Berita

Ilustrasi/Net

Dunia

Pengamat: AS Akhirnya Sadar Selama Ini Hanya Mencari-cari Konflik Dengan China

SABTU, 12 JUNI 2021 | 08:32 WIB | LAPORAN: RENI ERINA

Para pengamat menyoroti percakapan telepon antara diplomat senior China, Yang Jiechi, dengan Menteri Luar Negeri Antony Blinken pada Jumat (11/6). Percakapan telepon itu menunjukkan bahwa ada hal yang dituju oleh AS terhadap China.

"Panggilan telepon itu adalah atas undangan AS, menurut laporan berita. Mengingat gaya diplomatik Washington, pasti ada sesuatu yang mendesak di mana AS percaya bahwa percakapan dengan China sangat diperlukan," kata Li Haidong, profesor di Institut Hubungan Internasional Universitas Urusan Luar Negeri China, kepada Global Times.

Selama percakapan, Yang Jiechi dengan jelas menyatakan tentang situasi antara China dan AS sejak Biden menjabat, serta sikap fundamental China.


Yang, anggota Biro Politik Komite Sentral Partai Komunis Tiongkok dan juga direktur Kantor Komisi Pusat Urusan Luar Negeri, menyatakan bila AS ingin bekerja sama dengan China, maka kerja sama itu harus saling menguntungkan dan mengatasi masalah satu sama lain secara seimbang.

Yang juga mendesak AS untuk mengikuti semangat panggilan telepon antara pemimpin kedua negara pada Malam Tahun Baru Imlek China dan bekerja dengan China untuk membawa hubungan bilateral kembali ke jalur yang benar.

Yang juga menyinggung soal Taiwan, menekankan bahwa pulau itu adalah bagian yang tidak dapat dicabut dari China, hal yang sejauh ini diingkari oleh AS.

"Kami mendesak AS untuk mematuhi prinsip satu-China, menghormati janjinya, menangani pertanyaan terkait Taiwan dengan hati-hati dan benar, dan mengambil tindakan nyata untuk menjaga kepentingan keseluruhan hubungan China-AS serta perdamaian dan stabilitas di Selat Taiwan," kata Yang selama percakapan itu.

Usai percakapan, Blinken menulis id Twitter; "Diskusi konstruktif hari ini dengan Direktur Republik Rakyat China Yang Jiechi tentang isu-isu global yang mendesak. Kami akan terus melakukan diplomasi praktis yang berorientasi pada hasil dengan Beijing mengenai tantangan global."

Li Haidong menilai, hasil dari percakapan itu telah mencerminkan bahwa AS telah menyadari selama ini mereka hanya mencari-cari konflik dengan China, dan AS merasa perlu berkoordinasi dengan China mengenai isu-isu seperti perdagangan dan ketertiban regional.

Menurut China Central Television, Blinken mengatakan bahwa rangkaian kontak baru-baru ini antara AS dan China bermanfaat bagi hubungan bilateral dan AS berharap untuk meningkatkan kontak dan pertukaran dengan China di semua tingkatan. AS menganut prinsip satu-China dan mematuhi tiga komunike bersama China-AS. AS berharap untuk menjaga komunikasi dan koordinasi dengan China mengenai isu-isu internasional dan regional utama, kata Blinken.

Dari laporan itu, Li menilai bahwa AS sadar jika melanjutkan provokasi tak berdasar atas pertanyaan Taiwan, pada akhirnya AS harus membayar mahal dengan mengorbankan kepentingan AS sendiri.

"Inilah yang berusaha dihindari oleh para pembuat keputusan dan elit politik AS. Mereka bersedia menggunakan pulau Taiwan sebagai kartu untuk menahan daratan Tiongkok, tetapi mereka tidak akan pernah mengorbankan kepentingan esensial jangka panjang AS untuk kartu tersebut. Mengenai pertanyaan Taiwan, Blinken telah kembali ke sudut pandang yang kami inginkan dari AS," kata Li.

AS terlihat ingin tetap fleksibel dalam menangani hubungan China-AS, menurut Li.

Percakapan telepon antara Yang dan Blinken terjadi di tengah pembukaan KTT G7 di Inggris, di mana kubu Barat yang dipimpin oleh AS diperkirakan akan menargetkan China dan Rusia.

Diao Daming, seorang ahli. tentang studi AS di Renmin University of China di Beijing, mengatakan sebagai perwakilan dari Barat untuk berbicara dengan China, Washington perlu memulai dialog untuk menunjukkan kepemimpinannya kembali.

"Tidak peduli apa motivasi AS mengundang China untuk berbicara di telepon, dan tidak peduli seberapa jauh kedua pihak berbeda dalam isi pembicaraan, tetapi komunikasi seperti itu positif bagi hubungan China-AS," kata Diao.

Populer

Mantan Jubir KPK Tessa Mahardhika Lolos Tiga Besar Calon Direktur Penyelidikan KPK

Rabu, 24 Desember 2025 | 07:26

Kejagung Copot Kajari Kabupaten Tangerang Afrillyanna Purba, Diganti Fajar Gurindro

Kamis, 25 Desember 2025 | 21:48

Sarjan Diduga Terima Proyek Ratusan Miliar dari Bupati Bekasi Sebelum Ade Kuswara

Jumat, 26 Desember 2025 | 14:06

Mantan Wamenaker Noel Ebenezer Rayakan Natal Bersama Istri di Rutan KPK

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01

8 Jenderal TNI AD Pensiun Jelang Pergantian Tahun 2026, Ini Daftarnya

Rabu, 24 Desember 2025 | 21:17

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

UPDATE

Demokrat: Tidak Benar SBY Terlibat Isu Ijazah Palsu Jokowi

Rabu, 31 Desember 2025 | 22:08

Hidayat Humaid Daftar Caketum KONI DKI Setelah Kantongi 85 Persen Dukungan

Rabu, 31 Desember 2025 | 21:57

Redesain Otonomi Daerah Perlu Dilakukan untuk Indonesia Maju

Rabu, 31 Desember 2025 | 21:55

Zelensky Berharap Rencana Perdamaian Bisa Rampung Bulan Depan

Rabu, 31 Desember 2025 | 21:46

Demokrasi di Titik Nadir, Logika "Grosir" Pilkada

Rabu, 31 Desember 2025 | 21:37

Demokrat: Mari Fokus Bantu Korban Bencana, Setop Pengalihan Isu!

Rabu, 31 Desember 2025 | 21:35

Setoran Pajak Jeblok, Purbaya Singgung Perlambatan Ekonomi Era Sri Mulyani

Rabu, 31 Desember 2025 | 21:14

Pencabutan Subsidi Mobil Listrik Dinilai Rugikan Konsumen

Rabu, 31 Desember 2025 | 21:02

DPRD Pastikan Pemerintahan Kota Bogor Berjalan

Rabu, 31 Desember 2025 | 20:53

Refleksi Tahun 2025, DPR: Kita Harus Jaga Lingkungan!

Rabu, 31 Desember 2025 | 20:50

Selengkapnya