Berita

Anggota Komisi VII DPR RI fraksi PDI Perjuangan, Adian Napitupulu/Net

Politik

Adian Napitupulu Cium Aroma Bisnis Dalam Wacana Penghentian Genose

JUMAT, 25 JUNI 2021 | 19:44 WIB | LAPORAN: AHMAD SATRYO

Wacana penghentian penggunaan alat tes Covid-19 buatan Universitas Gadjah Mada (UGM), GeNose C19, diprotes Anggota Komisi VII DPR RI, Adian Napitupulu.

Ia mengaku tidak sepakat jika lonjakan kasus Covid-19 di Tanah Air dikaitkan dengan akurasi alat deteksi Covid yang basis sampelnya hembusan napas seseorang, sebagaimana yang disampaikan Ahli biologi molekuler Ahmad Utomo.

Pasalnya, Adian mempertanyakan desakan Ahmad Utomo yang menginginkan penggunaan GeNose dihentikan karena hasilnya tidak akurat, sehingga berakibat pada lonjakan kasus Covid-19.

"Itu pernyataan yang berdasarkan data, rasa atau kepentingan? Menurut saya kalau berdasarkan data, jika Genose menjadi penyebab, maka harusnya lonjakan Covid terjadi setidaknya satu atau dua bulan setelah GeNose di pergunakan atau sekitar bulan Maret atau April 2021, bukan bulan Juni," kata Adian, Jumat (25/6).

Pada faktanya, politisi PDI Perjuangan ini melihat pada bulan Maret dan April kasus Covid Indonesia justru pada titik terendah. Sehingga ia melihat ada oknum yang sengaja mengkambing hitamkan GeNose tanpa data yang akurat.

"Hanya dapat dari 'katanya' atau 'infonya', tanpa pegang data yang valid. Atau bisa juga bagian dari kelompok yang memiliki kepentingan politik maupun bisnis," sambungnya.

Sepengetahuan Adian, Genose merupakan alat uji yang paling murah dan bukan murahan, apalagi asal-asalan. Sebagai buktinya, ia menyebut GeNose sebagai alat tes yang sudah teruji dan izin edarnya dikeluarkan Kemenkes (KEMENKES RI AKD 20401022883).

Bahkan menurutnya, kehadiran Genose juga membawa dua sisi positif yakni bisa dijangkau oleh beragam kalangan dan di sisi lain membantu negara untuk melakukan identifikasi mereka yang terkena Covid-19 dengan cepat dan murah.

"Menghentikan penggunaan Genose akan membuat kesehatan hanya menjadi milik orang orang kaya saja yang mampu membayar mahal hanya untuk tes saja. Sederhananya Genose menjawab kebutuhan Rakyat dan Negara," tegasnya.

Adian mengatakan, adanya Genose merupakan bukti pemerintah hadir di tengah masyarakat. Terbukti, penggunaan GeNose digemari masyarakat karena tidak harus dicolok hidungnya seperti tes PCR atau antigen. Bahkan, harga tes GeNose pun terjangkau, yakni berkisar Rp 30 ribu.

Oleh karena itu, Adian menegaskan, menghentikan penggunaan Genose akan melukai rakyat kecil yang harus tetap beraktivitas untuk mencari nafkah meskipun di masa pandemi.

"Genose dengan harga yang terjangkau di bandingkan antigen menjadi bukti bahwa Negara hadir untuk semua rakyat tidak hanya untuk si kaya saja. Genose diizinkan digunakan kan pasti ada prosesnya, apalagi dari Kemenkes juga sudah kasih izin," ucap Adian.

Lebih lanjut, Adian mengungkap kemungkinan adanya persaingan bisnis antara GeNose dengan antigen. Hal itu menurutnya sangat mungkin, walaupun konspirasi konflik itu sulit di buktikan namun aromanya bisa tercium.

Maka dari itu, Adian mengusulkan, penggunaan GeNose sebaiknya tidak hanya digunakan di Bandara atau Stasiun saja. Tapi, juga diterapkan di terminal, pasar, mal, kelurahan, dan berbagai tempat umum.

"Menurut saya baiknya Genose maupun segala bentuk dan jenis alat tes lainnya di biarkan untuk di gunakan dengan catatan selama alat itu memenuhi standar," ucapnya.

"Sehingga akses Masyarakat untuk melakukan deteksi dini terhadap covid 19 semakin terbuka dengan harga yang juga terjangkau," pungkasnya.

Populer

Bikin Resah Nasabah BTN, Komnas Indonesia Minta Polisi Tangkap Dicky Yohanes

Selasa, 14 Mei 2024 | 01:35

Dulu Berjaya Kini Terancam Bangkrut, Saham Taxi Hanya Rp2 Perak

Sabtu, 18 Mei 2024 | 08:05

Massa Geruduk Kantor Sri Mulyani Tuntut Pencopotan Askolani

Kamis, 16 Mei 2024 | 02:54

Rocky Gerung Ucapkan Terima Kasih kepada Jokowi

Minggu, 19 Mei 2024 | 03:46

Ratusan Tawon Serang Pasukan Israel di Gaza Selatan

Sabtu, 11 Mei 2024 | 18:05

Siapa Penantang Anies-Igo Ilham di Pilgub Jakarta?

Minggu, 12 Mei 2024 | 07:02

Aroma PPP Lolos Senayan Lewat Sengketa Hasil Pileg di MK Makin Kuat

Kamis, 16 Mei 2024 | 14:29

UPDATE

HUT ke-497 Kota Jakarta

Minggu, 19 Mei 2024 | 14:01

Alami Demam Tinggi, Raja Salman Kembali Jalani Pemeriksaan Medis

Minggu, 19 Mei 2024 | 13:56

Aktivis Diajak Tiru Akbar Tanjung Keluar dari Zona Nyaman

Minggu, 19 Mei 2024 | 13:54

Teater Lencana Membumikan Seni Pertunjukan Lewat "Ruang Tunggu"

Minggu, 19 Mei 2024 | 13:36

Bamsoet Ungkit Lagi Cerita Pilu Golkar saat Dipimpin Akbar Tanjung

Minggu, 19 Mei 2024 | 13:26

Alumni Usakti Didorong Berperan Membangun Indonesia

Minggu, 19 Mei 2024 | 13:12

Diserang Rusia, 9.907 Warga Ukraina Ngacir dari Kharkiv

Minggu, 19 Mei 2024 | 12:59

Banyak Guru Terjerat Pinjol Imbas Kesejahteraan Minim

Minggu, 19 Mei 2024 | 12:59

Wantim Golkar DKI Pamer Zaki Bangun 29 Stadion Mini di Tangerang

Minggu, 19 Mei 2024 | 12:39

Prabowo-Gibran Diyakini Bawa Indonesia Jadi Macan Asia

Minggu, 19 Mei 2024 | 12:26

Selengkapnya