Berita

Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, Suharso Monoarfa/Net

Politik

Kepala Bappenas Jabarkan Bahaya Pandemi Berkepanjangan Untuk Masa Keemasan Ekonomi Indonesia

SELASA, 15 JUNI 2021 | 22:23 WIB | LAPORAN: AHMAD SATRYO

Masa keemasan Indonesia yang diprediksi terwujud pada tahun 2045 bakal terganggu jika Covid-19 berlangsung lama.

Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, Suharso Monoarfa, mewanti-wanti hal tersebut.

Pasalnya, pengalaman pandemi tahun 2020 yang lalu telah memberikan dampak yang cukup signifikan terhadap Indonesia.

"Kita tahu persis kenyataannya 2020. Bappenas menghitung ada 29 juta orang terdampak pandemi tahun lalu," ujar Suharso dalam Webinar bertajuk "Kebijakan Pemerintah, Peluang, Tantangan, dan Kepemimpinan di Masa dan Pasca Pandemi Covid-19" pada Selasa (15/6).

Eks anggota DPR fraksi PPP ini menjelaskan, di tahun 2045 atau 100 tahun kemerdekaan, diharapkan Indonesia menjadi negara dengan PDB besar di dunia yang mencapai 23.199 triliun dolar Amerika Serikat.

Akan tetapi berdasarkan pengalaman pandemi tahun lalu, Suharso memandang perlu adanya kebijakan akseleratif yang bisa memperbaiki kondisi ekonomi sekaligus pandemi Covid-19.

Sebabnya, Bappenas mencatat daya beli masyarakat pada tahun 2020 hilang atau loss of income mencapai Rp 374,4 triliun. Angka ini sesuai dengan jumlah masyarakat yang kehilangan jam kerjanya sebanyak 50 persen di sektor industri dan pariwisata.

"Ini ada hubungannya dengan kita bisa men-contain virus corona, sehingga bisa terjadi mobilisasi penduduk yang membuat ekonomi bergerak," tutur Suharso.

"Kita butuh transformasi supaya bisa mengembalikan ke trajektori awal tadi. Caranya dengan kita melakukan pemulihan ekonomi jangka pendek dari intervensi permintaan dan daya beli," tambahnya.

Maka dari itu, Suharso menekankan agar pertumbuhan ekonomi Indonesia pasca tahun lalu jangan berada di angka rata-rata 5 persen ke bawah. Karena cita-cita Indonesia secara gradual keluar dari negara berpenghasilan rendah (middle income trap) akan sulit tercapai.

"Itu enggak akan terjadi. Dan lewat dari 2040 juga belum lepas dari middle income trap," tandasnya.

Populer

Polemik Jam Buka Toko Kelontong Madura di Bali

Sabtu, 27 April 2024 | 17:17

Kaki Kanan Aktor Senior Dorman Borisman Dikubur di Halaman Rumah

Kamis, 02 Mei 2024 | 13:53

Bey Pastikan Kesiapan Pelaksanaan Haji Jawa Barat

Rabu, 01 Mei 2024 | 08:43

Bocah Open BO Jadi Eksperimen

Sabtu, 27 April 2024 | 14:54

Pj Gubernur Jabar Minta Pemkab Garut Perbaiki Rumah Rusak Terdampak Gempa

Senin, 29 April 2024 | 01:56

Pj Gubernur Jabar Ingin Persiapan Penyelenggaraan Ibadah Haji Sempurna

Kamis, 02 Mei 2024 | 03:58

Telkom Buka Suara Soal Tagihan ‘Telepon Tidur’ Rp9 Triliun Pertahun

Kamis, 25 April 2024 | 21:18

UPDATE

Misi Dagang ke Maroko Catatkan Transaksi Potensial Rp276 Miliar

Minggu, 05 Mei 2024 | 09:51

Zita Anjani Bagi-bagi #KopiuntukPalestina di CFD Jakarta

Minggu, 05 Mei 2024 | 09:41

Bapanas: Perlu Mental Berdikari agar Produk Dalam Negeri Dapat Ditingkatkan

Minggu, 05 Mei 2024 | 09:33

Sadiq Khan dari Partai Buruh Terpilih Kembali Jadi Walikota London

Minggu, 05 Mei 2024 | 09:22

Studi Privat Dua Hari di Taipei, Perdalam Teknologi Kecantikan Terbaru

Minggu, 05 Mei 2024 | 09:14

Kekuasaan Terlalu Besar Cenderung Disalahgunakan

Minggu, 05 Mei 2024 | 09:09

Demi Demokrasi Sehat, PKS Jangan Gabung Prabowo-Gibran

Minggu, 05 Mei 2024 | 09:04

Demonstran Pro-Palestina Lakukan Protes di Acara Wisuda Universitas Michigan

Minggu, 05 Mei 2024 | 08:57

Presidential Club Patut Diapresiasi

Minggu, 05 Mei 2024 | 08:37

PKS Tertarik Bedah Ide Prabowo Bentuk Klub Presiden

Minggu, 05 Mei 2024 | 08:11

Selengkapnya