Berita

Mantan Ketua Umum Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKPI) pindah ke Partai Nasdeem, Letjen TNI (Purn) Sutiyono/Net

Politik

Tinggalkan PKPI Gabung Ke Nasdem, Masanya Bang Yos Sudah Berakhir

SENIN, 21 JUNI 2021 | 15:46 WIB | LAPORAN: FAISAL ARISTAMA

Masuknya mantan Ketua Umum Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKPI), Letjen TNI (Purn) Sutiyono ke Partai Nasdem diharapkan dapat menambah amunisi buat partai besutan Surya Paloh menghadapi Pileg, Pilpres, dan Pilkada 2024.

Pasalnya, Sutiyoso pernah dua periode dipercaya memimpin DKI Jakarta. Tentu dia sangat memahami persoalan ibukota termasuk profil masyarakatnya.

Sutiyoso juga pernah dipercaya menjadi Kepala BIN pada periode pertama pemerintahan Joko Widodo. Dengan posisinya itu, tentu dia juga mengenal dengan baik Indonesia dari Sabang hingga Merauke.


Apalagi, Sutiyoso dalam kancah politik pernah memimpin PKPI periode 2010-2015. Tentu dia juga sudah memahami peta politik Indonesia.

Pengamat komunikasi politik dari Universitas Esa Unggul Jakarta, M. Jamiluddin Ritonga mengatakan, harus diakui, saat Bang Yos sapaan akrab Sutiyoso, memimpin PKPI, partainya tidak lolos ke Senayan.

PKPI sejak berdiri awal reformasi hingga sekarang, memang belum berhasil menempatkan kadernya di Senayan.

"Jadi, Sutiyoso bukan sosok yang mumpuni mengelola partai. Dia termasuk pemimpin partai yang bukan bertangan dingin," ujar Jamiluddin kepada Kantor Berita Politik RMOL, Senin (21/6).

Karena itu, masuknya Sutiyoso ke Nasdem tampaknya tidak banyak yang bisa diharapkan. Apalagi kalau mengharapkan dapat membesarkan Nasdem.

Kalau mau jujur, lanjut Jamiluddin, masa Bang Yos tampaknya sudah berakhir. Kaum milenial tidak mengenal sepak terjangnya dalam memimpin Jakarta selama dua periode.

"Jadi, kehadiran Sutiyoso di Nasdem untuk membesarkan partai tampaknya sangat kecil. Figurnya mungkin bermanfaat untuk memberikan masukan kepada Nasdem berdasarkan pengalamanya selama menjdi gubernur, kepala BIN, dan memimpin partai politik," ucap mantan Dekan Fikom IISIP Jakarta itu.

Populer

Masih Sibuk di Jogja, Pimpinan KPK Belum Tahu OTT di Lampung Tengah

Selasa, 09 Desember 2025 | 14:21

Pura Jadi Latar Film Porno, Hey Bali: Respons Aparat Dingin

Selasa, 09 Desember 2025 | 21:58

Kebun Sawit Milik POSCO Lebih dari Dua Kali Luas Singapura

Senin, 08 Desember 2025 | 19:12

Mahfud MD soal Bencana Sumatera: Menyuruh Pejabat Mundur Tidak Relevan

Rabu, 10 Desember 2025 | 05:53

Bangun Jembatan Harapan

Minggu, 07 Desember 2025 | 02:46

Distribusi Bantuan di Teluk Bayur

Minggu, 07 Desember 2025 | 04:25

Bahlil Minta Maaf Usai Prank Presiden Prabowo

Selasa, 09 Desember 2025 | 18:00

UPDATE

Kreditur Tak Boleh Cuci Tangan: OJK Perketat Aturan Penagihan Utang Pasca Tragedi Kalibata

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:15

Dolar Melemah di Tengah Data Tenaga Kerja AS yang Variatif

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:00

Penghormatan 75 Tahun Pengabdian: Memori Kolektif Haji dalam Buku Pamungkas Ditjen PHU

Rabu, 17 Desember 2025 | 07:48

Emas Menguat Didorong Data Pengangguran AS dan Prospek Pemangkasan Suku Bunga Fed

Rabu, 17 Desember 2025 | 07:23

Bursa Eropa Tumbang Dihantam Data Ketenagakerjaan AS dan Kecemasan Global

Rabu, 17 Desember 2025 | 07:01

Pembatasan Truk saat Nataru Bisa Picu Kenaikan Biaya Logistik

Rabu, 17 Desember 2025 | 06:46

Dokter Tifa Kecewa Penyidik Perlihatkan Ijazah Jokowi cuma 10 Menit

Rabu, 17 Desember 2025 | 06:35

Lompatan Cara Belajar

Rabu, 17 Desember 2025 | 06:22

Jakarta Hasilkan Bahan Bakar Alternatif dari RDF Plant Rorotan

Rabu, 17 Desember 2025 | 06:11

Dedi Mulyadi Larang Angkot di Puncak Beroperasi selama Nataru

Rabu, 17 Desember 2025 | 05:48

Selengkapnya