Berita

Pengamat politik, DR. Andi Yusran/Rep

Politik

Andi Yusran: Utang Membengkak Karena Salah Kelola Dan Mahalnya Birokrasi

KAMIS, 24 JUNI 2021 | 16:59 WIB | LAPORAN: AHMAD KIFLAN WAKIK

Utang yang harus ditanggung Indonesia semakin membengkak karena salah tata kelola dan mahalnya biaya operasional birokrasi.

Begitu dikatakan pengamat politik, DR. Andi Yusran dalam serial diskusi Tanya Jawab Cak Ulung dengan tema "Negara Terlilit Utang" yang digelar Kantor Berita Politik RMOL, Kamis (24/6).

"Kan terungkap beberapa waktu lalu misalnya ada diskusi antara satu kementerian dengan anggota dewan, ternyata untuk membuat satu permen (peraturan menteri) habis sekian puluh miliar," ujar Andi Yusran.


"Jangan sampai anggaran kita, APBN jebol gara-gara lebih  separuhnya habis membiayai birokrasi," katanya lagi.

Dugaan Andi, mahalnya biaya birokrasi seperti pembiayaan pembuatan aturan hampir terjadi di semua kementerian dan lembaga. Walau sudah menjadi rahasia umum, menurutnya, mahalnya biaya birokrasi tetap saja terjadi.

"Saya melihat ada aroma market seperti permen tadi, itu tidak hanya satu tapi hampir semua kementerian dan lembaga melakukan itu dan ini didiamkan. Ujung-ujungnya melakukan utang karena pemerintah tidak bisa mengambil kebijakan lain," jelasnya.

Pada posisi itu, lanjut Andi, DPR RI sebagai lembaga legislatif juga tidak bisa berbuat banyak selain mengikuti apapun kebijakan eksekutif.

"Di DPR saya lihat membisu pada posisi ini, karena saya lihat posisi DPR pada posisi subordinasi dari eksekutif," katanya.

Saat ini, Parlemen dikuasi oleh partai pendukung pemerintahan Presiden Joko Widodo.

"Kita lihat perimbangan kekuatan di DPR semua pada posisi di bawah posisi subordinasi eksekutif, hanya satu, dua partai yang masih berdiri sebagai oposan, sehingga suara DPR menjadi tidak efektif," ucap Andi.

Utang pemerintah sudah mencapai Rp 6.074,56 triliun pada tahun 2020. Jumlah utang ini naik tajam dibandingkan dengan tahun sebelumnya 2019, yaitu Rp 4.778 triliun.

Ketua  Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), Agung Firman Sampurna mengaku khawatir pemerintah tidak mampu untuk membayarnya.

Populer

Masih Sibuk di Jogja, Pimpinan KPK Belum Tahu OTT di Lampung Tengah

Selasa, 09 Desember 2025 | 14:21

Pura Jadi Latar Film Porno, Hey Bali: Respons Aparat Dingin

Selasa, 09 Desember 2025 | 21:58

Mahfud MD soal Bencana Sumatera: Menyuruh Pejabat Mundur Tidak Relevan

Rabu, 10 Desember 2025 | 05:53

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

OTT Beruntun! Giliran Jaksa di Bekasi Ditangkap KPK

Kamis, 18 Desember 2025 | 20:29

Ini Susunan Lengkap Direksi dan Komisaris bank bjb

Selasa, 09 Desember 2025 | 17:12

UPDATE

Tiga Jaksa di Banten Diberhentikan Usai jadi Tersangka Dugaan Pemerasan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 05:59

Bakamla Kukuhkan Pengawak HSC 32-05 Tingkatkan Keamanan Maritim

Sabtu, 20 Desember 2025 | 05:45

Ketum HAPPI: Tata Kelola Sempadan Harus Pantai Kuat dan Berkeadilan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 05:05

11 Pejabat Baru Pemprov DKI Dituntut Bekerja Cepat

Sabtu, 20 Desember 2025 | 04:51

Koperasi dan Sistem Ekonomi Alternatif

Sabtu, 20 Desember 2025 | 04:24

KN Pulau Dana-323 Bawa 92,2 Ton Bantuan ke Sumatera

Sabtu, 20 Desember 2025 | 03:50

Mutu Pangan SPPG Wongkaditi Barat Jawab Keraguan Publik

Sabtu, 20 Desember 2025 | 03:25

Korban Bencana yang Ogah Tinggal di Huntara Bakal Dikasih Duit Segini

Sabtu, 20 Desember 2025 | 02:59

Relawan Pertamina Jemput Bola

Sabtu, 20 Desember 2025 | 02:42

Pramono dan Bang Doel Doakan Persija Kembali Juara

Sabtu, 20 Desember 2025 | 02:25

Selengkapnya