkan dekrit pemecatan daftar panjang pejabat senior pemerintah, termasuk kepala jaksa militer. Bahkan pada Rabu (28/7), dia juga memberhentikan CEO saluran televisi nasional Wataniya.

Dikabarkan Al Jazeera, dia pun mencabut kekebalan parlemen dari anggota parlemen dan mengambil alih kekuasaan kehakiman. Saied juga telah memerintahkan penyelidikan terhadap tiga partai politik yang diduga menerima dana asing sebelum pemilu 2019.

Langkah tersebut diambil Saied setelah serangkaian demonstrasi anti-pemerintah skala besar terjadi di Tunisia. Para demonstran memprotes kegagalan pemerintah dalam menangani pandemi Covid-19.

Tentu banyak pihak yang menentang langkah Saied itu. Dalam sebuah pernyataan bersama, kelompok-kelompok masyarakat sipil utama di Tunisia memperingatkan bahwa penangguhan paremen tidak sah. Mereka menuntut batas waktu untuk tindakan politik.

Di sisi lain, Saied mengklaim bahwa tindakan yang dia ambil dibenarkan di bawah konstitusi, yang memungkinkan kepala negara untuk mengambil tindakan luar biasa yang tidak ditentukan jika terjadi ancaman yang akan segera terjadi.

Sementara itu, Partai Ennahdha, yang merupakan faksi terbesar dalam pemerintahan koalisi, awalnya menyebut perebutan kekuasaan yang dilakukan presiden itu sebagai “kudeta”.

Sedangkan sejumlah pihak seperti Amerika Serikat dan Uni Eropa telah menyuarakan keprihatinan atas situasi yang sedang terjadi di Tunisia.

Populer

Pendapatan Telkom Rp9 T dari "Telepon Tidur" Patut Dicurigai

Rabu, 24 April 2024 | 02:12

Polemik Jam Buka Toko Kelontong Madura di Bali

Sabtu, 27 April 2024 | 17:17

Kaki Kanan Aktor Senior Dorman Borisman Dikubur di Halaman Rumah

Kamis, 02 Mei 2024 | 13:53

Bey Pastikan Kesiapan Pelaksanaan Haji Jawa Barat

Rabu, 01 Mei 2024 | 08:43

Jurus Anies dan Prabowo Mengunci Kelicikan Jokowi

Rabu, 24 April 2024 | 19:46

Bocah Open BO Jadi Eksperimen

Sabtu, 27 April 2024 | 14:54

Pj Gubernur Jabar Minta Pemkab Garut Perbaiki Rumah Rusak Terdampak Gempa

Senin, 29 April 2024 | 01:56

UPDATE

Pilkada 2024 jadi Ujian dalam Menjaga Demokrasi

Sabtu, 04 Mei 2024 | 23:52

Saling Mengisi, PKB-Golkar Potensi Berkoalisi di Pilkada Jakarta dan Banten

Sabtu, 04 Mei 2024 | 23:26

Ilmuwan China Di Balik Covid-19 Diusir dari Laboratoriumnya

Sabtu, 04 Mei 2024 | 22:54

Jepang Sampaikan Kekecewaan Setelah Joe Biden Sebut Negara Asia Xenophobia

Sabtu, 04 Mei 2024 | 22:43

Lelang Sapi, Muzani: Seluruh Dananya Disumbangkan ke Palestina

Sabtu, 04 Mei 2024 | 22:35

PDIP Belum Bersikap, Bikin Parpol Pendukung Prabowo-Gibran Gusar?

Sabtu, 04 Mei 2024 | 22:16

Demonstran Pro Palestina Capai Kesepakatan dengan Pihak Kampus Usai Ribuan Mahasiswa Ditangkap

Sabtu, 04 Mei 2024 | 21:36

PDIP Berpotensi Koalisi dengan PSI Majukan Ahok-Kaesang di Pilgub Jakarta

Sabtu, 04 Mei 2024 | 21:20

Prabowo Akan Bentuk Badan Baru Tangani Makan Siang Gratis

Sabtu, 04 Mei 2024 | 20:50

Ribuan Ikan Mati Gara-gara Gelombang Panas Vietnam

Sabtu, 04 Mei 2024 | 20:29

Selengkapnya