Berita

Pandemi Covid-19 yang menimpa banyak negara di seluruh dunia bak petir di siang bolong bagi sektor industri aviasi/Net

Dunia

Pandemi Covid-19, Kiamat Kecil Industri Aviasi Tanah Air

SENIN, 07 JUNI 2021 | 17:55 WIB | LAPORAN: AMELIA FITRIANI

Pandemi Covid-19 yang menimpa banyak negara di seluruh dunia bak petir di siang bolong bagi sektor industri aviasi.

Betapa tidak, pandemi tersebut dengan cepat meluas dan menjadi ancaman bagi ketahanan negara, terutama terkait aspek kesehatan. Hal tersebut juga berimbas pada kebijakan banyak negara dan wilayah di seluruh dunia yang menutup perbatasan mereka dan melimitasi dengan ketat mobilitas manusia.

"Pandemi Covid-19 ini seperti kiamat kecil industri transportasi udara. Terjadi secara mendadak di luar prediksi dan bahkan dampaknya meluas ke aspek sosial, ekonomi dan politik," ujar pengamat penerbangan Alvin Lie dalam diskusi virtual mingguan RMOL World View bertajuk "Apa Kabar Dunia Aviasi Tanah Air?" yang diselenggarakan pada Senin (7/6).

Akibatnya, rute internasional terdampak berat dengan jumlah penumpang nyaris nol.

Semua pemangku kepentingan yang terkait dengan sektor aviasi pun turut merasakan dampaknya.

"Bukan hanya pemilik maskapai, tapi juga pekerja, pesaingnya, subtitusi (angkutan darat, laut dan sebagainya), di sini juga ada ekosistem, customer, travel agent, kargo, pembuat pesawat, lessor yang menyewakan pesawat, asuransi, catering, banyak yang ikut terdampak." jelas Alvin.

"Jadi ketika industri airlines lesu, semua ini mengalami lesu juga karena uangnya tersendat," sambungnya.

Sebagai gambaran atas seberapa parahnya dampak pandemi Covid-19 pada dunia aviasi global, Alvin mengutip data dari Organisasi Pariwisata Dunia (UNWTO) yang menyebutkan bahwa ada sekitar 330 juta lapangan kerja dalam sektor penerbangan pariwisata dengan kontribusi sekitar 8,9 triliun dolar AS dari PDB global.

Namun jika penutupan perbatasan negara terus menerus berlangsung hingga September 2020, kontribusi tersebut akan merosot drastis hingga 62 persen serta menyebabkan 197 juta lapangan kerja akan hilang.

"Jumlah pelaku perjalanan akan berkurang hingga satu miliar orang untuk perjalanan internasional. Jadi masalah di dunia aviasi ini bukan hanya terjadi di Indonesia," paparnya.

Lantas bagaimana dengan situasi yang terjadi di Indonesia?

Kondisinya tidak jauh lebih baik. Alvin merujuk pada data yang dirilis oleh Kementerian Perhubungan RI tahun 2020 lalu mengenai pertumbuhan air traffic di tanah air tahun 2018-2020.

Data tersebut menunjukkan bahwa pada bulan-bulan awal pandemi Covid-19 terjadi di Indonesia, jumlah pergerakan pesawat di Indonesia merosot drastis.

"(Periode) yang mengerikan antara Mei, Juni, dan Juli (2020), ketika kita praktis berhenti. Traffic turun 85 persen di bulan Mei, turun 76 persen di bulan Juni, turun 62 persen di bulan Juli," ungkapnya.

Sayangnya, tren semacam ini masih terus berlanjut hingga tahun 2021 ini, paling tidak di kuartal pertama tahun 2021 ini.

"Pada kuartal pertama tahun 2021, jumlah penumpang maskapai penerbangan di Indonesia masih belum pulih. Data menunjukkan, jumlah penumpang Lion Air di paruh pertama 2021 rata-rata 64,78 persen dari penerbangan yang dijalankan. Wings Air 63,34. persen, Batik Air 69,66 persen, Citilink 41,03 persen. Bahkan Garuda Indonesia 28,53 persen. Ibaratnya, dari kapasaitas keseluruhan pesawat, isinya kurang lebih hanya sepertiga," papar Alvin.

Populer

KPK Ancam Pidana Dokter RSUD Sidoarjo Barat kalau Halangi Penyidikan Gus Muhdlor

Jumat, 19 April 2024 | 19:58

Pendapatan Telkom Rp9 T dari "Telepon Tidur" Patut Dicurigai

Rabu, 24 April 2024 | 02:12

Megawati Bermanuver Menipu Rakyat soal Amicus Curiae

Kamis, 18 April 2024 | 05:35

Sekda Jabar akan Tindak Pelaku Pungli di Masjid Raya Al Jabbar

Rabu, 17 April 2024 | 03:41

Diungkap Pj Gubernur, Persoalan di Masjid Al Jabbar Bukan cuma Pungli

Jumat, 19 April 2024 | 05:01

Bey Machmudin: Prioritas Penjabat Adalah Kepentingan Rakyat

Sabtu, 20 April 2024 | 19:53

Pj Gubernur Ingin Sumedang Kembali jadi Paradijs van Java

Selasa, 23 April 2024 | 12:42

UPDATE

Samsung Solve for Tomorrow 2024, Momentum untuk Dorong Peningkatan Literasi Digital

Sabtu, 27 April 2024 | 11:48

Paguyuban Warung Madura: Harusnya Kami Dilindungi Bukan Diberangus!

Sabtu, 27 April 2024 | 11:36

PIS Sukses Tekan Emisi 25,4 Ribu Ton Setara CO2

Sabtu, 27 April 2024 | 11:18

Sam Altman hingga Sundar Pichai Gabung Dewan Keamanan AI Amerika Serikat

Sabtu, 27 April 2024 | 10:59

OASA Perkuat Modal di Anak Usaha Rp69 Miliar

Sabtu, 27 April 2024 | 10:41

Ilham Bintang: Prabowo Siap-Siap Beli Obat Anti Resah

Sabtu, 27 April 2024 | 10:37

Induk Perusahaan Google Bagi-bagi Dividen untuk Pertama Kali

Sabtu, 27 April 2024 | 10:29

KPU Sewa 8 Kantor Hukum Hadapi Perselisihan Pileg 2024

Sabtu, 27 April 2024 | 10:20

Blinken: Amerika Tidak Bermaksud Menghambat Tiongkok Lewat Pembatasan Ekspor Chip

Sabtu, 27 April 2024 | 10:18

Realisasi Anggaran untuk IKN Capai Rp4,3 Triliun per April 2024

Sabtu, 27 April 2024 | 10:02

Selengkapnya