Berita

Joko Intarto/RMOL

Publika

Bantu Order

MINGGU, 18 JULI 2021 | 20:09 WIB | OLEH: JOKO INTARTO

SAHABAT saya tiba-tiba mengirim pesan pendek. Ia mengajak ngobrol menggunakan video whatsapp. Tak biasanya ia begitu. Ada apa?

Rupanya ia hanya ingin memberi tahu penampilan barunya, ia memperlihatkan sebuah botol plastik dengan selang yang masuk ke dalam perutnya.

Katanya, itu alat cuci ginjal yang murah. Bisa dipakai di rumah.

"Saya sakit gagal ginjal," kata Anityo Pertiwanggono.

Terus terang saya prihatin dengan kondisi Anityo. Dua tahun lalu ia masih menyetir mobil sendiri ke studio Jagaters di Tebet. Seharian ia di sana. Kok sekarang kondisinya jauh berbeda?

Sore itu, Anityo ingin berdiskusi dengan saya, bagaimana cara menolong perekonomian keluarga penderita gagal ginjal.

"Mereka ibarat pepatah sudah jatuh tertimpa tangga kecebur got pula," dalam benak saya.

Setelah mengalami gagal ginjal, yang kerja swasta umumnya tidak diperpanjang kontrak. Hal itu menimbulkan ekses yang panjang. Sampai ke masalah perawatan kesehatan dan periuk dapur.

Bahkan hingga nasib pendidikan anak-anaknya. Padahal kebutuhan mereka justru meningkat karena harus membeli obat dan perawatan.

Bagaimana solusinya? "Bisakah Lazismu memberikan bantuan modal kerja untuk keluarga penderita gagal ginjal?" tanya Anityo.

Saya tidak segera menjawab. Prinsipnya bisa saja. Tapi eksekusinya perlu waktu. Sebab kemampuan Lazismu terbatas. Sebagian besar program distribusi juga sudah direncanakan tahun lalu.

Akhirnya saya menawarkan usul agar bisa ketemu penderita lain secara online. Saya hanya ingin tahu lebih banyak potensi apa yang masih bisa diangkat untuk membantu mereka.

Seminggu kemudian pertemuan virtual itu berlangsung selama dua jam. Sekitar 30 orang hadir.

Dari pertemuan itu saya menangkap sebuah potensi: Membantu para penderita gagal ginjal bisa dilakukan melalui program pemberdayaan ekonomi dengan sasaran keluarga yang sehat.

Pertanyaan selanjutnya, bidang usaha apa yang mereka kuasai? Minimal diminati? Kuliner ternyata paling banyak peminat.

Oke. Bidang usaha sudah ditemukan. Bagaimana model bisnis yang akan dijalankan? Dari diskusi, model bisnis menjurus pada jasa penyediaan makanan atau katering.

Katering? Siapa segmen pasarnya? Usaha katering begitu banyak. Harus bisa menemukan ceruk pasar yang persaingannya tidak terlalu berat.

Ketemulah segmen pasar para donatur panti asuhan. Anityo dan kawan-kawan siap melayani order semua donatur untuk menyediakan makanan siap santap bagi semua penghuni panti asuhan di seluruh Jakarta.

Gagasan saya tampung dulu.

Muncul lagi ide lain. Menggarap pasar qiqah. Pasar ini spesifik. Hanya keluarga muslim. Setiap anak laki-laki aqiqahnya 2 ekor kambing. Kalau perempuan 1 ekor kambing.

Lagi-lagi ide itu saya tampung.

Tiba-tiba ada peserta yang nyeletuk, "Memotong kambing qurban dan memasaknya untuk anak-anak panti asuhan kami juga bisa," katanya.

Tuing! Otak saya yang beku mendadak encer. "Oke, saya carilah bandarnya," jawab saya.

Seminggu berlalu. Kabar baik belum kunjung ada. Beberapa kali Anityo menelepon. Saya tidak berani mengangkat.

