Berita

Aksi protes menolak kudeta di Myanmar dan mendukung pemerintahan NUG/Net

Dunia

Pemerintah Bayangan Myanmar Ajak Rohingya Bersatu, Lawan Junta Demi Revolusi

JUMAT, 04 JUNI 2021 | 06:10 WIB | LAPORAN: SARAH MEILIANA GUNAWAN

Pemerintah bayangan di Myanmar atau yang dikenal dengan Pemerintah Persatuan Nasional (NUG) mengajak warga Rohingya untuk membantu menggulingkan pemerintahan junta militer.

Dalam sebuah pernyataan pada Kamis (3/6), NUG mendorong etnis minoritas tersebut untuk melawan junta dengan janji diberikannya kewarganegaraan dan repatriasi bagi warga Rohingya.

"Kami mengundang Rohingya untuk bergandengan tangan dengan kami dan dengan orang lain untuk berpartisipasi dalam Revolusi Musim Semi melawan kediktatoran militer," ujar NUG, seperti dimuat Reuters.

NUG didirikan oleh sekelompok anggota parlemen yang digulingkan, kebanyakan dari partai Liga Nasional untuk Demokratik (NLD) yang dipimpin oleh Aung San Suu Kyi.

Junta telah mengklasifikasikan NUG sebagai "teroris", yang berarti siapa pun yang berbicara dengan mereka, termasuk wartawan, dapat dikenai tuduhan di bawah UU kontra-terorisme.

Pemerintahan Aung San Suu Kyi telah menghindari istilah Rohingya karena kepekaan di antara kelompok-kelompok etnis di negara mayoritas-Buddha, menyebut minoritas sebagai "Muslim yang tinggal di Rakhine."

Di Myanmar, Rohingya secara luas dilihat sebagai penyelundup dari Bangladesh dan telah ditolak kewarganegaraannya, hak dan aksesnya ke layanan selama beberapa dekade di bawah apa yang disebut Amnesty International sebagai kondisi seperti apartheid.

NUG sebelumnya berjanji untuk mengakhiri UU kewarganegaraan 1982 yang mendiskriminasi Rohingya, menjanjikan semua yang lahir di Myanmar atau warga negara Myanmar akan diberikan kewarganegaraan.

NUG juga mengatakan bahwa pihaknya berkomitmen untuk memulangkan semua Rohingya yang mendekam di kamp-kamp di Bangladesh.

Lebih dari 740.000 Rohingya melarikan diri melintasi perbatasan ke Bangladesh setelah kampanye militer berdarah pada 2017 yang dikecam PBB sebagai pembersihan etnis.

Militer mengklaim operasinya dibenarkan untuk membasmi gerilyawan Rohingya. Aung San Suu Kyi pun membela tindakan tentara dan bahkan pergi ke Den Haag untuk membantah tuduhan genosida di pengadilan tinggi PBB.

Sementara itu, lebih dari 600.000 Rohingya sebagian besar tetap berada di negara bagian Rakhine utara tanpa kewarganegaraan, terbatas pada kamp atau desa mereka, banyak yang tidak dapat mengakses perawatan medis.

Populer

Pendapatan Telkom Rp9 T dari "Telepon Tidur" Patut Dicurigai

Rabu, 24 April 2024 | 02:12

Polemik Jam Buka Toko Kelontong Madura di Bali

Sabtu, 27 April 2024 | 17:17

Pj Gubernur Ingin Sumedang Kembali jadi Paradijs van Java

Selasa, 23 April 2024 | 12:42

Jurus Anies dan Prabowo Mengunci Kelicikan Jokowi

Rabu, 24 April 2024 | 19:46

Tim Hukum PDIP Minta Penetapan Prabowo-Gibran Ditunda

Selasa, 23 April 2024 | 19:52

Pj Gubernur Jabar Minta Pemkab Garut Perbaiki Rumah Rusak Terdampak Gempa

Senin, 29 April 2024 | 01:56

Bey Pastikan Kesiapan Pelaksanaan Haji Jawa Barat

Rabu, 01 Mei 2024 | 08:43

UPDATE

Hadiri Halal Bihalal Ansor, Kapolda Jateng Tegaskan Punya Darah NU

Jumat, 03 Mei 2024 | 06:19

Bursa Bacalon Wali Kota Palembang Diramaikan Pengusaha Cantik

Jumat, 03 Mei 2024 | 06:04

KPU Medan Tunda Penetapan Calon Terpilih Pileg 2024

Jumat, 03 Mei 2024 | 05:50

Pensiunan PNS di Lubuklinggau Bingung Statusnya Berubah jadi Warga Negara Malaysia

Jumat, 03 Mei 2024 | 05:35

Partai KIM di Kota Bogor Kembali Rapatkan Barisan Jelang Pilkada

Jumat, 03 Mei 2024 | 05:17

PAN Jaring 17 Kandidat Bakal Calon Wali Kota dan Wakil Wali Kota Bengkulu

Jumat, 03 Mei 2024 | 04:58

Benny Raharjo Tegaskan Golkar Utamakan Kader untuk Pilkada Lamsel

Jumat, 03 Mei 2024 | 04:41

Pria di Aceh Nekat Langsir 300 Kg Ganja Demi Upah Rp50 Ribu

Jumat, 03 Mei 2024 | 04:21

Alasan Gerindra Pagar Alam Tak Buka Pendaftaran Bacawako

Jumat, 03 Mei 2024 | 03:57

KPU Tubaba Tegaskan Caleg Terpilih Tidak Dilantik Tanpa Serahkan LHKPN

Jumat, 03 Mei 2024 | 03:26

Selengkapnya