Berita

Adolf Hitler dan Komandan Sturm Abteilung (SA) Ernst Röhm/Net

Histoire

Tragedi Malam Pisau Panjang: Pembantaian Atas Nama Politik Dari Taktik Hitler Bertahan Atas Kekuasaannya

RABU, 30 JUNI 2021 | 06:50 WIB | LAPORAN: RENI ERINA

Taktik pecah belah yang digunakan sang diktaktor Jerman berhasil melahirkan tragedi pembantaian dengan 'pembersihan' terhadap 85 orang atas nama politik. Tragedi berdarah yang berlangsung singkat itu kini dikenal sebagai 'Tragedi Malam Pisau Panjang' atau Operasi Kolibri yang berlangsung pada 30 Juni hingga 2 Juli 1934.

Seperti kebanyakan diktator, Adolf Hitler yang berkuasa atas Jerman pada 1934 tak mau ada celah sedikit pun yang berpotensi merongrong kekuasannya.

Tak memberi kesempatan terhadap kudeta, sosok yang dijuluki sebagai World's Most Reviled Man of All Time ini akhirnya menggunakan taktik pecah belah dan memerintah (divide and rule) yang berujung pembantaian terhadap sahabatnya sendiri.

Intrik yang dilakukan Hitler adalah membangun persaingan antar pemimpim di pemerintahannya untuk mendapatkan posisi pejabat senior. Persaingan itu pada akhirnya menimbulkan permusuhan dan saling sikut antar pejabat.

Permusuhan itu juga terjadi antara Adolf Hitler dengan salah satu pasukan elitnya, Sturm Abteilung (SA) atau detasemen Storm, yang tidak lain merupakan sayap paramiliter milik Partai Nazi pimpinan Ernst Röhm.

Permusuhan itu dipicu karena Hitler melihat kebebasan SA dan tabiat anggotanya yang selalu membuat kericuhan di jalanan yang dapat mengancam kekuasaannya.

Röhm yang memimpin SA sebenarnya adalah sahabat atau bahkan karib Hitler sendiri.

Satu lagi lembaga keamanan besar Nazi yang juga menjadi musuh SA adalah Schutzstaffel (SS). Pemimpin SS, Heinrich Himmler, juga adalah karib bagi Hitler. Namun Heinrich menjadi salah satu orang yang tidak menyukai Rohm dan berambisi untuk menjatuhkannya.

Keduanya akhirnya terlibat konflik besar, dan Hitler melihat celah ini. Ia melihat ada cara untuk menjatuhkan Rohm.

Hitler mengatakan kepada Rohm bahwa SA akan diberi kewenangan untuk masalah politik tertentu dan itu akan dikuatkan dengan semacam pernajian. Rohm menyetujui. Perjanjian itu pun ditandatangi pada Februari 1934.

Sayangnya, perjanjian itu tidak membuat pihak SS tenang. Mereka mulai melakukan persekongkolan untuk menumpas SA dan pemimpinnya.

Himmler meminta salah satu pejabat SS bernama Reinhard Heydrich untuk mengumpulkan semua data Rohm. Heydrich yang juga takut terhadap Rohm mengumpulkan bukti bahwa Rohm telah disuap sebesar 12 juta marks oleh Perancis untuk menggulingkan Hitler.

Penemuan ini membuat Hitler terkejut. Bagaimanapun, Rohm adalah salah satu pembesar partai Nazi dan pendukung utamanya. SA di bawah kepemimpinan Rohm memainkan peran penting dalam menghancurkan oposisi selama pemilihan 1932 dan 1933.

Situasi ini membuat Hitler mulai berpikir bahwa Rohm dan SA cukup berbahaya bagi kekuasaannya. Apalagi dengan Himmler yang terus mengipasi ketakutan Hitler dengan memberinya informasi baru tentang rencana kudeta yang disusun Rohm.

