Berita

Anak-anak di Myanmar/Net

Dunia

PBB: Puluhan Anak Myanmar Dibunuh, Ribuan Ditahan Dan Hidup Tidak Layak

MINGGU, 18 JULI 2021 | 14:42 WIB | LAPORAN: SARAH MEILIANA GUNAWAN

Anak-anak banyak menjadi korban kudeta yang dilakukan oleh militer Myanmar. Puluhan terbunuh, sementara ratusan ditahan secara sewenang-wenang.

Komite hak anak Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) menyoroti kekerasan militer Myanmar terhadap anak-anak tanpa pandang bulu setiap harinya.

"Anak-anak di Myanmar dikepung dan menjadi korban jiwa akibat kudeta militer," ujar ketua komite, Mikiko Otani dalam pernyataan pada Jumat (16/7), seperti dimuat Al Jazeera.

Dari informasi yang didapat, setidaknya ada 75 anak yang terbunuh, sementara seribu lainnya ditangkap sejak kudeta militer pada 1 Februari di Myanmar.

"Mereka menodongkan senjata ke arah anak-anak dan melihat hal yang sama terjadi pada orang tua dan saudara mereka," tambah Otani.

Komite hak anak PBB terdiri dari 18 ahli independen yang bertugas memantai pelaksanaan Konvensi Hak Anak, yang juga telah ditandatangani Myanmar pada 1991.

Dengan situasi saat ini, para ahli sangat mengutuk pembunuhan dan kekerasan yang dilakukan junta dan polisi Myanmar terhadap anak-anak, bahkan beberapa dari mereka dibunuh di rumah mereka sendiri.

Salah satu anak yang menjadi korban adalah gadis berusia enam tahun di kota Mandalay yang mati tertembak di perut oleh polisi beberapa waktu lalu.

Dari laporan Myanmar Now pada Jumat, dua anak di bawah umur, berusia 12 dan 15 tahun, ikut ditangkap di kotapraja Sintgaing karena memiliki bahan peledak.

Di tengah kekerasan, anak-anak di Myanmar juga kesulitan mendapat kehidupan yang layak. Akses air minum dan makanan mereka terganggu. Sementara pasukan keamanan telah menduduki rumah sakit, sekolah, hingga lemaga keagamaan.

UNICEF mendata, satu juta anak di Myanmar tidak mendapatkan akses imunisasi, sementara lebih dari 40 ribu mengalami kekurangan gizi.

“Jika krisis ini berlanjut, seluruh generasi anak-anak berisiko menderita konsekuensi fisik, psikologis, emosional, pendidikan dan ekonomi yang mendalam, membuat mereka kehilangan masa depan yang sehat dan produktif,” imbau Otani.

Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik (AAPP) melaporkan, sejak kudeta, setidaknya ada 912 orang yang meninggal dunia, sementara 6.770 lainnya ditangkap oleh junta.

Populer

Kaki Kanan Aktor Senior Dorman Borisman Dikubur di Halaman Rumah

Kamis, 02 Mei 2024 | 13:53

Polemik Jam Buka Toko Kelontong Madura di Bali

Sabtu, 27 April 2024 | 17:17

Bey Pastikan Kesiapan Pelaksanaan Haji Jawa Barat

Rabu, 01 Mei 2024 | 08:43

Ketua Alumni Akpol 91 Lepas Purna Bhakti 13 Anggota

Minggu, 05 Mei 2024 | 17:52

Pj Gubernur Jabar Ingin Persiapan Penyelenggaraan Ibadah Haji Sempurna

Kamis, 02 Mei 2024 | 03:58

Kantongi Sertifikasi NBTC, Poco F6 Segera Diluncurkan

Sabtu, 04 Mei 2024 | 08:24

Bocah Open BO Jadi Eksperimen

Sabtu, 27 April 2024 | 14:54

UPDATE

Daftar Bakal Calon Gubernur, Barry Simorangkir Bicara Smart City dan Kesehatan Untuk Sumut

Selasa, 07 Mei 2024 | 22:04

Acara Lulus-Lulusan Pakai Atribut Bintang Kejora, Polisi Turun ke SMUN 2 Dogiyai

Selasa, 07 Mei 2024 | 21:57

Konflik Kepentingan, Klub Presiden Sulit Diwujudkan

Selasa, 07 Mei 2024 | 21:41

Lantamal VI Kirim Bantuan Kemanusiaan Untuk Korban Banjir dan Longsor di Luwu

Selasa, 07 Mei 2024 | 21:33

Ketua MPR: Ditjen Bea Cukai, Perbaiki Kinerja dan Minimalkan Celah Pelanggaran!

Selasa, 07 Mei 2024 | 21:33

Anies: Yang Tidak Mendapatkan Amanah Berada di Luar Kabinet, Pakem Saya

Selasa, 07 Mei 2024 | 21:25

Ide Presidential Club Karena Prabowo Ingin Serap Pengalaman Presiden Terdahulu

Selasa, 07 Mei 2024 | 21:17

Ma’ruf Amin: Presidential Club Ide Bagus

Selasa, 07 Mei 2024 | 21:09

Matangkan Persiapan Pilkada, Golkar Gelar Rakor Bacakada se-Sumut

Selasa, 07 Mei 2024 | 21:04

Dua Kapal Patroli Baru Buatan Dalam Negeri Perkuat TNI AL, Ini Spesifikasinya

Selasa, 07 Mei 2024 | 21:00

Selengkapnya