Berita

Ilustrasi/Net

Dunia

Panggil Dubes China, Norwegia Salahkan Beijing Atas Peretasan Sistem Email Parlemen

RABU, 21 JULI 2021 | 22:48 WIB | LAPORAN: SARAH MEILIANA GUNAWAN

Norwegia telah menunjuk hidung China atas serangan siber terhadap Storting, parlemen negara tersebut. Kementerian Luar Negeri Norwegia bahkan telah memanggil Dutabesar China untuk dimintai keterangan.

Pada 10 Maret, Storting mengungkap ada pelanggaran data dan bahwa sistem email-nya telah disusupi. Peretasan dilakukan dengan mengeksploitasi kelemahan sistem keamanan dan perangkat lunak Microsoft Exchange.

Menteri Luar Negeri Norwegia Ine Eriksen Soreide mengatakan, berdasarkan informasi yang telah dikumpulkan, pemerintah menduga serangan tersebut berasal dari China.

"Ini adalah insiden yang sangat serius yang mempengaruhi institusi demokrasi terpenting. Kami berharap China menanggapi masalah ini dengan serius, dan memastikan bahwa insiden seperti itu tidak terulang," tegasnya, seperti dikutip Sputnik, Rabu (21/7).

Sebagai tindak lanjut, Soreide mengatakan pihaknya telah memanggil Dutabesar China untuk membahas serangan tersebut secara langsung.

"Aktivitas siber jahat seperti itu dibiarkan terjadi tidak sejalan dengan norma perilaku negara yang bertanggung jawab di ruang digital. Hari ini kami memanggil Dutabesar China dan menangani masalah ini secara langsung," tutur Soreide.

Sementara itu, Layanan Keamanan Norwegia (PST) mengatakan pihaknya masih menyelidiki serangan tersebut.

Dalam sebuah pernyataan, Keduataan Besar China di Norwegia menyebut kecurigaan Oslo terhadap Beijing diwarnai oleh manipulasi politik.

"Kami berharap Norwegia dapat memberikan fakta dan bukti untuk mengetahui kebenarannya," kata kedutaan.

Norwegia diketahui bukan satu-satunya negara yang menuding China telah melakukan serangan siber. Sebelumnya, China juga diduga telah menyerang jaringan email parlemen Australia yang juga melibatkan perangkat lunak Microsoft.

Tudingan Norwegia terhadap China juga telah mendapat dukungan dari Uni Eropa, Amerika Serikat, NATO, dan Inggris.

Populer

Polemik Jam Buka Toko Kelontong Madura di Bali

Sabtu, 27 April 2024 | 17:17

Kaki Kanan Aktor Senior Dorman Borisman Dikubur di Halaman Rumah

Kamis, 02 Mei 2024 | 13:53

Bey Pastikan Kesiapan Pelaksanaan Haji Jawa Barat

Rabu, 01 Mei 2024 | 08:43

Bocah Open BO Jadi Eksperimen

Sabtu, 27 April 2024 | 14:54

Pj Gubernur Jabar Minta Pemkab Garut Perbaiki Rumah Rusak Terdampak Gempa

Senin, 29 April 2024 | 01:56

Pj Gubernur Jabar Ingin Persiapan Penyelenggaraan Ibadah Haji Sempurna

Kamis, 02 Mei 2024 | 03:58

Telkom Buka Suara Soal Tagihan ‘Telepon Tidur’ Rp9 Triliun Pertahun

Kamis, 25 April 2024 | 21:18

UPDATE

Misi Dagang ke Maroko Catatkan Transaksi Potensial Rp276 Miliar

Minggu, 05 Mei 2024 | 09:51

Zita Anjani Bagi-bagi #KopiuntukPalestina di CFD Jakarta

Minggu, 05 Mei 2024 | 09:41

Bapanas: Perlu Mental Berdikari agar Produk Dalam Negeri Dapat Ditingkatkan

Minggu, 05 Mei 2024 | 09:33

Sadiq Khan dari Partai Buruh Terpilih Kembali Jadi Walikota London

Minggu, 05 Mei 2024 | 09:22

Studi Privat Dua Hari di Taipei, Perdalam Teknologi Kecantikan Terbaru

Minggu, 05 Mei 2024 | 09:14

Kekuasaan Terlalu Besar Cenderung Disalahgunakan

Minggu, 05 Mei 2024 | 09:09

Demi Demokrasi Sehat, PKS Jangan Gabung Prabowo-Gibran

Minggu, 05 Mei 2024 | 09:04

Demonstran Pro-Palestina Lakukan Protes di Acara Wisuda Universitas Michigan

Minggu, 05 Mei 2024 | 08:57

Presidential Club Patut Diapresiasi

Minggu, 05 Mei 2024 | 08:37

PKS Tertarik Bedah Ide Prabowo Bentuk Klub Presiden

Minggu, 05 Mei 2024 | 08:11

Selengkapnya