Pekan lalu Mas Eddy Muktiono, Direktur Lazismu tiba-tiba menelepon. Ia mengajak diskusi soal eksekusi qurban.

"Kami kesulitan mendapatkan vendor yang bisa memotong kambing, memasak dan mengirimkan ke panti asuhan di Jakarta," kata Mas Eddy.

Pucuk dicintai ulam pun tiba. Begitu kata pepatah. Inilah yang saya tunggu-tunggu. Peluang itu datang sendiri. Lazismu setuju memberikan pekerjaan qurban 21 ekor kambing kepada komunitas keluarga penderita gagal ginjal.

Proses selanjutnya berjalan mulus. Begitu dana ditransfer Lazismu, Anityo Cs bergerak cepat. Hari ini sudah mendapat kambing. Bahkan sudah ujicoba resep daging kambing.

Pada hari qurban dan tasyrikh, Anityo Cs akan menyiapkan paket masakan daging kambing ke berbagai panti asuhan di Jakarta.

Dari rumah ibu saya di Grobogan, Jawa Tengah, saya bisa merasakan kebahagiaan keluarga penderita gagal ginjal yang akan memulai proyek kateringnya.

Tidak harus punya uang untuk membantu sesama. Mencarikan order pekerjaan pun bisa.

Populer

Bangun PIK 2, ASG Setor Pajak 50 Triliun dan Serap 200 Ribu Tenaga Kerja

Senin, 27 Januari 2025 | 02:16

Gara-gara Tertawa di Samping Gus Miftah, KH Usman Ali Kehilangan 40 Job Ceramah

Minggu, 26 Januari 2025 | 10:03

Viral, Kurs Dolar Anjlok ke Rp8.170, Prabowo Effect?

Sabtu, 01 Februari 2025 | 18:05

KPK Akan Digugat Buntut Mandeknya Penanganan Dugaan Korupsi Jampidsus Febrie Adriansyah

Kamis, 23 Januari 2025 | 20:17

Prabowo Harus Ganti Bahlil hingga Satryo Brodjonegoro

Minggu, 26 Januari 2025 | 09:14

Datangi Bareskrim, Petrus Selestinus Minta Kliennya Segera Dibebaskan

Jumat, 24 Januari 2025 | 16:21

Masyarakat Baru Sadar Jokowi Wariskan Kerusakan Bangsa

Senin, 27 Januari 2025 | 14:00

UPDATE

Melalui Rembug Ngopeni Ngelakoni, Luthfi-Yasin Siap Bangun Jateng

Minggu, 02 Februari 2025 | 05:21

PCNU Bandar Lampung Didorong Jadi Panutan Daerah Lain

Minggu, 02 Februari 2025 | 04:58

Jawa Timur Berstatus Darurat PMK

Minggu, 02 Februari 2025 | 04:30

Dituding Korupsi, Kuwu Wanasaba Kidul Didemo Ratusan Warga

Minggu, 02 Februari 2025 | 03:58

Pelantikan Gubernur Lampung Diundur, Rahmat Mirzani Djausal: Tidak Masalah

Minggu, 02 Februari 2025 | 03:31

Ketua Gerindra Banjarnegara Laporkan Akun TikTok LPKSM

Minggu, 02 Februari 2025 | 02:57

Isi Garasi Raffi Ahmad Tembus Rp55 Miliar, Koleksi Menteri Terkaya jadi Biasa Saja

Minggu, 02 Februari 2025 | 02:39

Ahli Kesehatan Minta Pemerintah Dukung Penelitian Produk Tembakau Alternatif

Minggu, 02 Februari 2025 | 02:18

Heboh Penahanan Ijazah, BMPS Minta Pemerintah Alokasikan Anggaran Khusus Sekolah Swasta

Minggu, 02 Februari 2025 | 01:58

Kecewa Bekas Bupati Probolinggo Dituntut Ringan, LIRA Jatim: Ada Apa dengan Ketua KPK yang Baru?

Minggu, 02 Februari 2025 | 01:42

Selengkapnya