Hitler yang mulai kecewa dan marah memerintahkan semua pemimpin SA untuk menghadiri pertemuan di Hotel Hanselbauer di Wiesse.

Hitler tiba di Wiesse bersama pasuksan SS pada 29 Juni 1934. Keesokan harinya yaitu pada 30 Juni, tragedi Malam Pisau Panjang terjadi.

Di hotel tersebut, pasukan SS yang dipimpin Josef "Sepp" Dietrich segera menyerbu kamar Röhm. Dalam kondisi terkejut karena masih di tempat tidur, Röhm langsung diserahkan kepada dua orang detektif yang tengah membawa pistol. Anggota SS juga menemukan Edmund Heines, wakil Röhm, bersama pria lain berusia 18 tahun dalam satu ranjang.

Rohm bersama 200 petugas senior SA lainnya ditangkap dalam perjalanan ke Wiesse.

Hitler kemudian segera memerintahkan kedua pria tersebut ditembak mati. Namun Hitler sempat mengampuni Rohm karena mengingat jasa-jasanya kepada Nazi.

Akhirnya, Hitler menggunakan pembersihan itu untuk melawan kritik konservatif dalam rezimnya, khususnya yang setia pada Wakil Kanselir Franz von Papen, dan membereskan urusan dengan musuh-musuh lama.

Populer

Bangun PIK 2, ASG Setor Pajak 50 Triliun dan Serap 200 Ribu Tenaga Kerja

Senin, 27 Januari 2025 | 02:16

Gara-gara Tertawa di Samping Gus Miftah, KH Usman Ali Kehilangan 40 Job Ceramah

Minggu, 26 Januari 2025 | 10:03

Viral, Kurs Dolar Anjlok ke Rp8.170, Prabowo Effect?

Sabtu, 01 Februari 2025 | 18:05

Prabowo Harus Ganti Bahlil hingga Satryo Brodjonegoro

Minggu, 26 Januari 2025 | 09:14

Datangi Bareskrim, Petrus Selestinus Minta Kliennya Segera Dibebaskan

Jumat, 24 Januari 2025 | 16:21

Masyarakat Baru Sadar Jokowi Wariskan Kerusakan Bangsa

Senin, 27 Januari 2025 | 14:00

KSST Yakin KPK Tindaklanjuti Laporan Dugaan Korupsi Libatkan Jampidsus

Jumat, 24 Januari 2025 | 13:47

UPDATE

HUT Ke-17 Partai Gerindra, Hergun: Momentum Refleksi dan Meneguhkan Semangat Berjuang Tiada Akhir

Senin, 03 Februari 2025 | 11:35

Rupiah hingga Mata Uang Asing Kompak ke Zona Merah, Trump Effect?

Senin, 03 Februari 2025 | 11:16

Kuba Kecam Langkah AS Perketat Blokade Ekonomi

Senin, 03 Februari 2025 | 11:07

Patwal Pejabat Bikin Gerah, Publik Desak Regulasi Diubah

Senin, 03 Februari 2025 | 10:58

Kebijakan Bahlil Larang Pengecer Jual Gas Melon Susahkan Konsumen dan Matikan UKM

Senin, 03 Februari 2025 | 10:44

Tentang Virus HMPV, Apa yang Disembunyikan Tiongkok dari WHO

Senin, 03 Februari 2025 | 10:42

Putus Rantai Penyebaran PMK, Seluruh Pasar Hewan di Rembang Ditutup Sementara

Senin, 03 Februari 2025 | 10:33

Harga Emas Antam Merosot, Satu Gram Jadi Segini

Senin, 03 Februari 2025 | 09:58

Santorini Yunani Diguncang 200 Gempa, Penduduk Diminta Jauhi Perairan

Senin, 03 Februari 2025 | 09:41

Kapolrestabes Semarang Bakal Proses Hukum Seorang Warga dan Dua Anggota Bila Terbukti Memeras

Senin, 03 Februari 2025 | 09:39

Selengkapnya