Berita

Rektor Universitas Paramadina yang juga merupakan ekonom senior Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Didik J Rachbini/Net

Politik

Utang Pemerintah Numpuk, Rektor Paramadina Saran Ke Pemerintah Genjot Pertumbuhan Ekonomi Di Atas Batasan Moderat

RABU, 23 JUNI 2021 | 16:07 WIB | LAPORAN: RAIZA ANDINI

Realisasi belanja pemerintah pusat tahun 2020 yang lebih tinggi dari realisasi pendapatan berdampak pada nilai utang yang membengkak.

Berdasarkan audit laporan keuangan pemerintah pusat (LKPP) tahun 2020 yang dilakukan Badan pemeriksa Keuangan (BPK), utang pemerintah pusat tercatat sebesar Rp.1.193,29 triliun.

Angka ini disebabkan realisasi pendapatan negara dan hibah di tahun 2020 hanya sebesar Rp.1.647,78 triliun. Sementara realisasi belanja negaranya sebesar Rp.2.595,48 triliun.

Artinya, ada defisit anggaran tahun 2020 sebesar Rp. 947,7triliun atau 6,14 persen dari produk domestik bruto (PDB). realisasi defisit ini tercatat melebar dari realisasi sementara yang disampaikan Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati, yaitu sebesar 6,09 persen.

Akibat selisih ini, BPK khawatir pemerintah tidak sanggup membayar utang dan termasuk bunganya. Karena, untuk membiayai defisit tersebut pemerintah telah menarik utang hingga 125,91 persen dari nilai defisit yang dikeluarkan tersebut.

Rektor Universitas Paramadina yang juga merupakan ekonom senior Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Didik J Rachbini menyarankan pemerintah untuk mendorong pertumbuhan ekonomi.

Ia menilai, besaran utang yang tercatat tersebut sudah kelewatan. Sehingga perlu adanya langkah konkret untuk menggenjot pertumbuhan ekonomi di atas batas moderat atau yang rata-rata terus berada di kisaran 5 persen.

"Saran untuk mengatasi utang adalah mendorong pertumbuhan ekonomi di atas moderat dalam waktu cukup lama," ujar Didik kepada kantor Berita Politik RMOL, Rabu (23/6).

Akan tetapi, Didik memandang upaya menggenjot pertumbuhan ekonomi di atas 5 persen sulit diwujudkan pemerintah. Karena, di samping masalah penanganan pandemi Covid-19 yang tidak cukup baik, juga ada masalah lain yang erat kaitannya dengan penanganan masalah kesehatan itu, yaitu kepemimpinan politik.

"Sekarang krisis pandemi, yang juga penanganannya tidak cekatan karena ada masalah kapasitas kepemimpinan dan problem relasi politik yang rusak," bebernya.

Karena itu, Didik agak pesimis utang negara mampu dibayarkan pemerintah saat ini. Malah menurutnya, hal itu bakal menjadi beban bagi pemimpin di masa yang akan datang, dan rakyat Indonesia.

"Jadi, ekonom dan masyarakat akan menerima konsekuensi utang yang berat di masa yang akan datang. Lebih komplikasi lagi karena banyak oknum yang mendorong tiga periode, yang nanti akan menimbulkan bentukan politik lebih erat," katanya.

"Politik rusak, ekonomi rusak. Sehingga seorang Soekarno pun tidak mampu menahan, apalagi cuma pemimpin kelas jauh di bawahnya,” tandasnya.

Populer

Polemik Jam Buka Toko Kelontong Madura di Bali

Sabtu, 27 April 2024 | 17:17

Kaki Kanan Aktor Senior Dorman Borisman Dikubur di Halaman Rumah

Kamis, 02 Mei 2024 | 13:53

Bey Pastikan Kesiapan Pelaksanaan Haji Jawa Barat

Rabu, 01 Mei 2024 | 08:43

Bocah Open BO Jadi Eksperimen

Sabtu, 27 April 2024 | 14:54

Pj Gubernur Jabar Minta Pemkab Garut Perbaiki Rumah Rusak Terdampak Gempa

Senin, 29 April 2024 | 01:56

Pj Gubernur Jabar Ingin Persiapan Penyelenggaraan Ibadah Haji Sempurna

Kamis, 02 Mei 2024 | 03:58

Telkom Buka Suara Soal Tagihan ‘Telepon Tidur’ Rp9 Triliun Pertahun

Kamis, 25 April 2024 | 21:18

UPDATE

Misi Dagang ke Maroko Catatkan Transaksi Potensial Rp276 Miliar

Minggu, 05 Mei 2024 | 09:51

Zita Anjani Bagi-bagi #KopiuntukPalestina di CFD Jakarta

Minggu, 05 Mei 2024 | 09:41

Bapanas: Perlu Mental Berdikari agar Produk Dalam Negeri Dapat Ditingkatkan

Minggu, 05 Mei 2024 | 09:33

Sadiq Khan dari Partai Buruh Terpilih Kembali Jadi Walikota London

Minggu, 05 Mei 2024 | 09:22

Studi Privat Dua Hari di Taipei, Perdalam Teknologi Kecantikan Terbaru

Minggu, 05 Mei 2024 | 09:14

Kekuasaan Terlalu Besar Cenderung Disalahgunakan

Minggu, 05 Mei 2024 | 09:09

Demi Demokrasi Sehat, PKS Jangan Gabung Prabowo-Gibran

Minggu, 05 Mei 2024 | 09:04

Demonstran Pro-Palestina Lakukan Protes di Acara Wisuda Universitas Michigan

Minggu, 05 Mei 2024 | 08:57

Presidential Club Patut Diapresiasi

Minggu, 05 Mei 2024 | 08:37

PKS Tertarik Bedah Ide Prabowo Bentuk Klub Presiden

Minggu, 05 Mei 2024 | 08:11

Selengkapnya