Berita

Cuitan @thalhah di Twitter pada 11 Juli 2021/Repro

Nusantara

Banyak Kematian Muncul Ketika Kesenjangan Vaksinasi Terjadi, Pemerintah Salah Kelola Vaksin?

MINGGU, 11 JULI 2021 | 12:58 WIB | LAPORAN: SARAH MEILIANA GUNAWAN

Tingginya kasus dan kematian akibat Covid-19 di Indonesia saat ini memicu banyak pertanyaan di publik. Salah satunya terkait pengelolaan vaksin.

Sebuah akun di Twitter, @thalhah, menyoroti adanya keterkaitan antara tingkat kematian Covid-19 dengan kesenjangan vaksinasi dosis pertama dan dosis kedua di Indonesia.

Dalam cuitannya pada Minggu (11/7), Thalhah Fakhrizal yang bekerja di sektor digital, mengunggah grafik dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang menunjukkan vaksinasi di Indonesia dari 22 Januari hingga 5 Juli.


Ia menjelaskan, ada tiga periode ketika vaksinasi di Indonesia lebih agresif. Pertama pada pertengahan Februari hingga pertengahan April, kedua pada 1 Juni hingga 21 Juni, dan akhir Juni hingga awal Juli.

Pada periode kedua, 1 Juni hingga 21 Juni, kesenjangan antara vaksinasi dosis pertama dan dosis kedua semakin besar, di mana vaksinasi dosis pertama lebih tinggi.

Ia kemudian membandingkan dengan kurva kematian Covid-19 pada periode yang sama.

"Keagresifan vaksinasi jika dipetakan ke timeline tingkat kematian terlihat bahwa semakin besar gap antara dosis 1 dengan dosis 2 (yang disebabkan agresifnya vaksin dosis 1), maka kematian meningkat. Ada korelasi data," ujarnya.

Dalam hal ini, ia kemudian mengaitkan situasi tersebut dengan grafik antibodi. Berdasarkan grafik antibodi, 10 hari setelah divaksinasi dosis pertama, akan terjadi penurunan antibodi hingga hari ke-28. Setelah antibodi mencapai titik rendah mendekati nol, suntikan dosis kedua diberikan.

Dengan begitu, setelah vaksinasi dosis pertama, maka seseorang tidak diizinkan keluar rumah lantaran antibodi yang menurun.

Namun kurva antibodi tersebut disanggah kebenarannya karena vaksin Covid-19 dianggap tidak memiliki mekanisme tersebut. Hal ini yang membuat masyarakat lengah.

"Padahal WHO sendiri di report-nya berulangkali menulis pembatasan pergerakan, tapi kenyataannya proses vaksinasi ada yang kerumunan malah berdesakan, dan setelah itu pulang dengan rasa aman serta tidak waspada. Perlu ditinjau ulang pengelolaan vaksinasi," jelasnya.

Melalui analisanya itu, Thalhah berharap agar pengelolaan vaksin dievaluasi. Ia juga menyarankan agar barcode vaksinasi digunakan semaksimal mungkin.

"Katanya ada barcode vaksin, tapi tidak dipakai untuk memantau hasil menggunakan big data. Tanpa data, semua orang bisa beropini. Harusnya ada VAERS (Vaccine Adverse Event Response System)," pungkasnya.

Populer

Mantan Jubir KPK Tessa Mahardhika Lolos Tiga Besar Calon Direktur Penyelidikan KPK

Rabu, 24 Desember 2025 | 07:26

Kejagung Copot Kajari Kabupaten Tangerang Afrillyanna Purba, Diganti Fajar Gurindro

Kamis, 25 Desember 2025 | 21:48

Sarjan Diduga Terima Proyek Ratusan Miliar dari Bupati Bekasi Sebelum Ade Kuswara

Jumat, 26 Desember 2025 | 14:06

Mantan Wamenaker Noel Ebenezer Rayakan Natal Bersama Istri di Rutan KPK

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01

8 Jenderal TNI AD Pensiun Jelang Pergantian Tahun 2026, Ini Daftarnya

Rabu, 24 Desember 2025 | 21:17

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

UPDATE

Sisingamangaraja XII dan Cut Nya Dien Menangis Akibat Kerakusan dan Korupsi

Senin, 29 Desember 2025 | 00:13

Firman Tendry: Bongkar Rahasia OTT KPK di Pemkab Bekasi!

Minggu, 28 Desember 2025 | 23:40

Aklamasi, Nasarudin Nakhoda Baru KAUMY

Minggu, 28 Desember 2025 | 23:23

Bayang-bayang Resesi Global Menghantui Tahun 2026

Minggu, 28 Desember 2025 | 23:05

Ridwan Kamil dan Gibran, Dua Orang Bermasalah yang Didukung Jokowi

Minggu, 28 Desember 2025 | 23:00

Prabowo Harus jadi Antitesa Jokowi jika Mau Dipercaya Rakyat

Minggu, 28 Desember 2025 | 22:44

Nasarudin Terpilih Aklamasi sebagai Ketum KAUMY Periode 2025-2029

Minggu, 28 Desember 2025 | 22:15

Pemberantasan Korupsi Cuma Simbolik Berbasis Politik Kekuasaan

Minggu, 28 Desember 2025 | 21:40

Proyeksi 2026: Rupiah Tertekan, Konsumsi Masyarakat Melemah

Minggu, 28 Desember 2025 | 20:45

Pertumbuhan Kredit Bank Mandiri Akhir Tahun Menguat, DPK Meningkat

Minggu, 28 Desember 2025 | 20:28

Selengkapnya